🍊┆8

4.8K 195 7
                                    

Paginya aku terbangun dengan mata sembab akibat menangis semalam. Aku menyerngit saat sinar mentari yang berhasil menelusup di balik tirai mengenai mataku.

Aku bangun dan menyingkap tirai itu, sinar mentari langsung masuk menyinari kamarku yang tadinya temaram. Kepalaku sakit dan pusing, mungkin karna aku menangis semalam.

Aku meraih ikat rambut di atas nakas, dan mengikat rambut asal. Aku melangkah ke arah kamar mandi untuk membersihkan tubuhku. Aku berhenti di westafel dan melihat bayanganku di cermin.

Aku menyerngit melihat bayanganku sendiri. Nampak seorang wanita mengerikan dengan mata bengkak, merah, juga lingkaran hitam di bawah mata. Seharusnya bukan seperti ini banyangan seorang pengantin baru.

Aku berjalan ke arah bathtube dan membuka kemeja pink kebesaranku. Mandi dengan air hangat mungkin bisa menghilangkan sedikit penatku.

"Hyora buka, sedang apa kamu di dalam?" Kudengar teriakan seseorang dari luar juga gedoran pintu.

Entah sudah berapa lama aku berada di dalam kamar mandi. Seketika tubuhku menengang saat mendengar suara Taehyung. Mengapa aku merasa takut untuk bertemu Taehyung?

"Hyora buka pintunya, atau aku dobrak sekarang!" Teriaknya lagi tidak sabar.

Aku segera bangkit dari bathtube dan menyambar jubah mandi lalu melangkah ke arah pintu kamar mandi dan membukanya.

Aku menatap Taehyung ketakutan. Kulihat ada kecemasan di matanya. Namun seketika berubah menjadi menakutkan membuatku menunduk.

"Kamu ini lagi apa? Kenapa lama sekali?" Ucapnya dengan marah.

"Maaf, tadi aku tertidur di bathtube," ucapku pelan.

"Tertidur? Kamu ini gila ya? Kamu bisa mati karna tertidur di bathtube. Memangnya kenapa kamu bisa tertidur? Apa semalam kamu tidak tidur?" Ucapnya masih marah.

Mengapa dia masih menanyakan itu?
Sudah jelas aku tidak akan bisa tidur karna perlakuannya. Lagipula lebih baik aku mati saja, daripada harus terperangkap pernikahan seperti ini.
Terperangkap dengan Taehyung yang menakutkan. Aku tak menjawab, hanya mengalihkan perhatian, masih menunduk.

"Ayo" ucapnya menarik lenganku.

Apa yang akan dia lakukan lagi sekarang? Semua gerakan yang di tunjukkan Taehyung, kini membuatku selalu waspada.

Taehyung mengiringku ke tempat tidur dan dia duduk di sampingku.

"Apa masih sakit kepalamu, karna aku menjambakmu semalam?" Ucapnya sambil membuka ikatan rambutku dan membiarkannya terurai.

Ada apa dengannya, sekarang dia berubah menjadi baik kembali. Apakah semalam dia sudah memikirkan semuanya. Apakah dia sudah menyadari kesalahannya?

Aku menatap ragu matanya dan menggeleng.

"Ayo aku obati, maafkan aku Hyora. Ini terakhir aku bersikap kasar padamu" ucapnya sambil mengelus kepalaku.

Aku terdiam dan membiarkan dia mengobatiku. Apa mungkin waktunya sekaranglah untuk bertanya semuanya. Mengapa dia bersikap seperti semalam dan kemarin.

"Taehyung?" Ucapku pelan dan ragu.

"Ada apa?" Jawabnya datar.

"E-ehm.. kenapa kamu bersikap seperti semalam? Kalau memang karna aku diantar pulang oleh Vernon. Aku bersumpah tidak mempunyai hubungan dengannya. Dia adalah teman kecilku yang sudah lama tak bertemu. Hanya sebatas itu." Ucapku memberanikan diri.

Taehyung tampak menghentikan langkahnya dan pundaknya kembali menengang.

"Jangan bicarakan itu, aku tidak peduli. Kepalamu sudah tidak apa apa kan?" Ucapnya kembali dingin dan menakutkan. Tidak selembut tadi.
Ada apa sebenarnya dengan dia? Apa benar dia cemburu dengan Vernon?

Taehyung bangkit dari duduknya dan melangkah ke arah pintu.

"Taehyung?" Gumamku memberanikan diri.

Dia menghentikan langkahnya tanpa berbalik ke arahku.

"Aku mau kamu menjelaskan semuanya Taehyung. Aku tidak mau berjalan di dalam kegelapan. Aku sama sekali tidak tau apa kesalahanku. Kamu begitu asing sekarang," ucapku bergetar tetap menahan agar terlihat tegar.

"Jangan membuatku telah menyesal mengobati lukamu Hyora," gumamnya dingin dan terdengar tajam. Membuat nyaliku menciut.

Aku tak berkata apapun lagi suaraku seakan tertekan di tenggorokan mendengar ucapannya.

Dia tampak melanjutkan langkahnya dan menghilang dari balik pintu.
Ternyata dia sama sekali tidak merasa menyesal. Lalu untuk apa dia mengobati kepalaku kalau luka yang sebenarnya ada di sisi terdalamku.
Di hatiku.

Air mataku mulai kembali lolos dari ppertahanan. Tapi dengan segera aku menyeka air mataku. Aku tidak boleh lemah. Aku harus kuat menghadapi semuanya.

Tolong kalo ada typo diingetin, ehe:3

my devil husband - kthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang