Bagian 1

1.3K 194 16
                                    

Di sebuah kafe mewah di tengah gemerlap malam ibu kota. Dia melangkah lesu, menuju kumpulan pemuda-pemuda tampan di pojok kafe. Dia terlihat lelah dan tidak bersemangat. Dasinya sudah tak terpasang rapi, jasnya hanya ditenteng dan lengan kemeja putihnya di lipat asal. Sebenarnya dia tidak dalam perasaan yang baik untuk bertemu teman-teman yang jika berkumpul selalu membicarakan istri, atau sekedar kekasih mereka.

"Akhirnya bos besar kita datang!"

"Maaf, tadi gue banyak kerjaan!" ucapnya.

"Santai, kita maklum kok!"

Dia hanya tersenyum tipis lalu duduk di bagian sofa yang masih kosong. Teman-temannya mulai mengoceh tentang hal-hal yang kurang dia sukai. Yuda, yang duduk tepat disebelah sibuk menceritakan pacar-pacarnya yang tidak penting dan satu wanita istimewa yang dia bilang paling dia cintai. Dani  bercerita tentang istri dan putri semata wayangnya. Johnny juga ikut menceritakan anak pertamanya yang sudah mulai bisa berjalan. Yuta, pemuda keturunan Jepang itu menimpali dengan cerita persiapan pernikahannya.

"Vin, diem aja, sariawan?" tanya Dani yang kemudian disambut tawa oleh teman-temannya.

"Terus gue harus ngapain?"

"Cerita-cerita kali tentang cewek lo!"

"Nggak punya cewek gue!"

"Apa? Seorang playboy sekelas Arvin Pradika Kusumawardana nggak punya cewek?" celetuk Yuta.

"Kalian jangan sok nggak tau deh, Arvin kan elergi cewek! " timpal Johnny.

"Bacot lo pada!"

"Ih ngambek!"

Arvin berdiri, dia ingin sesegera mungkin pergi dari kumpulan teman-teman laknat yang selalu membahas hal-hal seperti ini.

"Bodo!"

Arvin tetap pergi, dia juga sudah cukup lelah dengan pekerjaannya seharian. Dia tidak ingin semakin stres gara-gara teman-temannya. Arvin sedikit sensitif jika membahas tentang alergi itu. Dia bahkan telah berobat keluar negeri, hingga paranormal terkenal, tapi hasilnya nihil. Dia masih mengusap alergi itu. Menurut paranormal terakhir yang dia datangi dia harus bertemu dengan gadis itu, gadis yang menyumpahinya dan membuat gadis itu mencabut kutukannya.

--Missing_Between_Us--

"Kucing, makan yang banyak ya!" ujarnya.

Dia tersenyum cerah menatap ikan mas koki yang melahap makanannya dengan lahap. Ya, Kucing adalah nama ikan emas koki yang dia pelihara sejak seminggu yang lalu. Awalnya dia ingin memelihara kucing, tapi biaya hidup kucing terlalu mahal untuknya.

Tidak lupa, dia juga menyuapkan sereal untuk dirinya. Dia menatap rintik hujan dari jendela kaca. Helaan napas lolos darinya, dia membenci hujan di pagi hari. Bukan tanpa alasan, tapi hujan menghambat aktivitas. Jalanan yang becek, angkutan umum yang mendadak penuh. Ok, dia bisa memesan taksi online, tapi dia tidak akan melakukannya karena dia harus berhemat demi cicilan apartemen yang baru dibelinya enam bulan yang lalu.

Berpayung tas berwarna hitam, dia menerobos hujan menuju halte bus terdekat dari tempat tinggalnya. Nasib baik untuknya, karena hujan tidak turun semakin deras.

Gedung pencakar ini adalah tempat dia mengantungkan hidup selama tiga tahun terakhir. Dia adalah seorang agen periklanan yang cukup terkenal

"Selamat pagi Mbak Rubi," sapa satpam yang berjaga di depan pintu.

"Selamat pagi, Pak Heru," balasnya ramah.

"Rubi, jangan lupa bikin proposal buat diajuin ke klien, nanti sore ya!" ujar salah satu temen kerjanya.

Missing Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang