0 - 4

1.2K 189 3
                                    

Bulan menarik tangan Rhea—sahabatnya—untuk sesegara mungkin meninggalkan kantin, pasalnya jam istirahat ini Bulan dibuat panik saat melihat siluet Angkasa bersama temannya memasuki kantin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bulan menarik tangan Rhea—sahabatnya—untuk sesegara mungkin meninggalkan kantin, pasalnya jam istirahat ini Bulan dibuat panik saat melihat siluet Angkasa bersama temannya memasuki kantin. Tiga hari ini gadis itu berusaha mati-matian menghindari sosok Angkasa setelah malam dimana Angkasa menelponnya.

Jangan salahkan dia yang terkesan lebay, salahkan saja Angkasa yang terus-menerus menghubunginya. Bulan tidak mau terlalu percaya diri, tetapi cowok itu seakan tidak memberi ruang pada Bulan untuk bernafas lega.

Sahabatnya itu memberinya tatapan bingung sekaligus kesal, "kenapa sih?" tanya Rhea dengan nada curiga, Bulan menggeleng sambil menelan salivanya.

"Gak usah bohong! Kenapa ngajak gue lari dari kantin coba?" suara Rhea berubah mengintimidasi membuat nyali Bulan seketika ciut karena gadis bertubuh pendek itu lebih galak darinya.

"Ih apaan sih Rhe, orang gak ada apa-apa kok. Aku tuh kebelet pipis tau!" seru Bulan menutupi gugupnya, Bulan buru-buru masuk kesalah satu bilik toilet yang kosong, dan berpura-pura seakan dia memang ingin buang air kecil.

Selesainya berpura-pura, Bulan keluar melihat Rhea tengah melipat tangannya di depan dada sembari memberi tatapan tajamnya.

"Masih mau bohong atau mau jujur?" tanya Rhea dingin membuat Bulan menggigit bibir bawahnya, ketahuan sudah. Memang dasarnya Bulan bukan orang yang pintar berbohong, jadi sudah pasti tertebak dengan mudah oleh Rhea.

"Yaudah aku jujur aja." Bulan pun memilih jujur dari pada nanti Rhea akan marah dan memberi tahu dua sahabatnya yang lain kalau Bulan menyembunyikan sesuatu.

Rhea mendekatkan dirinya pada Bulan, "jadi kenapa?" tanya Rhea yang di jawab Bulan dengan bercerita singkat tentang ia yang bertemu Angkasa dan berujung cowok itu tiga hari ini terus-terusan menghubunginya.

"Lo gak nyaman sama dia yang kayak gitu?" tanya Rhea lagi, Bulan mengedikkan bahunya bingung, "ya kalau ke ganggu bilang sama dianya, biar dia gak lagi ngehubungin lo gak jelas gini." saran Rhea yang ditanggapi anggukan oleh Bulan.

Sejujurnya Bulan sendiri merasa bingung, apakah dia terganggu atau tidak. Kadang dia merasa terganggu, kadang juga tidak. Gadis itu benar-benar labil terhadap perasaannya sendiri.

"Yaudah ke kantin lagi yok." ajak Rhea yang sekarang menarik tangan Bulan keluar dari toilet sekolah, Bulan membulatkan matanya mendengar ajakan Rhea barusan.

Tangan Bulan menepis paksa genggaman Rhea pada lengannya, "ih Rhea, kalau ke kantin nanti ketemu dia dong!" seru Bulan yang ditanggapi Rhea dengan menghela nafasnya.

"Bentar aja Bul, gue cuma mau beli roti abis itu baru kita balik ke kelas." jelas Rhea membuat Bulan jadi tidak enak, gadis itu akhirnya mengangguk menuruti kemauan sahabatnya, "aku tunggu luar kantin, kamu aja yang masuk Rhe."

Saat sudah sampai kantin, Rhea menolehkan kepalanya ke Bulan, "gue beliin roti buat lo juga ya." ujar Rhea berinisiatif, kasihan juga dia melihat Bulan yang seperti menahan laparnya. Bulan mengangguk sambil memberi senyum lebarnya. Untung Rhea orangnya sangat pengertian, kalau tidak, dia mungkin belajar dengan perut yang bunyi terus-menerus.

semesta | tzuyu x taeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang