On Dal The General

4.8K 325 10
                                    

On Dal The General

Tahun demi tahun berlalu. Raja sakit keras dan meninggal. Tahtanya dilanjutkan oleh putranya, Yang Kang. Penobatan Raja Yang Kang bersamaan dengan penaikan pangkat On Dal menjadi Jenderal. Misi pertama On Dal sebagai Jenderal adalah merebut kembali tanah Goguryeo yang diambil oleh Silla.

“Silla sudah memecah teritori kita menjadi Gun dan Hyeon. Rakyat menginginkan tanahnya kembali. Jadi dengan izin Yang Mulia, biarkan hamba membawa pasukan untuk merebut tanah kita dari Silla.”

“Aku memberikan izin. Ambil kembali tanah kita,” kata Raja Yang Kang sambil menstempel perintah mengadakan perang.

On Dal menerima surat perintah itu sambil berlutut, “Hamba bersumpah, tidak akan kembali sebelum mendapatkan tanah kita.”

***

Pyeong Gang memasangkan baju zirah ke tubuh suaminya. Setelah memasang ikat pinggang besi, Pyeong Gang memeluknya erat.

On Dal terkekeh, “Eeeyyy, apa yang kau lakukan, Gongju? Aku sudah biasa pergi berperang, dan kau tidak pernah seperti ini sebelumnya.”

“Entahlah, aku merasa seperti tidak rela melepaskanmu pergi hari ini.”

“Mungkin karena kali ini perangnya akan lebih lama dari sebelumnya. Kita tahu, Silla terlalu kuat untuk dikalahkan. Tetapi kita tetap harus mendapatkan milik kita kembali, bukan?”

“Sebenarnya aku ingin memberimu sebuah kejutan.”

“Kejutan? Apa itu?”

“Tapi kau harus pulang dengan selamat terlebih dahulu.”

 “Oh, ayolah, aku penasaran…” On Dal merengek.

 Pyeong Gang menggeleng, “Kalau kuberitahu sekarang, bukan kejutan namanya.” Pyeong Gang mengelus pipi On Dal, “Berjanjilah padaku, kau akan pulang dengan selamat.”

“Aku pasti kembali dengan selamat untuk menerima kejutan darimu.”

On Dal mencium bibir istrinya, lama dan dalam.

***

On Dal memimpin serangan terhadap pasukan Silla yang berjaga di Gon dan Hyeon. Pertempuran besar itu memakan waktu sampai tiga bulan, dan itupun belum selesai. Korban jiwa dari pasukan kedua kerajaan berjatuhan. Segala macam strategi telah dilancarkan. Meski masih belum berhasil merebut kembali Gon dan Hyeon, On Dal tetap berdiri tegak di tengah medan peperangan.

“Kita tidak akan pulang sebelum merebut kembali tanah kita! Semangat! Jangan menyerah!” seru On Dal kepada para prajuritnya yang disambut dengan sorak-sorai.

On Dal dan pasukannya bertempur hingga titik darah penghabisan. Benar-benar penghabisan, karena sebuah tombak tertancam di perut On Dal, mengucurkan darah segar dari sana.

“Jenderal!” pekik Min Saeng dan Sang Wook.

Tubuh On Dal roboh ke tanah.

“Ti… tidak… aku tidak boleh mati… Gongju… janji pada Gongju… kejutan dari Gongju…” On Dal terbata-bata.

Min Saeng menatang kepala On Dal, sedangkan Sang Wook mencabut tombak dan menutupi luka di perut On Dal. On Dal batuk darah.

“Min Saeng Hyung-nim…”

“Ya, Jenderal?”

“Lan… lanjutkan pertempuran ini sam… sampai menang. Tidak… tidak boleh pu… lang… sebelum tanah kita kembali”

“Baik, Jenderal,” kata Min Saeng yang merupakan wakil On Dal.

“Sang Wook Hyung-nim…”

“Ya, Jenderal?”

“Antarkan ma… mayatku kembali ke istana. Dan katakan kepada Pyeong Gang Gongju, bahwa aku min… ta maaf, tidak bisa menepati jan… janji. Katakan padanya… aku… aku sangat mencintainya. Katakan padanya untuk menjaga diri ba… baik-baik, jangan menyusulku.”

Sang Wook mengangguk dengan bersimbah air mata, “Baik, Jenderal.”

Mata On Dal menatap langit dengan semburat jingga oleh matahari sore.

Pyeong Gang Gongju, selamat tinggal. Aku pergi lebih dulu, mempersiapkan tempat tinggal kita di keabadian…

Bibir On Dal menyunggingkan senyuman, seraya sinar matanya menghilang. Matahari tenggelam di ufuk barat, menenggelamkan jiwa sang Jenderal, tetapi tidak semangat juangnya.

To Be Continue…

When The Princess Married An Idiot ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang