Part 8

2.7K 247 5
                                    

Tangan Iqbaal bergerak menyentuh pipi kiri Arnita yang lebam. "Kenapa lagi nih pipi?" Iqbaal bertanya kepada Arnita dan tanpa aba-aba langsung menekan luka lebam yang berada di pipi Arnita.

Arnita sedikit meringis dengan perlakuan Iqbaal. "Sakit ish" Gerutunya. Dengan gerakan cepat ia langsung menyingkirkan tangan Iqbaal yang saat ini sedang mengelus pipinya. Bisa saja tiba-tiba Iqbaal langsung menekan pipinya lebih keras dari yang tadi. "Ini tuh tadi kakak kelas rese itu nampar gue. Yaudah-"

"Clara maksud lo?"

"Iya"

"Lanjutin ceritanya"

"Yaudah gue tarik aja rambutnya. Abisnya gue kesel. Dari situ akhirnya kita tarik-tarikan rambut deh. Hehe" Ucap Arnita diakhiri dengan kekehannya.

"Atas dasar apa dia nampar lo?"

"Abisnya dia jalan sambil main handphone. Alhasil minuman gue tumpah kena baju dia. Dia marah deh" Arnita memberhentikan ucapannya ketika melihat Iqbaal yang memandang serius dirinya. Ternyata kakak satu-satunya ini tampan juga ya.

"Kenapa gak dilanjut?"

"Bentar dong gue cape ngomong mulu, haus nih. Lo gak ada niatan beliin gue minum gitu kak?"

Iqbaal memandang Arnita dengan tatapan kesal. Arnita yang takut dengan tatapan Iqbaal yang seperti ingin menyerang, memilih untuk melanjutkan ceritanya, ya walaupun tenggorokannya kering karena belum minum sejak tadi. Semua ini karena Clara! Clara yang membuat uangnya hangus karena minuman yang dibelinya tumpah. Clara yang membuat ia haus karena tidak jadi meminum minumannya. Dan karena Clara ia harus rela menghabiskan waktunya untuk diceramahi Iqbaal seperti ini. Intinya Arnita sangat benci dengan Clara.

"Terus dia suruh gue minta maaf sama dia. Ya gue gak mau lah! Kan dia yang salah karena gak liat jalan, masa gue yang disuruh minta maaf sama dia. Terus dia marah-marah gitu sama gue. Karena gue kesel gue tumpahin aja sisa es yang ada di tangan gue ke arah dia" Celoteh Arnita panjang lebar. Tak tahukan ia bahwa saat ini sedang diberi tatapan sinis oleh kakaknya? "Eh terus dia langsung nampar gue sambil ilang 'Adek kelas kurang ajar' gitu" Ucap Arnita seraya meniru suara Clara yang sedang menamparnya tadi.

"Ckckck" Iqbaal hanya berdecak menanggapi ucapan Clara.

"Kenapa? Gue gak salah kan?" Tanya Arnita dengan wajah polosnya.

"Kenapa lo gak minta maaf aja sih Arnita?"

"Gak maulah! Orang gue gak salah"

"Iya deh. Emang lo itu selalu benar" Iqbaal menyerah sekarang. Lagipula jika ia terus menanggapi ucapan Arnita, adiknya itu akan terus berupaya membalas ucapannya untuk membela dirinya sendiri.

Arnita tersenyum bangga. Dirinya lagi-lagi menang ketika debat dengan Iqbaal. Setelah itu ia langsung beranjak dari kursinya. Gadis itu membalikkan badannya ketika teringat sesuatu yang ingin ia ucapkan kepada Iqbaal. "Oh iya. Pulang sekolah gue mau main"

"Keluyuran terus pulang malam lagi? Kali ini gak gue izinin. Nanti lo pulang bareng gue" Iqbaal berkata tegas. Ia tak ingin adik perempuannya ini bergaul dengan orang tidak jelas diluar sana. Selalu pulang larut malam, paling sebentar juga pulang pukul sebelas malam. Iqbaal tidak akan mengizinkannya kali ini. "Gue gak nerima penolakan" Setelah berkata seperti itu Iqbaal langsung meninggalkan Arnita yang saat ini masih berdiri di tempatnya sambil menggerutu tidak jelas.

Arnita menghentakkan kakinya kesal. Dia mengaku kalah saat ini.

Bersambung

Possesive Boyfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang