How To Train The Idiot?

5.9K 378 10
                                    

How To Train The Idiot?

Berita tentang pernikahan si bodoh On Dal dengan seorang gadis yang sangat cantik, tersebar dengan cepat ke telinga para penduduk desa. Beberapa memuji On Dal yang berhasil menggaet wanita cantik menjadi istrinya, tetapi lebih banyak yang mencemooh Pyeong Gang, yang mau-maunya menikah dengan orang idiot macam On Dal. Mereka menduga, On Dal menggunakan sihir hitam untuk membuat Pyeong Gang gelap mata sampai mau menikah dengannya.

Ejek-ejekan itu terdengar oleh Pyeong Gang dan On Dal saat mereka sedang berjalan-jalan ke pasar. Meskipun orang-orang tidak secara langsung mengatakan ejekan itu, namun melalui pandangan mata yang tak sedap dilihat, mereka pun dapat merasakan bahwa mereka sedang dicemooh. Sebenarnya Pyeong Gang tidak mempedulikan hal itu. Dia sendiri yang sudah menentukan pilihan, suka tidak suka dia harus menerima segala resikonya.

Akan tetapi On Dal yang merasa tidak nyaman. On Dal memang sudah terbiasa diejek selama tujuh belas tahun lamanya, sebagai orang idiot dan miskin yang mengenaskan. On Dal tidak mempermasalahkan jika orang-orang hanya mengejeknya, tetapi jangan istrinya. Dia tidak terima Pyeong Gang ikut diejek.

Seobang-nim, tolong belikan sekantung beras. Aku akan pergi menjual perhiasanku dulu. Kita bertemu lagi di sini,” kata Pyeong Gang.

On Dal mengangguk dan mereka pun berpisah. Setelah membeli beras, On Dal yang hendak kembali, dihadang oleh beberapa preman pasar.

“Hei, ini dia si pengantin baru. Sedang berbelanja bersama ya? Oh, romantisnya…” kata salah satu preman sambil merangkul On Dal.

On Dal mengelak rangkulan preman itu sambil memeluk kantung berasnya erat.

“Wah, kau jadi sombong ya sekarang, mentang-mentang menikah dengan gadis yang cantik. Aku heran, kenapa dia mau menikah denganmu? Kau pakai jimat apa? Ayo beritahu kami, kau pakai dukun mana? Kami kan juga mau mempunyai istri secantik itu.”

On Dal tidak menjawab. Dia mencoba mencari celah untuk dapat melarikan diri dari mereka.

Salah satu preman berbadan gendut memukuli kepala On Dal, “Heh, kenapa tidak menjawab pertanyaan Hyung-nim? Kau mau mati, ya?”

“Sudahlah, Young Pal, dia mungkin tidak mengerti maksud pertanyaanku. Dia kan bodoh. Ckckck… aku kasihan pada wanita itu, bisa-bisanya dia memilih pria bodoh ini menjadi suaminya. Seandainya bisa, aku akan menghentikan pernikahan mereka dan membawanya lari. Lebih baik jadi istriku, bukan?”

Tiba-tiba On Dal menonjok mulut ketua preman sampai pria pendek namun gempal itu terpelanting ke atas tanah.

“Tutup mulut kotormu itu sebelum aku merobeknya! Dia wanitaku! Tidak ada yang boleh merebutnya dariku!”

Ketua preman mengusap bibirnya yang mengeluarkan darah. Matanya melotot marah, “Kau cari mati, ya? Dasar bodoh, pergilah ke neraka!!!”

 Matanya melotot marah, “Kau cari mati, ya? Dasar bodoh, pergilah ke neraka!!!”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Para preman itu mengeroyok On Dal, menghajarnya habis-habisan. On Dal tidak bisa menangkis serangan karena sedang memeluk erat kantung berasnya. Tetapi karena keroyokan itu, kantungnya jadi rusak sehingga beras-beras di dalamnya berceceran di tanah.

“Ah, beras Gongju-ku!” seru On Dal saat menyadari bahwa berasnya sudah jatuh terinjak-injak.

On Dal marah dan membalas pukulan mereka. Jika terbakar emosi, On Dal bisa jadi sangat kuat, tanpa dia sadari. Para preman itu pun terkapar semua setelah dihajarnya.

Pyeong Gang yang tidak menemukan On Dal di tempat perjanjian mereka, segera menyusul On Dal dan menemukan pria itu sedang berlutut, mengambili beras-beras yang sebenarnya sudah kotor, mengumpulkannya ke kantung kertas yang sebenarnya sudah berlubang. Semua orang menertawakan kebodohannya. Hati Pyeong Gang teriris melihat perlakuan orang-orang terhadap suaminya.

Seobang-nim, sedang apa kau di sini? Ayo kita pulang saja,” kata Pyeong Gang setelah berlutut di sisi On Dal.

