#LS'11~Kau Yakin?

6.4K 363 58
                                    

Selamat Malam....

Selamat Membaca....

Maaf lama, saya sibuk guys....

Dah ah itu aja.
Jan lupa Vote ama komennya.....

#######

Suasana haru terasa sangat kental mendominasi area pemakaman. Sebuah peti besar dengan warna putih, di turunkan ke dasar tanah. Perlahan tapi pasti, peti mati itu di timbun dengan tanah. Mengundang tangis yang tak bersuara, namun menyesakkan.

Air mata Prillyana semakin deras berjatuhan menatap jasad dalam peti yang perlahan menghilang tertutup tanah. Dadanya sesak. Angan-angannya melayang entah kemana. Kakinya melemas seperti jelly. Mungkin dia tidak bisa menyangga tubuhnya saat ini, jika tangan besar Virali tidak memeluk pinggangnya dengan erat. Berusaha menenangkan dirinya dengan mengelus puncak kepalanya.

Prillyana tidak menyangka! Baru beberapa hari yang lalu dirinya menemui sang ayah. Berbaikan dengan sang ayah, bercanda dan tertawa bersama. Persis seperti saat keluarganya masih lengkap.

Kemarin dokter yang menangani ayahnya mengatakan padanya, jika dalam waktu dua atau tiga hari, ayahnya sudah bisa dibawa pulang. Pria itu sudah sembuh! Hanya tinggal pemulihan. Tapi apa yang malah Prillyana dengar.

Hari ini, pagi-pagi tadi, Reycika datang dengan mata merahnya yang sudah dihiasi air mata. Mengatakan padanya, jika kondisi ayahnya kembali melemah. Tanpa pikir panjang, Prillyana keluar dari apartementnya. Turun ke bawah menuju tempat parkir. Bahkan, jubah mandi masih melekat indah di tubuhnya.

Tanpa kunci kendaraan, tanpa kendaraan. Pikirannya kacau, dunianya serasa berhenti berputar. Gadis itu merasa dirinya benar-benar bodoh saat itu. Sampai Virali datang dengan membawa kemeja miliknya untuk Prillyana kenakan, dan mengantarkan gadisnya menuju rumah sakit tempat di mana ayah Prillyana dirawat, dengan kecepatan di atas rata-rata.

Hingga dirinya sampai disana, di depan ruang rawat ayahnya. Tubuhnya membeku, kakinya mendadak lemas tak dapat menumpu berat badannya. Di depan sana, di atas ranjang pasien, Prillyana melihat tubuh ayahnya yang sudah terbujur kaku dengan kain putih yang perlahan menutupi wajah tampannya. Dunianya seakan benar-benar musnah.

Perasaan bersalah kemabali timbul di dalam hatinya, mencubit kecil disana, menimbulkan rasa sakit yang luar biasa. "Daddy," gumamnya, dengan pandangan mata kosong, menatap tanah yang perlahan menggunduk, menutup peti.

Virali menatap sekilas wajah cantik gadisnya yang sudah basah karena air mata. "Hapus air matamu, sayang. Daddymu akan bersedih melihat putri kesayangannya menangisi kepergiannya." bisik Virali lirih, membuyarkan ingatannya yang masih nyata, berputar di pikirannya beberapa jam lalu.

Pandangan mata sembabnya perlahan naik, bertemu dengan pandangan Virali yang menatapnya sendu. "Aku sendiri Ali, tanpa Mommy, tanpa Daddy, aku sendiri." lirihnya, tangis Prillyana semakin pecah di dada bidang Virali.

Menenggelamkan kepalanya disana, juga mengeratkan pelukkannya, pria itu mengecup lembut pucuk kepala Prillyana, berusaha menenangkan gadisnya dengan membalas erat pelukan Prillyana.

"Shuttt, masih ada aku yang akan bersamamu. Masih ada aku yang tidak akan pernah meninggalkanmu. Masih ada aku!" ucapnya, kembali berusaha menenangkan Prillyana, yang sudah menangis tersendu-sendu dalam pelukannya.

Tangis Prillyana terhenti, pelukanya dia lepaskan, untuk menatap wajah pria itu sejenak. Entah mengapa, hati Prillyana tersentuh haru, mendengar ucapan Virali yang terdengar begitu tulus padanya. Apa benar Virali tidak akan pernah meninggalkannya?

Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang