Usai

70 5 0
                                    

Hei, apa kabar? Sedang apa kau disana? Masihkah kau ingat aku? Atau mungkin sudah tergantikan dengan yang baru? Sesekali aku menengok dan kau tak lagi menulis puisi kehilangan. Bagaimana harimu? Disini aku masih terlalu dalam mengingat semua kenangan itu. Tubuh kurus, mata berkantung, otak lelah, kangker, tumor, corona, paru-paru basah oleh isak tangis dari hati. Terlalu alay sih tapi seperti itu aku mencintamu, semua ku berikan kepadamu, sementara kau mengancurkan semuanya sesuka hatimu. Jadi mulai sekarang tak usah lagi membahas tentang aku, aku baik-baik saja. Hmm aku masih tidak mengerti mengapa aku begitu mencintamu, dari kita memulai dulu hingga ketika kita tak lagi bersatu.

Hmmm, mungkin ini adalah sajak keseribu yang aku tulis untukmu, namun tak pernah kau baca dan terbiarkan dingin diterpa cemas yang membiru. Tak apa sengaja kubuat begitu, seperti kisah kita yang kemarin hari lalu. Ehh maaf, aku tak bermaksut menyinggungmu becanda hahaha. Baiklah sajak ini kutulis bukan tanpa alasan apa-apa, namun kepergianmu membuatku kembali menuliskan namamu lagi disini.

Untukmu.

Yang paling menyakitkan dari sebuah perpisahan adalah bukan bagaimana kau pergi meninggalkanku ketika aku sedang sayang-sayangnya. Namun kau pergi tanpa sepatah kata dan pergi begitu saja. Aku terbiasa dengan seseorang yang meninggalkanku ketika aku sedang sayang-sayangnya. Namun kali ini, aku sedikit terkejut jika harus melepaskanmu dengan cara begini. Seseorang yang dulu selalu ada dan membuatku bahagia, tak pernah kusangkan akan kehilangannya secepat yang aku kira.

Akhirnya aku kehilangan lagi. Setelah bertahan dari semua pertengkaran dan selalu membesarkan ego masing-masing, akhirnya aku kehilangan sekali lagi. Dan sekuat apapun aku mencoba, sekuat apapun aku mengalah untuknya, dan pada akhirnya aku selalu yang merasa kehilangan. Mulai sekarang aku kembali sendirian, dulu saat kau bersedih aku selalu ada, sekarang aku bersedih kau pergi ntah kemana. Tawaku kembali berteman dengan sepi, ia yang dulu susah payah kubuat bahagia, sekarang tidak ada ketika aku membutuhkan tawanya. Dulu aku mendengarkan semua curhatannya sampai larut dini hari, sekarang menangsi karena ditinggal pergi.
Aku kembali kehilangan sekali lagi.

Sekarang pagiku tak lagi bahagia, dan aku terlalu takut menyapa malam yang disitu selalu ada kau saat aku memejamkan mata. Aku bangun di pagi hari dan menaruh harap yang sama, dan kembali lagi aku tak melihat ada namamu disana. Tak ada notif-notif konyol yang membuat pagiku senyum-senyum sendiri, kau tau betapa bahagianya waktu itu. Dan saat malam tiba setiap aku memejamkan mata, kau dengan sialnya hadir membawa kenangan bahagia. Dan saat aku memilih membuka mata, aku kembali dihantam oleh realita, bahwa sekarang kau tak lagi ada.

Kamu tau? Dibalik semua tulisanku ini ada hati yang ikut menangis mengikuti semua kenanganya. Sebenarnya aku ingin sekali bertanya perihal siapa kita? Bukan bermaksut memaksa, namun siapa aku dimatamu? Begini saja? Begini saja yang bagimana? Begini yang diam-diam kau pergi bersamanya? Iyaa? Tak perlu kau jelaskan lagi dan tak usah kau tahan, aku sudah tau kau sedikit demi sedikit mendorongku untuk pergi menjauh secara perlahan-lahan. Aku terlalu percaya kata-katamu yang kau bisikan ketelinga, bahwa kau adalah milikku selamanya. Namun itu hanya omong kosong semata, dan malam membawaku kembali ke realita, bahwa aku kembali kehilanganmu dengan begitu sangat.
Sangat....
Sangat sakit...
Sakit sekali.

Terima kasih sudah pernah datang, terima kasih telah membuatku jatuh cinta yang amat sangat dalam, dan terima kasih dengan perpisahanya. Sekali lagi terima kasih. Kita adalah sesuatu kebetulan yang ntah bagaiman bisa bahagia bersama dalam waktu yang begitu lama. Sekarang aku tak bermaksud untuk memenangkanmu kembali. Aku sudah cukup. Mungkin aku akan kembali berlari mengejar semua yang kuinginkan, setelah sekian lama beristirahat yang cukup panjang. Kelak jika kau tak sengaja membaca sajak yang diam-diam kutuliskan untukmu. dan kau merasa bahwa aku belum benar-benar bisa melupakanmu.
Well, itu memang benar...
Sangat benar.

Kenapa harus kamu? Ya, karna sampai saat ini aku belum mencintai seseorang sekuat aku mencintaimu.

Aku tau sosokmu memang harus benar-benar kuhapus dalam semua ingatanku. Namun itu susah! Kau tau susah hahhh!! Maaf emosi. Seberusaha apapun aku untuk melupakmu, seberusaha apapun untuk menghapus history chatmu, sekuat apapun mengihklaskan dengan yang baru, sosokmu selalu membayangi disetiap malam-malamku. Aku tak tau harus dengan cara apa aku menghilangkan sosokmu, yang sudah jauh tenggalam di hati yang khusus kubuat hanya untukmu. Tapi inilah aku, orang yang dulu begitu mati-matian tuk mencintaimu. Maafkan aku hati, berkali-kali kau ku sakiti hanya demi sebuah rasa nyaman sementara ini. Mencintainya adalah cara tuk menyakiti diriku sendiri yang paling aku suka.

Tahun ini aku kembali bertemu dengan pertemuan dan perpisahan. Namun diantara semuanya, kepergianmu adalah yang paling ku ingat. Itu menyadarkanku bahwa aku kuat.

Teruntukmu, terima kasih.

nb* mbalek o anjg (canda) :')

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Punctum HadopelagicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang