"Rubi ..."
"Anda mengenal dengan saya?" tanya Rubi bingung.
"Arvin ...."
Wanita paruh baya dengan penampilan modis itu masuk ke dalam ruang rawat Arvin. Ya, pria yang ditolong oleh Rubi tak lain dan tak bukan adalah Arvin—Arvin Pradika Kusumawardana.
"Vin kok bisa gini sih?" tanya wanita itu panik.
"Kata dokter, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Dia hanya mengidap elergi," ujar Rubi menjelaskan.
"Tapi anak saya nggak punya elergi! Eh ngomong-ngomong kamu siapa? Setahu saya wajah Nanda tidak seperti ini."
Rubi berusaha tersenyum, dia meyakinkan dirinya jika ibu ini tidak ada niatan buruk mengatakan hal seperti itu.
"Saya yang tadi bicara dengan Ibu di telepon tadi."
"Oh kamu yang nolong anak saya!"
"Ya sudah Bu, saya pamit sudah malam," ucap Rubi sopan.
"Ah iya, terima kasih sudah menolong anak saya dan menjaga dia," ucap Ibu yang sekarang terdengar lebih ramah di telinga Rubi.
"Sama-sama, kalau begitu saya pamit!"
"Eh Nak, rumah kamu di mana, ini sudah malam lebih baik kamu di antar oleh supir kami."
"Tidak usah Bu, saya bisa sendiri!" tolak Rubi halus.
"Saya tidak terima penolakan, anggap saja ini sebagai ucapan terima kasih karena sudah menolong anak saya."
"Baiklah Bu, terima kasih."
Dalam hati Rubi berteriak bahagia. Sebenarnya dia hanya pura-pura menolak. Dia tidak harus mengeluarkan uang ratusan ribu untuk ongkos taksi. Ayolah, jarak rumah sakit ini dan apartemennya lumayan jauh. Karena prinsip hidup Rubi, jika bisa gratis kenapa harus bayar?
——Missing_Between_Us——
Dengan mobil Alphard berwarna hitam, Rubi sampai dengan selamat di depan gedung apartemennya. Lega rasanya, karena tidak lama lagi dia akan bertemu dengan Kucing dan juga ranjangnya tersayang.
Jam digital yang melingkar di pergelangan tangannya tertulis 02:30. Itu artinya Rubi mungkin hanya akan punya sekitar dua jam untuk tidur. Sampai di apartemen dia langsung merebahkan diri, tidak Menganti baju bahkan membersihkan wajahnya. Dia sudah terlalu lelah, lagi pula membersihkan diri hanya akan memotong waktu tidurnya yang sudah sangat minim. Akhirnya dia memilih langsung pergi alam mimpi.
——Missing_Between_Us——
Arvin tidak bisa tidur hingga pagi datang, selain karena dia memang tidak betah berada di rumah sakit dia masih memikirkan wanita yang menolongnya tadi. Dia sangat yakin jika wanita itu adalah Rubi, mantan pacar yang dia cari-cari selama ini. Mantan pacar yang mungkin saja menjadi penyebab dia mengidap alergi aneh.
Insiden semalam juga bagian dari elergi aneh yang dia idap. Wanita anak dari kenalan ibunya itu, dengan seenaknya menyentuh-nyentuhnya. Meski Arvin sudah berusaha sekuat tenaga untuk menghindar, tapi wanita itu terus berusaha menyentuhnya hingga akhirnya wanita itu berhasil dan membuat Arvin berakhir di rumah sakit.
Kembali lagi pada wanita itu, jika wanita itu benar-benar Rubi, Arvin penasaran kenapa wanita itu seolah tidak mengenalinya. Apa mungkin dia salah orang? Namun dia benar-benar mirip dengan Rubi. Apa mungkin Rubi begitu membencinya hingga pura-pura tidak mengenalnya? Namun jika dia memang membencinya, kenapa dia harus repot-repot menolongnya? Sungguh Arvin bingung dengan semua ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Missing Between Us
RomanceSinopsis! Kalian percaya karma? Arvin Pradika Kusumawardana percaya, sangat percaya. Dia menyakini dia sedang membayar karma dari kelakuannya di masa lalu. Dia mengidap elergi tidak biasa. Kalian percaya jika dia mengidap alergi pada wanita. Mus...