Bagian 4

1.7K 189 32
                                        

Pagi yang cerah, aku bangun dari tidurku dan segera turun untuk membuat sarapan. Dengan wajah bantal dan setengah mengantuk tanganku menggampai laci dapur untuk mengambil sekotak ramyeon, bukannya aku tak mampu membeli makanan, hanya saja hari ini moodku sedang ingin makan makanan cepat saji.

Sembari memasak, kepalaku mulai berpikir. Bukan soal pekerjaan yang akhir-akhir ini menumpuk. Hanya saja, ada sesuatu dari semalam yang menganggu pikiranku. Seseorang yang tidak kukenal tiba-tiba memberiku pesan, mengajak kenalan dan mengobrol singkat. Dia lelaki yang asik, humble dan buat nyaman.

Ah, aku jadi memikirkan Jiminieku. Sedang apa dia sekarang? Apa Yoongi membuatkannya sarapan pagi ini? Hah, memikirkannya saja membuatku tersenyum sendiri. Bayangkan saja, jika aku tinggal bersama mereka mungkin saja hari ini diriku cuma tinggal nama.

Drrt drrt

Aku menatap kearah ponselku yang bergetar, tanda panggilan masuk. Sambil menyeruput ramyeon, jariku menggeser ganggang hijau.

"Yeobseyo?"

"Ah, ne. Aku akan segera kekantor, ya ya ya jangan banyak bicara Yujin-ah."

"Mwo? Kau serius!? Ah, aku akan kesana sekarang juga. Tunggu aku!"

Dengan segera aku bergegas memakan makananku, pergi berlari menuju kamar mandi dan berakhir berganti pakaian. Aku mengambil kunci mobil, berlari tergesa menuruni tangga. Setelah masuk mobil, dengan cepat kukendarai kendaraanku dan bergegas menuju kantor.

***

BRAK!

"Yujin-ah!"

Yang merasa terpanggil menolehkan kepalanya kearahku, tersenyum kemudian berjalan menghampiriku yang berusaha mengatur nafas. "Wah, sepertinya kau bersemangat sekali." Ujarnya. Aku merapikan rambutku kembali, bersedekap seraya menatap teman sekantorku. "Mana anak itu?" Tanyaku. Yujin menggeleng, "Sudah pergi."

"Membawa komikku?" Kali ini ia mengangguk, "Ya, membawa komikmu sambil tertawa gila. Dia mendapatkan jackpot kau tau? Selama ini dia mencari komik limited itu, dan sekarang dia mendapatkannya lalu membawa kabur." Aku menggeram, berdecak kemudian. Mendudukkan tubuhku diatas sofa, "Awas saja anak itu, besok aku akan memukulnya, mencincang tubuhnya, lalu memutar lehernya sampai patah." Yujin bergidik ngeri, "Kau psikopat ternyata." Katanya sembari jari telunjuknya mengarah kearahku.

Aku menghela nafas kasar, berdiri lalu berjalan meninggalkan Yujin yang kini sibuk membereskan barang-barangnya. Tampaknya anak itu akan pergi dari sini.

"Oh, Suji Noona. Sedang apa disini? Bukankah hari ini bukan jadwalmu merias?" Aku terlonjak, segera menoleh kearah sumber suara. Ah, ternyata Jiminku. Aku memandanginya dari atas hingga kebawah, hingga aku menyadari sesuatu dan meneguk salivaku dengan kasar.

"J-Jiminie, kenapa memakai pakaian seperti ini? Apa hari ini ada konser dengan tema seperti itu?" Jimin menggeleng, bibir tebal nan merahnya tersenyum manis. "Noona jangan beritahu siapa-siapa. Aku menghampiri Noona dengan susah payah, memastikan seluruh staff dan cordi Noona semuanya sudah pulang." Aku mengernyit, "Kenapa seperti itu?" Tanyaku.

Jimin terkekeh, lalu memandangi pakaiannya. "Aku tidak mungkin menghampiri Noona dalam keadaan ramai dengan pakaian seperti ini. Aku malu." Oh, lihat! Betapa menggemaskannya anak ini dengan rona merah dipipinya. "Ah, oke. Sekarang beritahu aku, kenapa kau memakai pakaian seperti ini?" Jimin mengulum senyum malu, "Aku, emmm.., mau main sama Yoongi Hyungie. Ah, pasti Hyung sudah menunggu. Noona, aku tinggal dulu ya." Belum sempat aku menjawab, Jimin langsung berlari meninggalkanku kearah kamar artis yang memang disediakan di kantor.

Aku terkikik kecil melihat bagaimana ekor rubah yang terpasang dibokongnya bergoyang kala Jimin berlari kencang meninggalkanku disini. Ah, sepertinya aku punya misi baru. Misi untuk melihat bagaimana cara mereka bermain rubah-rubahan dikamarnya.












TBC.

Apa kabar semuanya?
Ada yang masih nunggu cerita ini?

My Shipper - yoonminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang