Ya, aku cemburu.

139 8 2
                                    

Tepat pukul sebelas malam, mata kembali menghitam, karena masih memikirkan dirimu yang telah lama terpendam. Kubuka lagi album kamera, itu cara satu-satunya aku bisa melihatmu lewat linimasa. Belum selesai tentangmu, rasa itu kembali bertamu.

Ya, aku cemburu.

Mimpiku tetap sama. Cukup menjadi ada disetiap kau tergores luka. Ku rasa itu tidak berlebihan dibandingkan kesibukanmu diatas segala permintaanku. Aku masih ingat kau menolak begitu lantang ajakanku untuk menikmati indahnya senja pegunungan atau hanya sekedar mengusir kerinduan. Kau mengeluh dibalik padatnya tugasmu, begitu letih ragamu, tidak dapat izin orangtuamu, dan begitu kosong ucapanmu. Dikemudian hari kau pamerkan senja pegunungan dan kau nikmati kerinduan bersama pemuda yang kau dambakan.

Ya, aku cemburu.

Aku meluapkan semua kekesalanku dengan menjadi orang pertama di tempat yang ingin kau nikmati dikemudian hari. Ya, aku lakukan hanya untuk mencari perhatianmu. Sampai suatu saat dengan penuh sesal kau menyapaku, karena hanya aku  pemuda yang kau kenal mengerti tempat terindah untuk segala kesombonganmu. Semoga kau baik-baik saja, disini aku telah mendapati hati yang baru untuk melihatmu menangis dengan segala penyesalanmu.

Punctum HadopelagicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang