Mau tapi malu! Itulah rumus wanita. Dan, para lelaki harap PEKA!!
~Anharra~
***
Dikamar, Anharra mencari-cari nomor orang yang menelponya tadi.
Tepat ketika Anharra menemukan nomor itu, ia menekan tombol bergambar telepon dan menunggu tujuannya untuk mengangkat panggilanya.
Nuttt... Nuttt... Nuttt....
"Halooo Anharra, lo nelfon gue? Ada apa?" belum sempat Anharra mengucapkan satu kata 'Halo' orang itu telah mengucapnya diluan bahkan lebih dari kata 'Halo', hingga sempat membuat Anharra menjauhkan genggamanya dari telinga karena kaget.
"Buset dah, lo bisa biasa aja gak sih," ucap Anharra menaikkan satu oktaf dari cara bicaranya.
"Hehe.. Gue terlalu semangat karna lo telfon gue. Gue kan jadi bahagia," ucap Aliff seperti anak kecil yang tengah mendapat permen dari si penculiknya. "Ouh yah, lo mau nerima tawaran gue tadi? Lo mau jalan sama gue?" tanya Aliff penasaran.
"Lo dapat nomor gue dari siapa?" alibi Anharra memalingkan pertanyaan Aliff dan sebelum ia berkata bahwa ia ingin mengiyakan tawaran Aliff.
"Emm... Emm.. Gue dapat dari Rasya. Hehe," ucap Aliff diiringin dengan cengiran di akhir perkataanya.
"Emang seharusnya gue gak kasih tuh anak, biar nomor gue gak dikasih kesembarang orang seperti lo," ucap Anharra dingin.
"Gue minta paksa," jujur Aliff. "Lo, mau ikut gue," ucap Aliff lagi dengan hati-hati.
"...." tidak ada jawaban.
"Haloo, Anharra, lo denger gue?"
"Telinga gue masih waras! Lo jemput gue ntar malam, gue ikut lo," ucapnya tanpa basa-basi.
"HAH!!! Beneran raa, lo gak tipu gue."
"Oke, kalau gak mau. Byeeee," ucap Anharra dan ingin segera mematikan benda pipihnya.
"Ehk-ehk, bukan gitu ra, oke ntar malam jemput gue. Ehk maksudnya gue jemput," ucap Aliff.
Anharra yang mendengarnya hanya menyunggingkan senyum tipis, entah itu senyum bahagia atau bagaimana, lalu mematikan sambunganya.
Tutt... Tutt.. Tuttt..
***
Diseberang sana, ada Aliff yang sangat bahagia karena Anharra menerima tawarannya untuk ikut jalan bersamanya. Itung-itung kan bisa ngedate berduaan, pikirnya.
Waktu masih menunjukan jam 17:30. Masih ada sekitar tiga jam lagi untuk persiapan nanti malam.
Aliff sibuk dengan penampilanya. Bingung untuk mengenakan baju apa saat ketemu Anharra nanti. Ia sangat khawatir jika Anharra ilvil melihat penampilanya saat tidak memakai seragam sekolah. Sungguh lebay tingkahnya.
Dikamar Aliff yang berlapisi dinding berwarna hitam dan putih. Aliff berdiri didepan cermin besar yang menempel di lemari tiga pintu berwarna krim. Menggonta-ganti hoodie atah kemeja apa yang cocok dikenakan untuk ngedate pertama kalinya bersama cewek, serta tidak lupa selalu merapikan jambul yang selama ini membuat penampilanya terlihat cool.
Benda pipih yang diletakkannya dikasur sedari tadi tidak berhenti berbunyi. Tidak salah lagi, itu adalah grup chat yang berisikan dirinya, Alvaro, dan juga Rasya. Karena merasa tidak penting Aliff tidak menghiraukanya dan malah sibuk dengan penampilan yang harus dikenakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dimensiku
Teen Fiction[UPDATE SESUAI MOOD] Aliff... 'Sejudes itu? Gue akan menyamakan langkah lo, ra. Dan, hati batu lo akan mencair perlahan' Alvaro... 'Gue gak akan pergi sebelum lo mati' Aneh!! Sekilas terlihat aneh. Niat hati ingin membantu, tapi sebelum itu ia ingin...