01; phatethic

96 40 57
                                    

|01
|balancity。


thursday, 20xx


       suara decitan sepatu pada lantai oleh langkah kaki yang dipacu secepat kilat menggema ke pejuru lorong rumah sakit. gadis itu berlari menerobos kerumunan meskipun berkali-kali disahut oleh para petugas yang hampir tertubruk.

       tempo napasnya tak karuan, jantungnya masih berdegup kencang persis seperti malam tadi yang masih tak dapat ia hilangkan begitu saja dari memorinya. iris coklatnya mendelik sebal, tak kunjung menemukan sebuah nama dari sosok yang ingin ia temui.

       beralih, kedua kakinya yang tak henti berlari membawa tubuhnya ikut keluar dari bangsal menuju lorong ruang rawat inap vip, setelah menaiki tangga darurat, sebab baginya lift terlalu lambat untuk diandalkan saat ini.

       ia menyusuri seluruh pejuru, tanpa bertanya terlebih dahulu pada petugas informasi, yang mana sejujurnya cukup merugikan baginya. jika saja ia bisa bersabar sejenak, cukup tanyakan pada mereka, dan ia tak perlu membuang tenaganya dengan sia-sia.

       lantas langkah seribu itu terhenti di depan pintu coklat berhias ukiran sederhana di setiap sudutnya, setelah ia membaca papan nama pasien pada samping kananpintu tersebut dengan seksama.

       tangannya bertumpu pada lutut yang sedikit menekuk, sekedar mengistirahatkan diri dan mengembalikan ketenangan yang ia hambur seiring kedua kakinya berlari. peluh yang menetes pada pelipis dan juga membanjiri sekujur tubuhnya dibiarkan mengering sendiri.

       kejap kemudian, ia mengangkat punggungnya kembali tegak, setelah agaknya tempo pernapasannya sudah lebih mereda dibanding saat-saat sebelumnya. lantas tangannya terangkat untuk mengetuk pintu tersebut.

       ketukan pertama, sepuluh detik ia mematung. benaknya masih belum dapat berpikir jernih, masih terasa berguncang, hanya memilih untuk terdiam sesaat.

       ketukan kedua, keningnya berkerut lantaran tak menangkap bunyi dari suatu gerakan pun yang menimbulkan suara dari balik kayu itu. irisnya menatap heran, lantas mengurungkan niat untuk mengetuk yang ketiga kalinya dengan menekan gagang pintu dan mendorongnya perlahan.

       pandangannya menyebar begitu sedikit dari isi ruangan nampak pada celah antara pintu tempatnya memajukan kepala untuk mengintip sejenak, sebelum akhirnya menerobos masuk dan berusaha meminimalisir suara yang ditimbulkan oleh decitan pintu dengan menutupnya sangat perlahan.

       ia melangkah dengan ujung jari kakinya, sembari berharap-harap cemas agar tidak melakukan kecerobohan dan berakhir dengan mengesalkan. kamar itu terlalu sunyi untuk ukuran seorang yang ia kenal baik dengan lantunan kata-kata yang tak henti mengalir dari bibir mungilnya.

       dugaannya salah. Ia kehilangan keseimbangan, saking terkejutnya dengan sosok yang dikiranya masih terbaring lemah kini justru menegakkan punggungnya dan menatap balik dengan mata yang sengaja dibelalakkan.

       "astaga, kakak!" pekikan kaget memecah hening, disusul dengan kekehan menyebalkan yang bernada khas. gadis itu menghela napas, lantas menepuk belakang roknya dan berjalan mendekat.

       kini hatinya dalam lega, mendapati jungkook sudah dapat tertawa kembali, bahkan menjahilinya lagi. juga dalam kekesalan, dengan sambutan tak terduga yang hanya bisa ia dapatkan dari ke-tidakjelas-an jungkook.

       "oh, soojung," akhir dari panggilan itu berintonasi lebih tertekan, terdengar bukan pertanda baik bagi gadis korban kejahilannya. tangan kanannya terulur, dalam posisi meminta sesuatu.

balancity // bts-jjk ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang