"Iya Bu, iya aku akan segera pulang. Baiklah, aku mencintaimu juga"
Yurina sedikit beruntung karena Ibunya menelpon disaat yang tepat. Kejadian di kafe tadi membuat jantungnya berdetak dua kali lebih cepat.
Jalanan kota Brisbane malam ini cukup dingin dan sepi pastinya. Yurina memasukkan tangan ke saku jaketnya, berjalan di malam hari seperti ini bukan ide yang bagus. Tapi Yurina memilih berjalan kaki berharap malu yang baru saja Ia rasakan ikut terbang terbawa angin malam.
Beberapa toko masih buka untungnya, membuat jalan tidak terlalu gelap. Cahaya dari salah satu toko menarik perhatiannya, toko survenir. Dari jendela kaca terlihat beberapa barang antik, salah satu benda menarik perhatian Yurina. Kendama.Kendama merupakan permainan kuno khas jepang berupa bola berlubang (tama) dan setangkai kayu (ken).
Yurina lahir di Jepang, menghabiskan masa kecil di Jepang, lalu pindah ke Australia pada umur 8 tahun. Kendama merupakan permainan yang disukai Yurina.
Tanpa pikir panjang Yurina membeli kendama dengan bola berwarna merah muda. Hanya sebagai hiasan di sudut apartemen kecilnya.
Tanpa dirasa apartemen Yurina sudah dekat.
"Apa ini terlalu malam?" Gumam Yurina.Dilihat jam tangan di tangan kiri putihnya, pukul 21.00
"Sekali-kali aku perlu pulang malam bukan?" Yurina mencoba menenangkan dirinya sendiri.
Dari belakang terdengar deru mesin mobil yang melambat, reflek Yurina berhenti sebentar.
"Yurina? Mau aku antar? Ini sudah larut malam" Yurina terkejut."Edward?" Lelaki di dalam mobil itu mengangguk
"Cepat, sudah terlalu malam"
"Ah, tidak usah. Apartemenku sudah dekat, terimakasih" Yurina sambil sedikit membungkukkan badannya
"Tak apa, kita bisa mengobrol sebentar" baiklah Yurina masuk ke dalam mobil lelaki bertubuh tinggi ini
===
"Sebentar, jadi kau Eddy yang datang ke kafe bersama Brett?!" Yurina memang lemot wajah teman lamanya saja dia lupa."Kau tidak menyadarinya? Benarkah? Kau masih sama ternyata" Edward mengusap keningnya
"Mengapa kau tidak menyapaku?"
"Hahaha iya juga, mengapa aku tidak menyapamu" Edward menertawakan kebodohannya
"Kau melihatku berjalan menuju Brett kan? Mengapa kau tidak menyapaku?" Lanjut Edward seperti mengintrogasi Yurina
"Kau terlihat berbeda Edward" Yurina tertawa dan melanjutkan jawabannya
"Aku sedang tidak peduli dengan lingkungan sekitar" raut wajah Yurina menjadi sendut mengingat apa yang telah terjadi pagi tadi
Suasana menjadi hening
"Oh ya, aku mewakili Brett mohon maaf atas yang terjadi di kafe" Edward tertawa geli mengucapkannya
"Kau tahu? Aku lebih malu Edward" Yurina menatap lelaki di sebelahnya
"Hahaha. Brett memahaminya percayalah" Edward tertawa mencoba menghibur Yurina
=====
"Baiklah, kita sudah sampai. Akan ku sampaikan maaf mu kepada Brett!""Terimakasih Edward" Yurina melambaikan tangannya ke arah Edward
Yurina memasuki apartemen, seperti biasanya apartemen Yurina sepi. Yurina menyalakan lampu, mengganti bajunya, dan mengambil segelas air dari dapur.
Yurina ingat Ia mempunyai hiasan baru untuk apartemen kecilnya.
Ia mengambil tas kecil di kursi dan mulai mencari"Shi- dimana kendama?!!"
"Oh fuuuucc--- mobil Edward!!" Kata umpatan tidak Ia pedulikan lagi.Ia harus menelpon Edward untuk mengambil kembali kendamanya itu. Tapi Yurina tidak punya kontak Edward.
"Kejadian memalukan apalagi yang akan terjadi?" Yurina mengacak-acak rambutnya.
Sebenarnya Yurina tidak mau lagi memiliki alasan untuk bertemu Edward atau Brett setelah kejadian tadi.=======================
Halloo.. ^^
Tinggalkan kritik dan saran yaa!
Terimakasih
-roastable
![](https://img.wattpad.com/cover/187918515-288-k228384.jpg)
YOU ARE READING
Spring [Brettybang Fanfiction]
FanfictionPerjalanan Yurina gadis blasteran Jepang-Australia dan dua pemain biola yang merubah kehidupan Yurina. #RamaikanTwoSetIndonesia ✨