Part 5

3.3K 287 4
                                    


Menatap seluruh penjuru kantin, Iqbaal menghentikan langkahnya di meja yang ditempati oleh (namakamu) dan seorang temannya. Pria itu langsung menarik kursi yang ada di sebelah (namakamu). lalu mengambil posisi duduk ternyamannya. (namakamu) yang berada di sisi kanan Iqbaal mendengus kesal.

“Sal ayo pindah” (namakamu) beranjak dari kursi yang ia duduki “Ish ngapain sih” Ucapnya kesal ketika pria menyebalkan itu mencengkeram erat tangannya seolah (namakamu)  tidak boleh pergi dari sisinya.

“Temenin gue dulu” Ujar Iqbaal santai tangannya menarik kembali tangan (namakamu) untuk duduk di kursi yang tadi ia tempati.

Karena pasrah, (namakamu) kembali dengan posisi duduknya seperti tadi, memutar bola matanya malas dan menunjukkan ekspresi yang sangat sulit diartikan. (namakamu) akan mengklaim bahwa ini adalah hari sialnya. Sejak dimulainya mata pelajaran Bu Arini ia harus diganggu spesies manusia menyebalkan seperti Iqbaal, malah pria itu langsung memaksakan dirinya untuk menjadi pacarnya. (namakamu) pikir, setelah bel istirahat berbunyi tadi Iqbaal sudah tidak akan mengganggunya lagi. Tetapi ia salah, pria itu justru ada di sampingnya saat ini dan mengganggu jam istirahat gadis itu.

Salsa mengernyitkan keningnya “Dia siapa lo?” Dengan tatapan bingung ia bertanya pada (namakamu) saat ini juga. Matanya melirik Iqbaal sebentar yang berada dihadapannya lalu beralih menatap (namakamu), berharap ingin menjawab pertanyaan yang terngiang-ngiang di otaknya.

“Kenalin, gue Iqbaal” Pria itu menjeda ucapannya “Pacar baru (namakamu)” Iqbaal langsung mengambil alih tangan kanan Salsha yang ia letakkan di meja lalu menggenggamnya layaknya orang bersalaman.

Salsha melebarkan kedua matanya tak percaya.

“Apaan sih lo” (namakamu) langsung memukul bahu Iqbaal sedikit kencang. Tatapan matanya kepada Iqbaal menyiratkan kebencian yang amat besar kepada pria itu.

“So, mendingan lo ke kelas duluan. (namakamu) biar sama gue dulu disini. Lo gak mau ganggu orang pacaran kan?” Tangan Iqbaal langsung beralih merangkul bahu (namakamu). Waktu yang tepat untuk mengambil kesempatan dalam kesempitan.

Salsa menganggukan kepalanya. Setelah itu ia lalu beranjak dari tempat duduknya dan berjalan meninggalkan kedua orang itu. Daripada ia harus menjadi nyamuk melihat (namakamu)  dan Iqbaal berpacaran, lebih baik ia pergi ke perpustakaan saat ini. Membaca novel bergenre romance dan membayangkan bahwa ia adalah tokoh utama di dalam novel itu. Ini adalah kebiasaan Salsa, berkhayal bahwa kisah hidupnya sama seperti novel yang sering ia baca. Karena baginya, dunia khayalan lebih indah dari kenyataan.

Bersambung

Possesive Boyfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang