00; prologue

114 42 43
                                    

|00
|balancity。


wednesday, 20xx


       derap langkah ganda menggema hingga mencapai ujung lorong rumah sakit, diiringi dengan kebisingan yang ditimbulkan oleh roda tempat tidur yang berputar dengan cepat. iris coklat berkaca-kaca menatap dalam sosok yang terbaring di atasnya, dengan hati yang berdegup tak menentu.


       lelaki itu sungguh tampak sekarat. soojung mengalihkan pandangannya ke sembarang arah, air mata yang menetes pada pipinya seolah mengatakan bahwa dirinya tak sanggup menyaksikan pemandangan yang tersajikan dihadapannya.


       tangannya mengepal, rahangnya mengatup erat. semerbak aroma medis menyerang indra penciumannya mendatangkan pening pada kepalanya. sejenak ia memijat pelipisnya dengan tangan yang masih bergemetar.


       sebelah tangannya berusaha menggapai tumpuan, hingga memutuskan untuk menghilangkan beban yang tak sanggup diangkat oleh kakinya dengan menyenderkan tubuhnya pada kursi tunggu rumah sakit yang dingin.

       ia menghela napas dengan berat, irisnya mencebik kesal terhadap tingkahnya sendiri. ayah dan ibunya berkomat-kamit seolah melafalkan mantra-mantra aneh, pada ujung kursi yang juga ia duduki.

       suasana tegang menyelimuti ketiga insan yang berharap-harap cemas menanti lampu merah yang terletak di atas pintu, bertuliskan 'sedang operasi' menjadi hijau. hingga setelah kian lamanya, seorang berbusana khas dengan warna hijau muda menampakkan dirinya dihadapan mereka dari balik pintu ruang operasi.

       "keluarga pasien?"

       suara lelaki itu sedikit merendah diujung kalimat begitu terkena aura khawatir berlebihan yang terpancar dari ketiga sosok itu, memecah keheningan sekaligus menambah kecemasan terhadap kata yang akan ia ucapkan setelahnya.

       ayah dan ibunya menghampiri dokter itu dengan air mata yang masih tersisa di pelupuk mata, dengan jantung yang berdetak dengan tempo yang semakin cepat.

       namun semua itu sirna begitu saja bagai tertiup angin, melihat dokter itu kini mengulum senyuman seterang mentari sembari berkata, "selamat, operasinya berjalan dengan lancar."

       kala itu pula, soojung meneteskan air mata bahagia di balik telapak tangan yang menutup wajahnya. isakan tertahan tak ia loloskan dari bibir merahnya, pening pada kepalanya digantikan oleh sebuah nama dari sosok terkasih yang memenuhi rongga otaknya.




       jeon jungkook.


d-4 | 23:00

00 | fin

balancity // bts-jjk ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang