Arava| 6

20 4 0
                                    

Aku tau mungkin hanya aku yang menaruh rasa padamu, tapi tak bisakah semesta menyatukan kita dalam kisah yang nyata?

Now playing
Andmesh Kamaleng - Cinta Luar Biasa.

Jangan lupa tetap jaga kesehatan ya! Dan jangan lupa tetap stay at home guys)

Happy Reading.

Typo dimana-mana.

****
Hari ini Ara terpaksa masuk kesekolah karena namanya masuk daftar siswa-siswi yang ikut remidial matematika setelah ujian semester satu yang baru selesai kemarin.

Semua siswa-siswi yang remedial matematika di jadikan satu dan di laksanakan di kelas IPA 1. Ara tau itu kelas Arva seseorang yang berhasil mengambil hatinya. Tapi sayang cintanya hanya bertepuk sebelah tangan, mungkin.

Ara dan teman sekelasnya memasuki kelas tersebut yang sudah di penuhi siswa-siswi seangkatannya, yang redimial tentunya. Lumayan dikit juga ngak terlalu banyak.

Setelah meminta lembar jawaban di guru pengajar, Ara memilih duduk di bangku bagian barat yang lumayan bisa buat contekan. Di sebelah kanannya ada Ana sedangkan di sebelah kirinya ada Riri.

Ara melihat soal di papan tulis seketika otaknya langsung ngeblank. Ia sama sekali nggak mengerti soal model apa yang tertera di papan tulis depan. Kepalanya ia gerakkan ke kanan dan kiri berharap dapat contekan malah matanya menangkap cowok berkacamata yang sedang serius mengerjakan soal matematika.

"Ganteng." Gumamnya dalam hati sembari menggigit bibir dalamnya menahan kedua sudutnya untuk tidak tersenyum.

Beberapa kali Ara mencuri-curi pandang kearahnya, sesekali mereka bertatapan tapi Ara dengan pintarnya selalu bisa merubah ekspresinya dengan muka datar ketika tidak sengaja bertatapan. Setelahnya ia berakhir menggeleng-ngelengkan kepalanya dan kembali fokus pada soal matematikanya itu.

Tak kunjung dapat jawaban Ara diam-diam membuka ponselnya dan mencari jawaban dari sahabat kita semua, brainly. Akhirnya dia bisa menjawab soal nomer satu dari lima soal yang di berikan. Sungguh bangganya dia.

Dan seterusnya Ara nyontek Ana sampai soal terakhir. Lalu Ara dan Ana mengumpulkannya di depan. Ara akhirnya bisa lega keluar dari zona merah ini. Tapi sepertinya gagal karena Ara mendapat soal matematika lagi karena pada waktu tugas pertama Ara belum mengumpulkannya, ralat waktu itu ia sedang sakit.

Ara terpaksa kembali ke bangku titik penghabisannya tadi dengan wajah melas sembari memandang soal yang sangat tidak sepadan dengan otaknya yang pas-pas-an.

Untungnya ada Riri yang ternyata juga sama mendapat soal seperti Ara, jadi bisa nyontek lagi. Sumpah bukannya Ara benci matematika tapi dari dulu kelemahannya itu di matematika. Melihat rumus yang rumitnya minta di catok tujuh turunan belum lagi matanya yang tiba-tiba berkunang-kunang melihat berbagai ragam angka dan segerombolannya di tambah lagi kepalanya yang berdenyut nyeri seolah sudah mentok tidak bisa dibuat berpikir lebih jauh lagi.

"Loh Arva kamu kok pakai kacamata, itu kamu beneran minus atau cuma gaya-gayaan." Kata bu Eni kepada Arva cowok berkacamata yang sempat membuat Ara terkagum-kagum melihatnya.

"Minus beneran bu. Cuma saya jarang pake aja di kelas, belum terbiasa soalnya bu." Balas cowok itu menjelaskan.

Ara yang mendengar percakapan mereka langsung menolehkan pandangannya kearah mereka lebih tepatnya sih ke arah Arva.

****

Riri sedang memfoto soal matematikanya yang hampir semua, eh bukan hampir deh tapi semua soalnya lalu di kirim ke whatsapp Fitri salah satu temannya yang pintar matematika, untuk bisa di kerjakannya lalu hasilnya di fotokan ke Riri kembali. Benar-benar simbiosis komensalisme.

Ara mengedarkan pandangannya, netranya menangkap sosok Arva yang sepertinya sedang kebingungan mencari jawaban karena tidak ketemu-ketemu.

"Nomer berapa sih yang belum?" Tanya Ara kepada Arva yang berdiri tidak jauh dari tempat duduknya.

Sumpah ini kali kedua Ara berbicara dengan Arva setelah kejadian beberapa bulan lalu.

"Nomer tiga yang soal remidial bukan soal yang tugas pertama, gimana caranya?" Tanyanya balik sembari mengambil tempat duduk di depan Ara.

Jangan tanya bagaimana reaksi jantung Ara sekarang, yang pasti sangat bergemuruh hebat. Sampai Ara di buat gugup dan kesulitan mengatur raut wajahnya agar tetap datar.

"Yang kayang ini"? Tunjuk Ara pada lembar jawabannya. Raut wajahnya bingung otaknya juga kenapa mendadak lemot macam siput untuk mencerna ucapan Arva.

"Yang itu lo" katanya sembari jari telunjuknya menunjuk ke papan tulis di depannya. "Brarti bukan yang ini." Ucapnya lagi.

Ara yang masih belum sepenuhnya menguasahi tubuhnya akibat gugup. Sangat kesulitan mencerna pertanyaan mudah yang di lontarkan Arva. Oh, ayolah bagaimana reaksi kalian ketika sedang berbicara di hadapan cowok yang kalian suka diam-diam. Seperti itulah yang Ara rasakan sekarang, campur aduk kek es cendol dawet.

"Lah iya yang ini?" Pertanyaan bodoh macam apa lagi ini yang keluar dari mulut Ara. Sungguh Ara masih bingung dengan keadaan yang sedang menimpanya ini. Otaknya terasa kosong.

"Bukan, yang ini lo yang di papan tulis, berarti bukan yang ini." Ucap Arva lagi sepertinya dia greget dengan tingkah Ara. Hey, dia tidak tau saja bagaimana reaksi tubuh Ara sekarang ini.

Ara yang baru tersadar dari kelinglungannya segera memahami ucapan Arva.
"Oh yang ini." Balasnya kikuk.

"Iya gimana caranya?" Tanyanya lagi membuat Ara merasa seperti orang bodoh.

Ara mencoba mengingat-ingat jawaban yang tadi di tulisnya. Tapi nihil dia tidak bisa mengingatnya lagi. "Lupa" ujar Ara. Jujur ia malu banget saat ini, jika bisa ia akan  menghilang saja dari hadapan Arva saat ini juga.

"Goblok banget lo Ra goblok tau ngak! Hiiihhhhhhh." Ceracau Ara dalam hati.

"Halah" ujar Arva lalu berdiri dari kursi dan pergi meninggalkan Ara yang ingin sekali melenyapkan dirinya yang amat sangat bodoh ini dari muka bumi.

Apakah ini yang di namakan bersikap bodoh di hadapan gebetan. Sumpah ini peristiwa memalukan di sepanjang kenangan.






TBC

Halo! apa kabar semua? Semoga baik ya.

Jangan lupa tetap stay at home ya, kalo di bilangin tetap di rumah aja yang nurut, jangan susah-susah kayak di suruh stay with me aja. Hehe maap keun author jadi bucin. dan semoga bumi kita lekas sembuh dan corona cepat menghilang. Aaamiinnn.

Gimana nih Chapter 6 nya?

Terimakasih sudah membaca 'Memoria'.♡

Jangan lupa vote and comment ya.

See you.

Salam
Anindyasalsa

MemoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang