05; epilogue

36 11 0
                                    

|05
|balancity。


sunday, 20xx


       pemakaman telah berlansung beberapa momen yang lalu. ayah dan ibu soojung tampak menatap dengan pandangan kosong pada gundukan tanah yang menimbun putrinya yang sedang tertidur untuk selamanya.

       entah mengapa, jungkook tak dapat merasakan kesedihan dari aura yang mereka pancarkan. terlalu lama ia menetap, terdiam pada kursi roda yang menopangnya, lantas kedua orang tuanya membiarkan jungkook berdiam diri di sana, seolah sedang bercengkrama secara batin dengan adiknya.

       tidak.

       bukan seperti ini yang ia harapkan. bukan seperti ini seharusnya. semuanya terjadi begitu saja, terlalu cepat, bahkan untuk sekedar menyadari rasa sakit pada hatinya yang bagai tercabik-cabik.

       timbunan tanah masih semerbak aroma petrikor yang sekarang justru menyesakkan. jika boleh, jungkook ingin dirinya menjadi bodoh hingga tak bisa memahami huruf, agar ia tak pernah tahu siapa pemilik nama yang terukir pada batu nisan itu.

       sebagian dari otaknya yang masih dapat berpikir jernih pun mendominasi bahwa dirinya masih tak dapat memercayai fakta mengenaskan yang kini ia alami.

       belum, belum sampai nantinya pita suara itu terasa hampir putus sebab jeritan pilu.

       belum sampai nantinya iris yang berkaca-kaca itu dibanjiri air mata yang berlinang tanpa henti.

       belum sampai nantinya hati yang berdegup semakin cepat itu tersayat hingga tak berbentuk.

       namun waktu yang telah berjalan tak dapat kembali. tidak memercayai faktanya pun tidak dapat mengubah kenyataan yang sudah ditakdirkan.

       lantas kedua kaki itu membawanya pergi dari kursi roda dengan langkah tertatih. hendaknya sekedar membisikkan 'selamat tinggal' pada soojung sembari menyentuh batu nisan milik adiknya, seolah mengelus surai hitam yang ia rindukan.

       seketika pening luar biasa menggerogoti sel-sel otak jungkook, membuat lelaki itu kehilangan keseimbangannya dan tersungkur lemah di samping makam soojung. ia tak memiliki niat untuk bangkit sekalipun,"kurasa ini lebih baik. bagaimana jika aku menyusulmu...?"

       kejap kemudian, ia memejamkan kedua matanya dan menghembuskan napas pelan, entah itu menjadi yang terakhir kalinya atau bukan. sebelum kesadarannya menghilang sepenuhnya, indra pendengarannya samar-samar menangkap suara bak malaikat yang begitu familiar di telinganya.




       "kemarilah,"




balancity | fin

balancity // bts-jjk ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang