03; fear

72 27 10
                                    



|03
|balancity。








saturday, 20xx




       sinar mentari pagi yang menerobos masuk melalui kaca jendela menyadarkan gadis itu dari bunga tidurnya. ia mengerinyitkan mata, masih belum beradaptasi dengan cerahnya pagi hari yang memaksanya untuk terbangun.

       jarum jam berdetak berirama menggema hingga pejuru ruangan, menjadi lamunan bagi soojung yang belum sepenuhnya mengumpulkan kesadaran. ia lalu mendengus, mengangkat tubuhnya dari posisi terbaring.

       pukul 07:00, memang bukan terbilang pagi untuk seseorang yang baru saja memulai harinya. jika ia masih dapat menikmati tidurnya hingga pukul begini, bisa dibilang kedua orang tuanya belum kembali sejak malam kemarin.

       soojung segera membasuh tubuhnya, serta berpakaian kasual. lantas keluar dari kamarnya dan bergegas mengarah tempat tujuan, tanpa mengisi energi terlebih dahulu. hari ini ia tak berencana mengunjungi Jungkook dengan segera, sebab masih ada suatu hal yang harus ia lakukan.

       ya, berlatih di gedung agensinya.

       meski mengetahui larangan yang dilontarkan orang tuanya, tetap saja ia tak dapat mengabaikan tawaran dari berbagai agensi begitu saja. bagai seorang gadis miskin yang diberi banyak emas, namun dituntut untuk tak menghiraukannya.

       ia merahasiakan segalanya, terkecuali pada jungkook yang terbilang overprotektif untuk seorang kakak. kalimat yang diucapkan ibunya tadi malam masih mengusiknya, membuat soojung memasuki gedung tujuannya dengan menapakkan kedua kaki dengan kesal.

       perjalanannya terbilang lama, namun otaknya tidak menggubris hal itu lantaran tak dapat berpikir jernih. ia menghela napas dalam, sebelum memasuki salah satu ruang, di mana merupakan tempatnya biasa berlatih.

       kedatangan soojung disambut dengan sapaan ramah dari teman seperjuangannya yang kini sedang melakukan peregangan, tanda bahwa ia belum lama tiba. gadis itu mengulas senyuman tipis, seraya meletakkan tasnya di ujung ruangan.

       lantas keduanya melaksanakan kegiatan seperti biasa, namun tampaknya soojung masih memaksakan dirinya untuk memperoleh hasil yang lebih, seakan apapun yang ia lakukan tak pernah cukup dan membuatnya merasa puas.

       "soojung-ah, istirahatlah dulu. kita sudah berlatih selama tiga jam dengan baik, butuh jeda untuk memulihkan tenaga," nasehat berintonasi penuh kekhawatiran terucap dari mulut partnernya, choi yeonjun.

       gadis yang bermandikan peluh itu justru menggeleng pelan, irisnya mendelik melalui cermin yang terpasang dihadapannya dengan tatapan tajam, memancarkan tekad kuat yang seolah tak akan runtuh meski tubuhnya melemas.

       ia akui, seluruh tenaganya yang terkuras hampir tak bersisa, juga kesengajaannya melewatkan jam makan siang kemarin, makan malam serta sarapan hari iniㅡmembuat rasa pening menyerang kepalanya tanpa ampun.

       napasnya menderu, namun bibirnya mengulum senyuman tipis yang seolah menyuruh lawan bicaranya itu yakin bahwa ia baik-baik saja, "oh, ayolah, aku tak selemah itu. dan panggil aku noona."

       yeonjun mendengus, paham bahwa ia tak dapat menyangkal perkataan itu, atau akan terlibat sebuah permasalahan dengan soojung. lantas ia memutuskan untuk menghangatkan suasana dengan menyahut, "kau hanya lebih tua beberapa bulan dariku, dan aku lebih tinggi dua puluh senti darimu."

       soojung hendak mendaratkan tendangan pada kedua kaki yeonjun yang terlewat panjang itu, jika saja kondisinya jauh lebih baik dari saat ini. maka dari itu ia hanya meloloskan kekehan pelan dari mulutnya,

balancity // bts-jjk ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang