10

33 5 2
                                    

"Nak, hati-hati ya" Pesan ibu setalah aku berpamitan untuk berangkat sekolah.

Sepanjang jalan sangat sepi. Tak ada orang dan binatang yang berlalu, aku merasa heran. Kemana burung-burung yang biasanya mencicit? Kemana para laba-laba? Kenapa mereka tak ada di sarangnya? Semoga ini bukan pertanda buruk untuk hariku.
Selanjutnya aku memikirkan para petani yang biasanya pagi-pagi pergi keladang untuk bekerja. Kenapa hari ini mareka mengambil cuti?

Aku tak berhenti berfikir tentang suasana pagi ini, sambil terus melangkahkan kaki menuju sekolahku.
setibaku di depan gerbang sekolah, barulah kulihat sosok siswa mengenakan seragam sekolah yang sama denganku. Dan aku yakin dia pasti siswa di SMP ini juga.
Berhenti memikirkan itu, aku lanjut memikirkan Bude Sum. Ia baru hendak membuka pintu warungnya. Tandanya ia belum mempersiapkan dagangannya.

"Hari ini pagi pisan berangkat sekolahnya neng," Kata bude padaku.
"Iya bude," Jawabku sembari memberi senyuman tipis.

Aku pun langsung menuju kelas. Ternyata penjaga sekolah baru saja membuka pintu kelasku. Tak berniat masuk kelas, aku duduk di bangku panjang sambil iseng-iseng mencoba menangkap capung yang sedang hinggap di pucuk rumput. Kucoba lagi dan lagi.

10 menit kemudian..

Aku merasa usahaku sia-sia, aku pun berhenti mengganggu para capung itu. Dan selanjutnya aku hanya melamun.

10 menit kemudian..

Beberapa siswa kelas lain mulai berdatangan. Begitu pula dengan para guru. Tapi tak ada yang memperhatikanku, bahkan mungkin tak tahu akan keberadaanku di bangku panjang depan kelasku.

"Masuk yuk.." Ajakan Lia memecahkan pikiranku.
"Eh, iya. Nggak nunggu Mella dulu?" Tanyaku.
"Mella tadi mampir dulu di warung Bude Sum, buat sarapan. Mending sekarang kita masuk dulu, itu di dalam juga udah ada Azizah" Jelas Lia.
"Yaudah yuk," Aku pun masuk ke kelas bersama Lia.

Para siswa lain telah memasuki kelas. Kemudian Buk Siti pun masuk ke kelas dengan disusul bunyi bel masuk.

"Wakil ketua kelas, silahkan disiapkan" Perintah Buk Siti untuk mengawali jam pelajaran.
"Baik buk. Siap grak, hormat grak, berdo'a mulai!"

Penghuni kelasku lumayan patuh terhadap pemimpin mereka. Tak banyak tingkah, dan tak pernah membuat ulah.


Oh iya, kalian tahu nggak siapa wakil ketua kelasku? Aku yakin nggak ada yang tahu, kan belum pernah aku ceritain tentang dia.
Namanya Sandy. Katanya sih temen deketnya Jodi. Dan aku pernah sekali melihat Jodi pulang sekolah bareng Sandy naik motor KLXnya Sandy.
Tapi nggak usah mikirin Sandy, sekarang Buk Siti akan mengawali pelajaran.

"Anak-anak ibuk sekalian, sebagai mana yang telah kalian ketahui, Jodi teman kalian, sekarang sudah tidak akan masuk sekolah di sekolah kita lagi." Nada bicara Buk Siti sedikit tegang.
Aku terpaku diam, dan memperhatikan dengan seksama, apa sebenarnya yang sedang diucapkan Buk Siti.

"Kemarin, ibu Jodi ke sekolah kita untuk mengurus surat pindah Jodi. Dan beliau mengatakan bahwa saat ini Jodi tidak akan sekolah terlebih dahulu. Karena Jodi harus tinggal di rumah rehabilitasi untuk sementara waktu. Dan setelah itu, Jodi akan melanjutkan sekolahnya di kampung ibunya." Jelas Buk Siti.
"Ibuk harapkan sampai disini masalah Jodi terselesaikan. Dan ibuk sangat berharap kepada kalian, jangan sampai ada yang melakukan kesalahan yang sama seperti Jodi."
"Baik buk.." Jawaban anak-anak seakan sangat faham dengan penjelasan Buk Siti.

Tapi kenapa aku belum faham, kenapa Jodi harus pindah sekolah? Apa itu rumah rehabilitasi?
Aku tidak berani bertanya kepada Buk Siti. Karena Buk Siti sudah memulai pelajaran IPS.












Part ini nggak nggantung kan?
Semoga suka..
Nantikan part selanjutnya,.
Yang nggak tau kapan bakalan Up:v

AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang