Awal yang singkat

176 12 2
                                    

Aku masih duduk dibangku teras sembari mengaduk kopi ditemani oleh senyumu yang masih membekas. Dulu kita pernah sedekat nadi, sekarang sejauh pelangi, memang indah tp miliknya bukan lagi milik hati ini.

Lebih indah hubungan seperti anak kecil, yang setelah bertengkar tidak ada percakapan lagi. Namun selang beberapa hari mereka bertemu dan bercanda kembali. Kita? Tidak akan bertemu dan bercanda setelahnya. Ya, kita telah usai. Eh bukan kita, tapi aku. Kau masih hangat berada di pelukan pemuda itu, sedangkan aku kembali menangis dibawah rembulan gelap kelabu.

Ya, aku terlalu egois membiarkan pikiran terus berimajinasi tentangmu, sedangkan hati semakin terluka karenamu. Mata yang lelah melihatmu dengannya, hati yang terlanjur sakit dan telinga yang mulai bosan dengan seringai tawa itu.

Terima kasih telah singgah, mewarnai hari-hariku dengan indah, sebuah perasaan yang tanpa didasari rumus ilmiah, yang selalu membimbingku agar tak salah arah. Terima kasih, berbahagialah.

Tertanda,

Hati yang terlanjur basah.

Punctum HadopelagicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang