Pagi yang cerah ini Bulan ingin memulai harinya dengan semangat, setelah suntuk dua hari libur disuruh ini-itu oleh Luna. Gadis yang baru tiga bulan ini berumur enam belas tahun—bersenandung ria menuruni anak tangga rumahnya.
Di meja makan, keluarganya sudah duduk rapih memulai sarapan. Ada bundanya yang sedang mengoleskan selai di atas roti tawar milik ayahnya, sedangkan kepala keluarga itu fokus membaca korannya sesekali menyesap kopi yang berada di sampingnya.
Kedua kakaknya sepertinya sibuk masing-masing. Luna tengah menyuapkan nasi ke mulutnya sembari sibuk menelpon—yang Bulan bisa tebak itu pasti manajernya. Kalau Cakra—kakak tertuanya, pastinya sibuk dengan membulak-balik kertas dalam dokumennya yang penting.
Bulan menempatkan dirinya di sebelah Luna, "selamat pagi Bubun, Ayah, Abang, Teteh!" sapanya satu persatu, semuanya membalas 'pagi' kecuali Cakra yang hanya berdeham panjang. Bulan mengerti dengan kakaknya yang satu itu, sudah biasa ia dihiraukan jika Cakra sedang memegang tumpukkan kertas pentingnya.
Sebenarnya anggota keluarga mereka masih kurang satu lagi, yaitu adik bungsu Bulan—Rissa. Saat ini Rissa memilih bersekolah bersama nenek dari ayah mereka, Rissa merasa kasihan kalau neneknya harus sendiri, jadi ia berinisiatif untuk sekolah di Jogja menemani neneknya.
"Teh, Bulan pagi ini bareng Kak Elin, tadi Kak Elin udah janjian sama Bulan mau berangkat bareng." Bulan memberitahu jika ia pagi ini berangkat bersama Belinda, sepupunya. Jadi Luna tak perlu repot-repot mengantarnya. Luna yang masih dalam panggilan membalasnya dengan anggukan.
Bulan langsung menyantap habis nasi gorengnya, juga meneguk tandas susu yang sedari tadi ada di sebelahnya. Memastikan sarapannya telah habis, Bulan memeriksa ponselnya untuk menanyai keberadaan Belinda.
Bulan
kak elin udah sampe mana nih?Belinda
udah di depan rumahmu nih, cepet keluar sini!Setelah mengetahui Belinda sudah sampai, Bulan beranjak untuk menyalami satu persatu anggota keluarganya tersebut, "semuanya Bulan sekolah dulu ya!" pamit gadis itu berlari menuju mobil Belinda yang terparkir di depan rumahnya.
Bulan membuka pintu depan mobil disebelah pengemudi, namun dirinya mendengus ketika mengetahui kalau ternyata bersama dengan kembaran Belinda, kakak sepupunya juga, namun Belino—namanya—orangnya itu bikin kesal mulu.
"Aku kirain sendiri aja Kak Elin." kata Bulan menyindir ketika sudah duduk di bangku belakang. Merasa terkena sindir adik sepupunya, Belino membalikkan badannya dengan susah demi melihat wajah galak Bulan.
Tangannya mengangkat untuk menjitak kepala Bulan. Bulan yang belum sempat menghindar mengaduh karena jitakkan yang cukup keras, "ih Abang Ino! Bulan salah apa sampe di jitak gitu?!" tanya Bulan dengan suara ngambeknya, Belino menghidupkan mesin dan mejalankan mobilnya, sengaja tidak di jawab pertanyaan Bulan agar gadis itu lebih marah lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
semesta | tzuyu x taeyong
Fanfic[ s e m e s t a ] Namanya adalah Angkasa, bagian yang relatif kosong pada jagad raya ini. Bisa dikatakan arti namanya sama persis menggambarkan sosok dirinya, benar-benar hampa. Ia mungkin menjadi tempat dari semuanya berada, tetapi tetap saja tak a...