Tujuh

1K 77 4
                                    

Budayakan menekan bintang sebelum membaca🌟

**

Andre menyenderkan tubuhnya di pinggiran tembok lapangan futsal. Latihan hari ini cukup melelahkan, di tambah lagi nanti sepulang sekolah ia harus mengikuti seleksi Timnas U-16.

Ia meraih botol air minum yang tergeletak di samping-nya. Lalu di tengguk air itu hingga habis.

"Andre!" Panggil seseorang yang tiba-tiba datang dari belakang tubuhnya. 

Tersentak cowok itu langsung tersedak air yang sedang ia minum.
"Uhuk..Uhuk...."

"Pelan-pelan, Nak" Ucap orang itu sambil duduk tepat di samping Andre.

"Ohh, Bapak. Andre kira siapa" Andre mengulurkan tangannya untuk bersaliman pada Pak Joko, guru olahraga-nya sekaligus pelatih futsal.

"Kamu kenapa Bapak perhatikan akhir-akhir ini kamu lemas dan tak bersemangat" Tanya Pak Joko.

Andre tersenyum "Andre gapapa kok, Pak"

Pak Joko memegang pundak Andre "Kalau ada masalah. Cepat-cepat selesaikan, kalau tidak cepat di selesaikan nanti yang ada bisa menghambat konsentrasi kamu. Ingat, kamu sudah punya 2 tujuan. Yaitu memenangkan perlombaan ini dan berhasil lolos seleksi Timnas, kan?"

Andre menganggukan kepalanya "Iya Pak. Makasih ya nasihat-nya"

"Sudah seharusnya Bapak memberikan semangat untuk anak kebanggan sekolah seperti kamu. Jaga prestasi kamu, dan jangan kecewain orang yang sudah mempercayakan semuanya sama kamu. Bapak percaya, kamu bisa melewati semua ini" Ucap Pak Joko sambil menyunggingkan senyuman.

Andre terhenyak mendengar perkataan Pak Joko. Seketika senyum di wajahnya langsung memudar, pihak sekolah sudah mempercayakan semua-nya kepada dirinya. Tujuannya saat ini adalah memenangkan perlombaan dan lolos seleksi Timnas. Apakah ia mampu untuk mencapai apa yang pihak sekolah tergetkan kepada-nya. Sedangkan dia hanyalah manusia biasa, ia tidak bisa merencanakan kapan ia bisa menang. Semua itu sudah Allah atur, dan dia hanya menjalankan. Seketika terbesit di dalam benak Andre, perasaan takut jika suatu saat nanti ia gagal dan akan membuat kecewa semua orang yang sudah mempercayan diri-nya.

"Andre janji. Andre akan berlatih segiat mungkin" Jawabnya sambil mencoba meyakinkan pak Joko bahwa dirinya mampu.

Pak Joko tersenyum "Nah gitu dong. Yaudah, Bapak mau melatih adik kelas kamu dulu. Ingat! Semangat!" Ucap Pak Joko sambil berdiri dari duduknya. Kemudian pria paruh baya itu berjalan meninggalkan Andre.

Andre hanya tersenyum getir "Iya pak"

Andre menatap kepergian Pak Joko dengan tatapan hampa. Apa yang selama ini ia dapatkan. Prestasi gelar sebagai siswa yang selalu unggul dalam beberapa bidang, contohnya sepak bola dan futsal. Itu semua bukan berarti ia bangga dan bahagia mendapatkan gelar seperti itu. Justru semua itu adalah beban.

"Giselle. Seandainya kamu ada disini nemenin aku. Nemenin susahnya aku untuk menjadi yang terbaik di mata mereka. Mungkin, semua lelah ini gak akan ada artinya kalau kamu ada disini" Ucapnya pelan.

**

Bel pulang sekolah akhirnya berbunyi. Andre berjalan keluar dari dalam kelas tanpa mendengarkan teriakan panggilan dari kedua temannya yaitu Ridho dan Robbi.

"Woi,ndre!" Panggil Ridho setengah berteriak. Namun cowok itu sama sekali tidak memberikan respon.

"Woii budek, conge, beler!" Kini Robbi yang bergantian memanggil Andre dengan panggilan yang sangat menjijikan. Dengan perasaan kesal, akhirnya cowok itu menoleh. Di tatapnya wajah teman tak berdosanya itu dengan tatapan tajam.

"Ada apalagi, sih!" Gertak Cowok itu kesal.

"Lo kenapa dah. Lagi ada banyak masalah?" Tanya Ridho.

Andre memutar bola matanya malas "Gausah kepo jadi orang!" Jawab cowok itu kemudian ia melesat pergi meninggalkan Ridho dan Robbi di belakang.

"Yaelah dasar patung berjalan!" Celetuk Robbi.

Andre tidak menghiraukan berbagai omongan kasar yang Ridho dan Robbi lontarkan kepadanya. Karna saat ini ia hanya fokus bagaimana caranya cepat sampai di lokasi pemusatan latihan tempat seleksi Timnas U16.

Cowok itu terus berjalan hingga sampai di parkiran. Ketika ia hendak memakai helm tiba-tiba matanya tertuju pada Kay, gadis itu berdiri sambil menundukan kepalanya ketika ada seorang Cowok berpakaian polisi sedang memarahi-nya di pinggir jalan.

"SUDAH KAKAK BILANG, KALAU MAU PULANG TELAT ITU KASIH KABAR ORANG RUMAH!" Bentak Cowok berpakaian polisi itu. Kay hanya menunduk sambil menangis. Baru kali ini Andre melihat Kay menangis di tempat umum, karna biasanya gadis itu selalu ceria.

"Hape Kay low, Kak" Jawab Kay dengan suara bergetar.

"SEKARANG KAMU IKUT KAKAK PULANG!"

"Tapi Kay harus latihan..

"GAK ADA! MASUK KE DALAM MOBIL SEKARANG!" Perintah Cowok itu keras. Kini Kay sedang jadi pusat perhatian dari siswa dan siswi yang sedang berada di parkiran maupun yang sedang berada di pinggir jalan untuk menunggu angkutan umum. 

Andre melepas helm-nya. Kemudian Cowok itu berjalan menghampiri Kay ketika gadis itu hendak membuka pintu mobil "Nanti Kay!" Cegah Andre. Seketika kedua mata Kay membulat sempurna.

"Maaf sebelumnya pak. Gak baik berbuat kasar sama anak SMA" Ucap Andre pada cowok yang memakai name tag Johan Wijaya Kusuma "Apalagi Bapak seorang polisi" Lanjut cowok itu mencoba membela Kay.

"Ndre. Dia Kakak gue" Ucap Kay cepat.

"Kamu siapa?" Tanya Johan pada Andre.

"Saya temennya Kay" Jawab Andre.

"Udah ndre gue gapapa. Makasih ya lo udah bela gue"

"Gue gak bela lo, gue cuma gak suka aja sama orang yang berani buat kasar sama perempuan. Walaupun itu adiknya sendiri"

Kay terdiam. Kemudian gadis itu menoleh ke arah Kakaknya.

"Kamu jangan ikut campur! Kay, masuk!"

Dengan cepat Kay langsung masuk ke dalam mobil itu. Di lihatnya dari dalam kaca jendela mobil, Andre seperti sedang berbicara pada Kakak-nya. Kay tersenyum simpul, untuk pertama kalinya ia mendengar pernyataan dari Andre. Cowok itu sudah mau mengakui dirinya sebagai teman.

**

Semoga kalian suka💛
Jangan lupa tinggalkan vote dan coment kalian👉💛

Ice Boy and StalkersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang