Prolog

15.2K 374 7
                                    


Dentuman musik menggema dengan sangat keras seolah memekakkan telingan, mendominasi isi gedung ini. Segerombolan manusiapun tak merasa terganggu dengan suara musik yang sangat keras itu. Bahkan, hampir seluruh dari mereka sangat menikmati alunan melodinya.

Bau asap rokok dan alkohol bercampur jadi satu. Menyeruak, seolah mengorek indra penciuman.

Colosseum Club! Yah, itu adalah salah satu club elit di kota Jakarta. Dengan segala fasilitasnya yang cukup terbilang mewah.

Di salah satu sudut sana, terlihat seorang gadis dengan acuhnya duduk di bar, menikmati minumanya tanpa perduli dengan pria-pria hidung belang yang menatapnya seperti ingin memangsa.

Gadis mungil nan cantik dengan kulit putih mulus, bibir tipis, dan postur tubuh yang sexy seperti gitar sepanyol itu, sedang menunggu sang sahabat yang dengan kebiasaan buruknya meninggalkan-nya hanya karna sang kekasih. 

Gadis itu yakin jika sahabatnya sedang memadu cinta dengan sang kekasih. Hal itu terbukati dengan dirinya yang sudah menunggu selama kurang lebih dua setengah jam di bartander ini.

Kalau gadis itu tak ingat dengan sahabatnya, mungkin sudah dia tinggalkan sahabatnya itu di club ini sendirian. Biarkan saja dia pulang dengan Kelvin yang dia bilang kekasihnya itu.

Tapi, gadis mungil itu tak sampai hati melakukannya. Dia masih memikirkan sahabatnya, yang nantinya akan di berikan dalil-dalil panjang dari sang kakak yang terbilang possessive jika dia pulang bersama pria atau tidak bersama dengannya. Maka, dengan berat hati dia menunggu sambil menikmati wine yang sudah ia pesan.

Entah sudah berapa gelas yang gadis itu minum. Sampai akhirnya kepalanya serasa berat dan pandangan matanya sedikit mengabur. Mungkin dia sudah berada pada titik mabuk saat ini.  Tapi, dengan sedikit kesadaran yang masih menancap pada dirinya. Itu'pun mungkin tak lebih dari sepuluh persen.

"Kau tidak pernah memikirkan anakmu!

Yang kau pikirkan hanyalah berkas-berkas sialan yang terus bersamamu!" rancaunya, mungkin pengaruh dari wine itu sudah bereaksi dalam tubuhnya. Hingga kesadarannya mulai menipis.

Celaka!

Ini petaka biruk baginya!

Dimana seseorang yang katanya sahabat itu. Apa dia tidak mengerti jika sahabatnya itu sedang dalam bahaya?  Dimana firasatnya sebagai seorang sahabat?

"Astaga Prilly!"

Akhirnya muncul juga! Selamat nona, kau muncul di waktu yang tepat. Dilihatnya gelas kaca yang tersusun sangat banyak. Dia membulatkan matanya melihat itu. Mungkin ada sekitar sepuluh atau sebelas gelas berbau wine yang sudah kosong karna di teguknya.

"Kau meminum sebanyak ini bodoh?!" entah pertanyaan atau pernyataan yang di lontarkan gadis itu, jelasnya dia sedang merutuki kepintaran sahabatnya yang baru bisa meminum wine, tapi dengan beraninya meminum sebanyak itu.

"Hahaha, aku pun bisa mencari pekerjaan sendiri! Tanpa memita darimu atau bahkan uangmu! Hahaha" rancauan gadis mungil itu mulai membuat sahabatnya bingung.

Apa makasut sahabatnya ini? sepertinya sahabatnya ini sedang ada dalam masalah dengan sang mommy. "Ayo kita pulang Prill, kau sudah benar-benar mabuk untuk saat ini!"

gadis ah, maksutnya perempuan!  Perempuan itu membopong tubuh Prilly keluar dari club malam ini. "Kumohon, carikan aku pekerjaan Cika! Aku ingin mencari uangku sendiri!" lirih Prilly memohon pada Cika, sang sahabat.

"Ku carikan, tapi kita pulang oke?" setelah itu, Cika tak menanggapi rancauan-rancauan kecil Prilly yang memang sedang dalam keadaan mabuk, dan Cika membawa Prilly keluar menuju mobilnya untuk pulang ke apartemen Prilly.

Sedangkan disalah satu sudut ruangan, seseorang telah memperhatikan gelagat kedua gadis itu dengan pandangan menginginkan. Senyum devil pun terpatri di wajahnya. Seolah menandakan bahwa sesuatu harus dia lakukan.

Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang