√ {14~ Benih Rasa yang Menyakitkan}

45 23 11
                                    

Ketika rasa yang tertanam kuat, berusaha dilepas dengan pembasmi hama, yang sebenarnya mematikan bukan menghidupkan

~Aliff~

Dua puluh menit telah usai dilewati Anharra dan Alvaro latihan. Kini waktunya istirahat sejenak melepas dahaga.

Anharra dan Alvaro yang sedari tadi menyadari keadaan teman-temannya yang duduk dikursi penonton segera melenggang bebas mendekati dan menyusuri beberapa kursi disana.

"Haii, broo" ucap Aliff dan Rasya menyambut kedatangan Alvaro tidak lupa degan satu tosan tangan ala ketiganya.

Tidak jauh dari ketiga cowok itu...

"Anharraaaa, gimana-gimana capek gak? Nih minun dulu," sambut Reinna pada Anharra yang keringatnya terlihat jelas jatuh dikening gadis itu. Tidak lupa menyodorkan botol berisi air kepada Anharra.

"Yah, lo tau gue keringatan gini, pake ditanya capek atau enggak," jawab Anharra dan menyambar botol itu, segera ia buka penutupnya dan menghabisi air didalam botol itu.

"Buset dah, lo haus ra?"

"Ya, iyalah. Masa enggak," ucap Anharra. "Ehkk, ada Camilla. Kok datang kesini," tanya Anharra yang disertai senyuman ramah karena terpaksa.

"Yah, gue mau liat lo latihan aja sih sama Reinna,"

"Ouh," ucap Anharra singkat mengangguk-anggukan kepalanya.

"Haii, Anharra," ucap Aliff sedikit berteriak mendekati Anharra, Reinna, dan Camilla meninggalakan kedua curut yang duduk tidak jauh dari mereka.

Anharra menatap Aliff sinis. Dan berkata pada Reinna dan Camilla, "Kita pergi kekelas yuk."

"Lho, ra. Mau kemana?" tanya Aliff.

"Ke kelas lah, lo gak denger gue barusan bilang apa,"

"Ehkk ra, disini aja dulu deh yah," putus Reinna sambil memohon pada Anharra.

"Yah udah, lo disini gue pergi," ucap Anharra.

"Ra, bentaran pliss." mohon Reinna sekali lagi.

"Lagian lo mau ngapain sih disini lama-lama? Betah amat lo," ucap Anharra sedikit judes pada sahabat-nya karena tidak bisa dibilangin, sedangkan Camilla sedari tadi hanya melongo melihat keduanya.

"Gapapa sih, hehe," jawab Reinna ngasal sambil menggaruk-garuk tenguknya yang tidak gatal itu.

Karena merasa tak penting lagi. Anharra melenggang meninggalkan kelima temanya itu. Berjalan melewati Reinna, Camilla, Aliff, Rasya, dan juga Alvaro menyusuri kursi tempat dimana orang melihat permainan basket.

Bruukkk...

Tapi, tak disangka Anharra. Nasib begitu sial menghampirinya. Kurang kerjaan sekali, ada orang iseng yang menaruh kaleng berisi batu besar didalamnya, sehingga membuat Anharra menendang kaleng itu dengan kuat hingga tergelincir.

Untung saja, diantara nasib sial, tuhan masih memberikan 
ia satu keberuntungan.

Alvaro melenggang bebas dan cepat menangkap tubuh mungil gadis itu. Tidak salah lagi. Anharra jatuh dalam pelukan Alvaro hingga membuat kelima temanya melongo tanpa arti.

DimensikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang