#LS'7~Margarita

7.9K 392 75
                                    

Selamat siang-sore-malam-pagi para pemirsa sekalian.......

Tadinya mau ngaret lagi update cerita ini, tapi saya masih punya hati buat gak nggantunggin hat--ehh,,, anda sekalian.. hehehe....

Jadi saya update sekarang lah yahh...

Udahlah gak perlu banyak kata, silahkan di baca.

Eitsss,,, jangan lupa Vote dan Commentnya yahh😘😘

#####

Jam kerja telah usai, kini waktu bagi karyawan untuk pulang dan terbebas dari urusan kantor, kecuali bagi mereka yang lembur.

Berbeda dengan karyawan lainnya, Prillyana lebih memilih menjenguk sang ayah yang sedang dirawat di rumah sakit. Setelah usai rapat terakhir tadi, Prilly langsung keluar dari kantor mencari taksi dan pergi ke alamat rumah sakit yang sudah di berikan oleh pria kemarin, tentu saja setelah mengantongi izin untuk pulang cepat dari bosnya.

Kaki jenjangnya melangkah terburu-buru mencari dimana ruang rawat sang ayah. Sampai dirinya berhenti melangkah pada salah satu ruangan yang menyita pandangan matanya. Sosok pria paruh baya sedang terbaring lemah tanpa siapapun menemaninya.

Membuat hati Prillyana sedikit meringis ngilu melihatnya. Kepala juga tangannya di lapisi kain kasa berwarna putih, dan alat pendeteksi jantung, di tambah selang infus di tangannya serta alat bantu pernapasan yang menutup sebagian wajah tegas yang mulai terlihat keriput. Menunjukkan bahwa kecelakaan itu sedikit parah.

Kaki jenjangnya dia bawa masuk menuju ruangan berbau khas obat itu, melangkah dengan senyum yang terpatri di wajah ayunya. Walaupun senyuman itu sangat ketara di paksakan.

"Aku datang." ujarnya serak saat berada tepat disisi brankar sang ayah. Beberapa lecet di sekitar wajah pria itu membuat Prilly meringis melihatnya. Membuatnya merasakan perih di sekujur tubuhnya, kala membayangkan jika luka itu menempel pada kulit halus wajahnya.

Dilihatnya postur tubuh pria itu yang mulai mengurus seperti tak terurus, dengan di balut selang infus untuk membantu memberikan nutrisi pada tubuh pria itu.

Dirinya memaki kesal kepada ibu tiri dan keluarganya yang meninggalkan pria paruh baya itu sendirian di ruangan ini.

Prilly yakin jika wanita ular itu kini sedang bersenang-senang, berbelanja, dan menghabiskan uang ayahnya. Sehingga dia membiarkan ayahnya sendirian di ruangan terkutuk ini. Sialan memang!.

Gadis itu membungkuk, mengusap kepala Robinne, kemudian mengecup keningnya lama. "Apa aku sangat jahat padamu?" Berbisik di telinga sang ayah, Prilly memeluknya dengan hati-hati.

Dirinya merasa bersalah karna telah mengabaikan sang ayah selama dua tahun ini. Tak memberi kabar, tak mengunjungi, bahkan mengetahui ayahnya kecelakaanpun tidak, padahal jarak tempuh tempat mereka juga tidak terlalu jauh.

Gadis itu menegakkan tubuhnya, sedikit menjauhkan diri dari Robinne, takut membuat pria paruh baya itu merasa sesak pada dadanya, karena tubuhnya yang menimpa pada tubuh Robinne.

"Yah, ku rasa seperti itu. Bahkan aku tak tahu bahwa sesuatu sedang terjadi padamu." tangannya terulur mengambil tangan Robinne, kemudian dikecupnya lama punggung tangan pria paruh baya itu. Seolah, dirinya benar-benar merasa bersalah dengan apa yang dilakukannya.

"Maafkan aku dad, maafkan aku." ucapnya serak. Menahan cairan bening itu untuk luruh dan membasahi pipi chubby miliknya.

"Buka matamu. Apa kau tak ingin melihat putrimu yang cantik ini?." Gadis itu terkekeh hambar dengan mata yang mulai berkaca-kaca mendengar ucapannya sendiri. Merasa konyol dengan apa yang dirinya ucapkan. Memuji diri sendiri. Tapi memang benar itu adanya.

Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang