"Icaa!" ini Renjun abis pulang sekolah langsung njujug ke rumah Ica. Hari ini, kak Changbin gaada temen sebangku ujian.
Alias ica ga masuk.
Renjun panik dong, kan Ica tipe orang yang gaakan pernah bolos ujian. "Icaaa."
"icaaa."
"Icaaa."
"Sampai bebusa juga gaakan dijawab orang dalem." ujar seseorang dari belakang.
Renjun menoleh dan mendapati Ica nuntun sepedanya. Dari warung kayanya.
"Ada apa?" tanya Ica
"Ngapain kok ga berangkat sekolah?" Renjun balik tanya, "Sakit?"
"Iya, tapi..."
"Beneran? Kenapa?"
Gengsi gak sih kalau bilang ngga berangkat ujian gara-gara badan lemes dan perut kram mulu karena baru datang bulan?
Kalau Ica sih gengsi, apa lagi didepan Renjun.
"Adalah pokoknya."
"Bilang aja sih." Renjun malah ngedeketin Ica, terus ngecek panas. Tangannya di tempelin ke kening, tapi ga panas. Malah bikin Ica megap-megap salting.
Kemungkinan jatuh atau keserempet ngga ada soalnya ica ga lecet.
Renjun senyum menghela nafas. Dia jalan ke depan pintu, ngambil kunci rumah Ica dibawah karpet.
Iya, sehafal itu si Renjun.
Ica bengong ngeliatin Renjun masuk ke rumah duluan. Renjun ngeletakin tasnya di sofa. Karena ini jam satu siang masih terang, renjun matiin semua lampu yang dinyalain Ica dari pagi, ngebuka gorden sama jendela.
Renjum ke dapur cuci tangan. Bikin telur dadar kuningannya setengah matang, ditaruh di piring lengkap dengan nasi dan saus abc.
Terakhir Renjun ngebuat teh hangat, nggak lupa pakai jeruk nipis kaya kesukaan Ica biasanya.
"Eh ngapain njun? Mau batal lu? Gakuat nih imannya?" goda Ica
Renjun senyum, nunjuk kursi di depannya. "Duduk."
"Apadah?"
"Gue gatau kalau rasanya se sakit itu sampai ga ikutan ujian. Sini makan."
Ica bingung sih, tapi dia tetep duduk di depan Renjun.
"Tadi ke warung beli roti jepang?" tanya Renjun lagi