“Oh, jadi ini wanita cantik yang disebut-sebut telah menikah dengan si bodoh itu?” ejek seseorang di antara kerumunan orang di pasar itu.

“Dia itu mungkin hanya diberi anugerah kecantikan saja, tetapi dia tidak diberikan otak. Dia pastilah sama bodohnya dengan On Dal, sehingga mau saja menikah dengannya,” sahut yang lainnya.

“Jangan ganggu dia! Hina saja aku, asal jangan dia!” bentak On Dal.

Tiba-tiba sebutir telur terlempar dan pecah di atas kepala On Dal. Tidak hanya sebutir, beberapa butir menyusul kemudian, dilanjutkan dengan tomat, tepung, bahkan batu. Pyeong Gang kemudian berdiri di depan On Dal, menghadang semua itu dengan tubuh dan wajah cantiknya. On Dal terkejut dengan apa yang dilakukan Pyeong Gang. Dia pun ikut berdiri, kemudian berdiri di depan Pyeong Gang, melindungi wanita itu dengan pelukannya.

Tak lama kemudian benda-benda yang berterbangan itu makin berkurang, sampai tidak ada lagi yang melempari mereka. Semua orang bubar, kembali kepada aktivitas mereka masing-masing, tidak mempedulikan sejoli yang masih berpelukan di tengah jalan itu.

***

On Dal mengoleskan ramuan dedaunan obat ke kening Pyeong Gang yang sempat terkena batu dan berdarah.

“Jangan begitu lagi. Aku sudah terbiasa dilempari, kau tidak.”

“Aku hanya ingin melindungimu.”

“Melindungi itu tugas laki-laki. Aku memang bodoh, tapi aku tetap laki-laki. Tugasku melindungi istriku.”

Pyeong Gang mengelus pipi On Dal, “Aku akan membantumu, agar tidak ada lagi yang mengejekmu. Aku akan mengajarimu beberapa hal. Kulihat kau jago berburu. Bidikanmu selalu tepat, dan kau kuat. Kau bisa jadi prajurit, atau bahkan jenderal! Ya, aku akan mengajarimu untuk menjadi jenderal!”

On Dal melongo, memalingkan wajah, kemudian tertawa, “Sepertinya Gongju mulai tertular kebodohanku.”

“Hei, aku tidak sedang bercanda! Aku benar-benar akan mengajarimu banyak hal. Aku, Pyeong Gang Gongju, akan membuat suamiku menjadi seorang jenderal!” tekad Pyeong Gang.

***

Pyeong Gang benar-benar menjalankan rencananya untuk mendidik On Dal, minimal agar menjadi sedikit pintar, supaya tidak diejek lagi. Pertama-tama, On Dal diajari baca-tulis, juga tata krama. Untuk kemampuan bertarung, On Dal sudah cukup baik. Pyeong Gang hanya tinggal mengajari bagaimana merancang strategi jika ada perang ataupun serangan dari musuh. Pyeong Gang memang seorang putri raja, tetapi para wanita Goguryeo tetap diajari strategi perang dan beberapa dasar teknik bertarung dengan pedang dan panah. Tidak sedikit wanita Goguryeo yang menjadi prajurit yang ikut turun ke medan perang, melawan Silla, Baekje, dan kerajaan musuh lainnya.

Kemudian uang hasil menjual perhiasan digunakan untuk membeli sebuah rumah yang layak, lengkap dengan sawah dan sapi pembajak. On Dal diajari untuk bertani. Tidak hanya itu, Pyeong Gang menyuruh On Dal membeli kuda. Bukan kuda biasa, melainkan kuda para prajurit yang sakit dan sudah tidak bisa turun ke medan perang lagi. Terlebih dulu mereka membeli kuda biasa, lalu ditukarkan dengan kuda yang sakit itu. Kuda-kuda yang sakit itu kemudian dirawat oleh Pyeong Gang, yang ajaibnya, bisa sembuh dan kuat lagi.

Satu tahun berlalu. Kehidupan keluarga On Dal menjadi lebih baik dari sebelumnya. Mereka hidup berkecukupan dari hasil pertanian yang dijual ke pasar, juga dari peternakan kuda perang yang dijual kepada para prajurit kerajaan. On Dal memang masih bertingkah berbeda dari orang normal, dengan tatapan mata tidak fokus dan cara bicara yang aneh, akan tetapi kini orang-orang sudah tidak mengejeknya lagi. Sekarang julukan On Dal bukan ‘Si Bodoh’ lagi, melainkan ‘Si Bodoh yang sukses’. Dan tentu saja semua ini berkat bimbingan sang istri. Di belakang pria sukses, ada wanita hebat.

To be continue

Kamus :

Seobang-nim : sebutan kepada suami oleh istri (jaman sekarang : yeobo/chagi)

When The Princess Married An Idiot ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang