BRAK!
Aku terlonjak, kuas make up yang semula berada ditangankupun jatuh diatas meja rias. Mataku tertuju kearah Jimin yang kini mendudukkan diri diatas sofa tepat dibelakangku. Entah apa yang membuat air wajahnya begitu keruh, matanya berkaca-kaca menatap kosong arah depan.
Dengan perasaan khawatir, akupun berjalan menghampirinya. "Kau kenapa?" tanyaku, Jimin sejenak menoleh kearahku kemudian menggelengkan kepalanya, lebih memilih mengambil sebuah buku komik yang tergeletak diujung sofa.
Tunggu, buku komik?
"Itu punyaku!" Teriakku sambil merampas buku komik yang dipegang Jimin. Anak itu terlihat terkejut, menatapku dengan pandangan seolah mengatakan memangnya kenapa kalau itu bukumu? Aku hanya bisa menyengir, menatap balik Jimin yang kini bersedekap memandangku tajam.
Aku tersentak, kala tangan kanan milik Jimin kembali merampas buku komik yang semula berada digenggamanku. Matanya masih memandangku tajam, kedua jemarinya meremat buku komik limited edition yang baru kubeli dua hari yang lalu. Yatuhan Jimin, jangan sampai otak mulusmu ternodai oleh buku favoritku.
"Jangan mencoba merampasnya kembali, Noona. Aku dalam mood yang tidak baik, jangan sampai aku memarahimu dan berakhir dengan pertengkaran. Lagian inikan hanya komik, kenapa kau setakut itu?" Ujarnya. Aku menggigit bibir bawahku, berusaha menghilangkan rasa gugup yang kini menimpaku kala Park Jimin, bocah kelebihan lemak dibokong itu membuka halaman pertama.
Alisnya menyatu, membaca deretan kalimat yang tertulis dibuku tersebut. Hingga pada halaman berikutnya, Jimin membolakan matanya dan dengan segera menghadap kearahku. Oh tuhan, akhirnya apa yang aku takutkan terjadi juga. Rahasia besarku selama ini akhirnya terbongkar juga.
"Noona, kau seorang Fujoshi?"
Oh okay, pertanyaan yang ditunggu-tunggu akhirnya keluar juga. Aku hanya mengangguk pasrah, memandang kearah bawah dimana sendal jepitku lebih terasa indah dipandang daripada wajah berseri Jimin yang menatapku dengan tatapan yang aku sendiri tidak mengerti apa maksudnya.
Aku kembali terlonjak disaat kedua lengan kekar milik Jimin memeluk tubuhku dengan erat. Wajahnya yang sedaritadi keruh kini lebih terlihat bersinar seperti menemukan sebongkah berlian. Semua pasang mata kini tertuju kearah kami berdua, aku menunduk malu.
"Noona, kau yang selama ini aku cari-cari! Akhirnya, aku menemukan seseorang yang pantas untuk menjadi teman curhat!" Teriaknya. Dahiku mengernyit, apa maksudnya itu?
"Ayo, aku ingin bercerita banyak padamu!" Ajaknya. Lengan kananku ditarik paksa, aku memandang punggung sempit Jimin yang berjalan tergesa dihadapanku.
Sesampainya diruang tata rias, Jimin melepaskan genggamannya dilenganku hanya untuk mengunci pintu. Aku hanya bisa menatapnya dengan heran. Jimin berbalik, berjalan mendekati kursi kayu didepan cermin dan mendudukkan diri disana.
Matanya berkaca-kaca, kedua jemarinya bertautan menahan tangis. Aku yang menyadari perubahannyapun mulai melangkahkan kaki mendekatinya.
"Ada apa Jimin-ah? Apa ini berkaitan dengan Yoongi?" Tanyaku. Dan anggukan pelan Jimin menjadi jawabannya. Aku paham sekarang kenapa Jimin menyeretku kesini setelah mengetahui diriku yang sebenarnya, Jimin butuh tempat curhat yang bisa mengerti bagaimana kondisi hubungannya.
Dan aku akan berusaha menjadi tempat curahan hati yang bisa memberikannya solusi yang baik. Jimin menatapku dengan air yang menggenang dipelupuk matanya, melihatnya begini membuatku reflek menghapus butiran air mata yang mulai mengalir dikedua pipinya.
"Sebenarnya siapa kekasih Yoongi Hyung disini, Noona? Kenapa dia malah memilih bersama Hoseok Hyung daripada aku!?" Lirihnya. Aku bingung dengan apa yang terjadi.
"Memangnya dia melakukan apa padamu, hm?"
Jimin meremat ujung bajunya, astaga bocah ini! Tingkahnya membuatku ingin membawanya pulang dan menyusuinya agar tidak bersedih lagi.
"Aku mengajak Yoongi Hyung hari ini untuk makan diluar, tetapi dia malah menolakku hanya untuk pergi minum kopi bersama Hoseok Hyung. Dan kau tahu, Noona? Setelah menolak ajakanku dia malah pergi begitu saja mengabaikan aku! Sebenarnya, Yoongi Hyung sudah mengabaikanku akhir-akhir ini. Aku tidak tahu apa salahku, dan dia hanya seenaknya saja mengabaikanku seperti ini!"
Aku tersenyum, mengelus puncak rambut Jimin.
"Aku tahu apa yang harus kau lakukan, Jiminie. Kau harus memberi Yoongi pelajaran! Setauku, pihak yang berperan sebagai dominan cendrung merasa cemburu yang berlebihan. Kau harus membuat Yoongi cemburu!" Ujarku. Ah, kurasa drama percintaan kali ini akan seru untuk ditonton.
Jimin mengelap air mata yang tersisa dipipinya.
"Aku harus membuat Yoongi Hyung cemburu?"
Aku mengangguk antusias, rasakan kau Min Yoongi karna sudah membuat bayiku menangis!
Jimin mengangguk, berdiri daru duduknya dan melangkah pergi meninggalkan ruangan.
"Terima kasih, Noona. Dan jangan beritahu siapapun soal ini."
TBC.
Bibir minie perih
KAMU SEDANG MEMBACA
My Shipper - yoonmin
Randomi live only for my ship-! × bxb × yoon, top! jim, bot! × 🔞