***
Hari ini dia kembali, sepertinya janji masa kecil kita akan segera terulang kembali. Rasanya aku rindu dengan masa dimana kita begitu gila menjalani hidup. Lengkap sudah semua kebahagiaan ku saat ini. Disaat semua pergi, mereka hadir sekedar menenangkan keluh hati.
Abi, Pandu terimakasih. Terimakasih sudah ada disetiap jalan hidupku. Dan aku, aku bahagia memiliki kalian.
Hari sudah semakin siang dan terang. Matahari tak pernah ingkar dengan panasnya, langit biru dan awan cerah menyaksikan kehadiran Abi, sahabat terbaikku.
Aku dan Pandu berjalan menuju arah tempat tunggu di Bandara, suasana begitu ramai. Orang-orang berlalu lalang di setiap jalan. Aku membawa sebuah kertas karton yang bertulisan Macan tutul come back Ria yakin, Abi pasti akan langsung mengenali tulisannya ini.
Selang beberapa lama, Ria lompat-lompat tak karuan, matanya mencari keberadaan Abi. Pandu hanya diam berdiri sambil menyelipkan tangannya pada saku celana.
Ria melihat lelaki tampan yang begitu ia tunggu-tunggu, Ria berteriak seolah Bandara ini adalah hutan belantara tak ada orang sama sekali.
"Abi sini." teriak Ria sambil tersenyum dengan lebar.
Abi yang melihat keberadaan sahabatnya itu cukup terkejut, pasalnya mereka tak bilang akan menjemputnya di Bandara hari ini. Beruntung sekali Abi mempunyai sahabat seperti mereka.
Abi berdecak kesal melihat tulisan yang di bawa Ria. "Enak aja gue di panggil macan tutul, orang ganteng begini," gumam Abi saat menjumpai tempat sahabat nya itu.
"Hi umi, how are you?" sapa Abi berjalan ke arah Ria. Sedang Ria hanya mematung jijik melihatnya.
Apa karena kelamaan di luar negeri dia jadi kaya gitu? Astaga Abi.
"Sekali lagi lo ngomong gitu, gue tampol." Timpal Pandu terkesan dingin.
"Itu es batu gak pernah cair, Ri?" tanya Abi pada Ria.
"Umi nya Abi apa kabar? Kangen banget Abi sama Umi" Peluk Abi pada Ria. Ria langsung melepas pelukan Abi lalu berteriak dengan kencang.
"Gue bukan Umi lo, dan nama lo emang Abi. Bukan Abi-Abi an"
"Nyesel gue jemput lo kesini. Tau bakalan begini jadinya mending rebahan di rumah." lanjut Ria.
"Yaudah sana kalian pulang. Pulang ke Mars, dan jangan balik-balik lagi."
"Baperan lo Anoa!"
"Apa lo gorila. Ihhh... Gemes gue sama lo." Abi berjalan ke arah Pandu lalu mencubit pipinya kencang.
Pandu segera menepis tangan laknat milik Abi. "Gila lo! Pulang dari luar negeri bukannya otak makin bener malah makin bego. Heran gue!" Kesal Pandu.
"Bener Ndu Jiwa kebegoan nya makin lancar"
"Heran gue, masih ada aja laki gila kaya lo Bi." belum sempat Pandu selesai bicara Abi sudah menyangkalnya.
"Asal lo tau aja ya, gue tuh cowok paling populer disana, cewek bule aja ngejar-ngejar gue di mimpi." bangga Abi menjelaskan jiwa ketampanan nya itu.
"Bodo amat! Beribu-ribu nyesel gue jemput lo kesini!" Ria berucap lalu pergi sambil menggandeng tangan Pandu untuk menjauh dari tempat Abi.
"Heh! Awas aja lo, gak bakal gue kasih oleh-oleh sepeserpun!" teriak Abi kesal.

KAMU SEDANG MEMBACA
Euforia (HIATUS)
Teen FictionKehidupan seorang Ria yang harus menerima kenyataan ditinggal oleh kedua orangtuanya jauh dari dunia. Dua sosok sahabat yang selalu ada disetiap detik waktunya, memberikan sebuah kebahagiaan yang tiada tara, kebahagiaan yang tak bisa dinilai oleh ha...