5 Tahun berlalu, 28 juni 2019 adalah hari bahagia untuk sepasang kekasih yang sedang berada diatap rumah yang lumayan luas. Kerlap-kerlip lampu warna menghiasi pagar sekeliling, jutaan bintang menghiasi gelapnya malam. Puluhan lilin cinta yang menyala dengan indah menghiasi setiap sisi tempat. Sebuah meja dengan sepasang kursi tepat berada ditengah. Sebuah Black Forest dengan lilin angka lima yang menyala dan yang lainnya berada di atas meja. Sungguh momen yang sangat romantis. Sepasang kekasih tersebut menikmati malam yang penuh kebahagiaan dengan senyuman yang tiada henti.
"Jadi, kapan kamu ngelamar aku yang?" tanya Yuri.
"Aduh yang, bisa nggak sih nggak tanya yang itu? Udah berapa kali coba kamu tanya itu?" jawab Ardi.
"Kamu ini kenapa sih? ditanya kapan ngelamar aku malah jawabnya seperti itu? Seharusnya kamu beri aku kepastian bukan harapan".
"Iya sayang, aku akan ngelamar kamu. Tapi aku harus cari waktu yang tepat" jawab Ardi sambil menggenggam kedua tangan kekasihnya untuk meyakinkannya.
"Kamu itu pasti jawabannya cari waktu yang tepat. Kapan? Ini udah lima tahun loh yang".
"Iya sabar sayang, kita kan baru masuk kuliah pertama".
"Terus, sampai kapan aku harus menunggu? Sampai kita lulus?".
"Iya, mungkin lebih baik seperti itu yang" jawabnya dengan santai.
"Apa? Gampang banget kamu jawab seperti itu yang. Kamu kan bisa ngelamar aku dulu baru nikahnya setelah lulus. Agar kita punya tanda kalau kita itu terikat satu sama lain".
"Dari dulu sampai sekarang kita memang terikat satu sama lain sayang" jelas Ardi lalu membuka sebuah kotak kecil yang dikeluarkan dari saku celananya.
"Yang, itu cincin?" tanya Yuri agak terkejut saat melihat isi kotak tersebut dengan nada suara yang lembut.
"Kamu mau ngelamar aku hari ini? So sweet... Kok kamu tadi pura-pura nggak mau ngelamar aku sih yang, kan aku jadi merasa bersalah udah marah-marah sama kamu".
"Maaf yang..." ucap Ardi agak ragu.
"Nggak perlu minta maaf sayang, mau ngelamar aku kok minta maaf segala, nih jari tangan aku" jelas Yuri lalu tersenyum manis sambil menyodorkan tangannya kedepan Ardi.Segera Ardi mengambilnya untuk dipakaikan ke kekasihnya tersebut.
"Kalung yang, bukan cincin" jelas Ardi saat cincin yang diharapkan kekasihnya tersebut ternyata sebuah kalung.Yuri yang tadinya tersenyum manis tiba-tiba berubah menjadi sedih karena kenyataan tak sesuai yang diharapkan.
"Yang kok raut wajah kamu berubah drastis sih? Yaahh jangan nangis yang. Walaupun ini bukan cincin, tapi ini kalung yang" ucap Ardi menenangkan kekasihnya.
"Ya emang itu kalung, bukan cincin buat ngelamar aku" jawab Yuri masih kesal.
"Iya maksudnya tujuannya sama".
" Ngelamar aku?" tanya Yuri kembali tersenyum manis.
"Hadiah" jawabnya pelan.Tiba-tiba raut wajah Yuri berubah lagi. Kali ini ia meneteskan air mata.
"Yahhh jangan nangis yang, nanti jelek, aku pakaikan kalungnya ya biar kamu cantik" segera bangkit lalu mendekat untuk memakaikan kalung ke leher kekasihnya.
"Jadi kalau aku nggak pakai kalung aku jelek?".
"Maksud aku tambah cantik sayang" jawabnya lalu memakaikan kalung tersebut.
"Tuh kan tambah cantik" ucapnya lagi.
"Tambah cantik ya? Beneran tambah cantik?" tanya Yuri dengan imut.
"Tiap hari juga kamu tambah cantik kok. Senyum dong" jawab Ardi ngegombal.Yuri pun berdiri mendekati Ardi lalu tersenyum manis setelah mendengar gombalannya.
"Peluk dong" pinta Ardi sambil tersenyum.
"Nggak mau" jawab Yuri sambil memegang liontin kalungnya.
"Nggak masalah, aku aja yang peluk kamu" ucapnya segera memeluk kekasihnya dengan hangat.Mereka berdua pun kembali tersenyum setelah pertengkaran singkat mereka.
"Besok ya" ucap Yuri disela-sela momen hangat tersebut.
"Besok apa?" tanya Ardi dengan lembut.
"Kerumah aku".
"Pasti sayang".
"Ngelamar aku ya!" ucapnya sambil tersenyum dan masih dalam pelukan Ardi.
"Tunggu papa mama aku pulang ya".
"Kapan pulangnya?" tanya Yuri dengan lembut.
"Setengah tahun lagi" jawabnya sambil membelai rambut kekasihnya.
"Lama" ucap Yuri cemberut.
"Enam bulan baru pulang sayang".
"Enam bulan sama aja setengah tahun sayang" jelas Yuri lalu mencubit pinggang kekasihnya.
"Aaduh, sakit yang".
" Makanya jangan bercanda".
"Yang" panggil Ardi.
"Apa?".
"Kayaknya tadi kita belum tiup lilin yang, gimana kalau kita doa dulu lalu tiup lilinnya" ajak Ardi melepas pelukannya.Yuri pun mengangguk sambil tersenyum sebagai tanda mengiyakan ajakan Ardi. Tak disangka saat mereka akan meniup lilinnya tiba-tiba api lilin tersebut terpadamkan oleh hembusan angin malam. Mereka berduapun tertawa kecil setelah melihat kejadian tersebut.
"Taraaa..." ucap Ardi mengeluarkan korek api dengan senyuman.
"Tinggal dinyalain lagi, dan.... nyala deh" ucap Ardi sambil menyalakan api lilin.
"Bisa aja kamu yang" kata Yuri.
"Kita mulai doanya setelah itu tiup lilinnya sama-sama, oke?" jelas Ardi.
Yuri mengangguk dan tersenyum. Mereka berdua pun mulai memejamkan mata sambil berdoa. Beberapa detik kemudian mereka mulai membuka mata dan meniup api lilin bersama-sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
KITA
RomanceYuri yang tadinya tersenyum manis tiba-tiba berubah menjadi sedih karena kenyataan tak sesuai yang diharapkan. "Yang kok raut wajah kamu berubah drastis sih? Yaahh jangan nangis yang. Walaupun ini bukan cincin, tapi ini kalung yang" ucap Ardi menena...