3

55 9 0
                                    

Pagi harinya, aku melihat kakak kelas kemarin, di warung Bude Sum. Aku menghampirinya.
"Bude mana kak?" Tanyaku basa-basi.
"Ada di belakang. Oh ya, gimana kemarin?"
"Apanya kak?" Tanyaku pura-pura lupa.
"Amplopnya sampek nggak?"
"Memang kakak kemarin kamana?" Timpalku tanpa menjawab pertanyaannya.
"E..em. ke wc, iya gue kebelet jadi ke wc deh"
"Isi amplopnya apa sih kak?" Tanyaku kepo.
Dia diam saja. Seperti ada yang ditutupinya.
"Karena kemarin kakak nggak ada, jadi Jodi mengira amplop itu dari aku" kataku.
"Apa?!" Jawabnya keget.
Sekarang raut wajahnya terlihat cemas. Entah apa yang sebenarnya terjadi, aku tak bisa memahami. Oh ya, aku kan nggak tau siapa nama kakak ini.
"Nama kakak siapa kak?"
"Gue Zahra, cabut dulu ya" kemudian ia meninggalkanku.
Warung bude mulai ramai, aku segera pergi ke kelas.
Di kelas Lia tampak sedang menungguku.
"Tumben siang datangmu?" Tanya Lia.
"Iya, tadi ada urusan"
"Apa?"
"Nggak penting kok. Yang penting aku nggak telat"
"Ya sudahlah. Kamu udah ngerjain PR MTK kan?"
"Hm? MTK ada pr?"
"Jangan bilang kamu nggak buat!"
Ya ampun. Aku lupa. Dan MTK jam pertama.
Tidak akan selesai kalau dibuat sekarang. Aduh, Buk Ana pasti menghukumku.

Jam pelajaran dimulai...

"Ada PR?" Tanya Buk Ana mengawali pembelajaran.
"Ada buk" jawaban murid-murid dengan serentak.
"Siapa yang tidak mengerjakan?" Tanya Buk Ana meyakinkan.
"Saya buk" jawabku. Sendirian. Tumben, hanya seorang yang tidak mengerjakan pr. Biasanya ada beberapa. Mungkin nasib malang hanya menghampiriku.
"Baiklah, karena kamu jujur, ibuk hanya menghukummu menyapu halaman belakang gudang saat jam istirahat"
Apa, belakang gudang? Disana kan jarang dijangkau manusia. Apakah ada sampah disana?.
"Baik buk"
"Oh ya, mahon ketua kelas untuk mengawasinya" tambah Buk Ana.
"Siap buk" jawab Jodi.
Jam pelajaran dilanjutkan hingga bel istirahat berbunyi. Kemudian Buk Ana meninggalkan kelas.

Aku langsung mengambil sapu dan menuju halaman belakang gudang.
"Hey, tunggu aku" teriak Jodi.
Sebenarnya, tidak diawasi pun aku tetap melaksanankan hukuman ini. Toh aku memang bersalah.
"Semangat banget njalani hukuman" kata Jodi.
"Iya" jawabku singkat. Aku ingin segera menyelesaikan hukuman ini.
Halaman belakang gudang sangat sepi. Hanya ada aku dan Jodi. Setelah selesai, aku ingin segera kembali ke kelas.
"Tunggu sebentar, aku mau ngomong" kata Jodi, saat melihatku hendak pergi.
"Dari mana kamu belajar kata-kata disurat kemarin,"
"Sudah kubilang, itu bukan dari aku!"
"Jujur aja. Kalau kamu bilang langsung, aku mau kok,"
"Aku jujur. Emang kamu mau apa?"
"Bukanya kamu nembak aku lewat surat itu!"
"Apa?! Nembak?.. Maaf ya, Surat itu dari Kak Zahra, Anak kelas IX. Aku pergi dulu"
Gak mungkin banget aku nembak Jodi! Aku ninggalin dia sendirian di belakang gudang.

Jam pelajaran dimulai. Aku tidak melihat Jodi di tempat duduknya. Kemana dia?

AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang