Arava| 1

80 10 0
                                    


Jika kehadiran kita hanya kebetulan bertemu, lantas mengapa semesta mengizinkanmu bertamu.

Now playing
Alffy Rev - Senja & Pagi (ft Farhad)

Jangan baper tapi makan wafer bolehlah)

Happy reading.

Typo dimana-mana.

*****

Bel pulang sekolah sudah berbunyi sedari tadi. Tapi Ara masih berada di sini, di ruangan yang minim suara tapi banyak peminatnya, apa lagi jika bukan perpustakaan.

Tadi persetan dengan bel pulang sekolah berbunyi teman sekelompoknya mengajak untuk kerja kelompok di perpustakaan sekolah, karena fasilitas yang di berikan lumayan buat siswa-siswi yang mager bawa laptop dan hoby stalking cogan hayalan di instagram.

Bayangkan tempatnya saja sudah ala-ala korea gitu, wifi lancar jaya, AC-nya mantap jiwa, sofa ada, komputer juga, di tambah lagi ada triangel bean bag bagi kaum rebahan. Pliss ngak sombong loh ya!.

"Woy nyet lo gak mau nih di gantiin jadi tukang ngetik" ujar Rista mukanya udah kek orang lagi di gantungin.

"Ngak jari gue belum mau berenti"
Via berujar cuek sembari fokus di layar komputer.

Ya, sedari tadi Via tidak mau di gantikan sebagai tukang ketik. Kalo di lihat-lihat mereka bukan seperti kerja kelompok melainkan seperti menemani Via nugas.

Lihat saja kelakuan kelompok mereka selain Via yang menjadi juru ketik. Manda dan Devi sedang membuat snap berdua, Ila kelihatan sedang membaca wattpad di ponselnya, Rista molor di meja, Shela sudah pasti stalking instagram cogan hayalan, dan Ara apa lagi jika bukan nonton mukbang.

"Mumpung ada wifi gratis jangan suka di sia-sia-in." Itulah slogan yang di junjung seorang Ara dan Shela.

"Eh-eh cogan njirrr gue nemu akun cogan lagi neh." Hebohnya, tangannya mengguncang-guncang lengan Ara seolah memberi kode untuk Ara melihat ke layar ponselnya.

"Mana njirr."

"Ini nih cogan kan." Ujarnya dengan bangga.

"Gue ngak tau definisi cogan menurut lo itu seperti apa." Di susul dengan Ara yang memutar bola matanya malas.

"Ini tuh cogan atuh, manis gini kok."

"Hooh se-bahagiamu mbang."

"Loh Vi lo mau kemana udah beberes aja." Ujar Manda, membuat kegiatan mereka tertunda kecuali Rista yang masih molor dan lebih memilih menolehkan kepala mereka kearah Via.

"Dah selese ogeb." Katanya sembari sibuk memasukkan alat tulisnya ke dalam tas.

"Akhirnya ya ampoon gue udah bisa rebahan di rumah." Ujar Devi mesem-mesem sambil merem, ngak jelas!.

Dasar Devi gila! Ngak jelas.

"Woy! Bangun mbing!" Ujar Via, tangannya menggoyang-ngoyangkan tubuh Rista agar bangun.

"Ngaps sih bambang! Bangsul bener lo!" Kesal Rista. Karena waktu tidurnya di ganggu.

"Lo pulang kagak. Kalo ngak yaudah gue mo pulang"

"Ya pulanglah ogeb. Btw dah selesai ya?" Tanyanya. Tangannya sibuk mengucek matanya, supaya rasa kantuknya hilang.

Via memutar bola matanya malas. "Buruan sat!"

"Lo ngak pulang Ra?" Tanya Shela.

"Enggak masih mau ngerjain tugas biologi, tadi belum selesai." Balas Ara.

"Sok lo Ra biasanya aja mager" ucap Manda." Hooh kesambet demet dimar di mana lo, jadi sregep gini." Ujar Shela menimpali.

"Bajingan lo berdua. Ini tuh proses menuju sukses njerr." Balas Ara kesal.

"Yaudah Ra kita cabut duluan ya, bye." Ucap Via mewakili keempat orang itu.

"Ok, hati-hati."

"Woy kutu kupret! Tungguin gue nyet" ujar Rista. Terburu-buru menyusul mereka, tak lupa melambaikan tangannya kepada Ara.

Ara yang melihat kelakuan absurd teman-temannya, hanya menggeleng-ngelengkan kepalanya seraya tersenyum kecil.

****

Dari pada buang-buang waktu. Ara segera mengerjakan tugas biologi yang tadi belum di selesaikannya.

Saking fokusnya sama tuh tugas Ara sampai di tegur petugas perpustakann, karena mau tutup.

"Mbak keluar, perpusnya mau tutup." Ujar salah satu bapak-bapak pegawai perpustakaan.

Karena nanggung kurang dua soal saja, akhirnya Ara memilih melanjutkan tugasnya di kantin sebelah perpustakaan.

Pandangan pertama yang dilihatnya adalah kantin yang kosong, sepi tak berpenghuni. Stan makanan juga sudah pada tutup semua. Karena emang sudah jamnya lantai 4 di tutup.

Ya, Ara sekarang sedang berada di lantai 4 gedung sekolahnya.

Ara memilih bangku yang menghadap cendela besar karena pemandangan yang di suguhkan sangat indah. Dari atas sini dia dapat melihat gedung-gedung kota yang berbeda-beda bentuknya.

"Huuuftt, akhinya kelar juga nih tugas." Gumamnya pelan.

Ara melihat jam tangannya. "Loh kok udah jam lima aja sih." Kagetnya.

Dengan terburu-buru Ara segera memberes-bereskan peralatan tulisnya dan keluar dari lantai 4 ini.

Bukannya apa-apa sih tapi sekolahnya ini memang sedikit horor. Mengingat gosip yang beredar dari teman-temanny, Ara merasa ngeri sendiri. Padahal Ara tidak sedang ingin uji nyali.

Sesampainya di bawah Ara memilih mendudukkan dirinya di tangga samping halaman sekolahnya. Sembari menunggu Ika menjemputnya.

Ika ini temannya Ara tapi beda sekolah dengannya. Ika bersekolah di SMA Venus. Ara kenal dengan Ika itu karena kostnya Ika dan Ara berdekatan. Iya, mereka berdua ngekost karena letak sekolah mereka lumayan jauh dari sekolah. Semoga paham ya.

Dari pada gabut ngak jelas akibat nunggu Ika yang tak kunjung datang, Ara memutuskan untuk ngapelin cogan hayalan di dunia oranyenya itu selain instagram. Entah sudah berapa banyak stok cogan hayalannya itu.

Dasar cewek halu!

Lagi asik-asiknya berimajinasi dengan para cogan hayalannya, Ara di buat tak fokus dengan seorang cowok yang sedari tadi bolak balik lewat di belakangnya.

Ara tadi sempat melihatnya aneh. Tapi bodo amatlah bukan urusannya. Berhayal dengan para cogan hayalannya lebih mantap jiwa raga dan sentosa.

Namun tanpa Ara sangka cowok yang mampu membuatnya gagal fokus tadi malah menghampiri dirinya.

Sial. Kenapa jantungan malah deg-degan seperti ini.



TBC.

Gimana dengan chapter satu ini?

Silahkan memberi saran dan kritikannya.

Terimakasih sudah membaca chapter ini.

Jangan lupa vote and comment.

IG: @anindyasalsa954

See you❤

Salam
Anindyasalsa.

MemoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang