Arava| 2

38 6 0
                                    

Apakah pertemuan kita hanya sebuah kamuflase belaka?
Jika memang benar tolong jangan mencoba meruntuhkan dinding pertahananku.

Now playing

Twice - What is Love?

Jangan cuek-cuek sama doi nanti nyesel loh)

Happy Reading.

Typo dimana-mana.


*****
Dengan posisi yang minim jarak ini. Jantung Ara di buat disko ngak karu-karuan. Bukannya Ara beper atau semacamnya lah, ini Ara malah kaget di buatnya.

Bayangkan saja sekarang, posisi Ara duduk di bawah dan cowok ini berdiri di depannya. Sudah seperti seseorang tengah menembak pasangannya begitu kira-kira posisi mereka saat ini, mungkin.

Ara mendongakkan kepalanya melihat lebih jelas wajah cowok yang tengah berada di hadapannya ini.

"Gue boleh pinjem hp lo ngak?" Tanya cowok itu. "Hp gue baterainya habis soalnya" terangnya.

Yang di balas anggukan kepala oleh Ara sembari jemarinya bergerak mengembalikan tampilan layar ponselnya yang tadinya menampilkan novel online yang tengah di bacanya dan sekarang berganti dengan menu utama.

Tangannya bergerak ke atas untuk memberikan ponselnya kepada cowok itu. Dan di terima oleh cowok itu.

"Lo di kelas apa?" Tanyanya basa-basi.

"Sepuluh IPS satu." Balas Ara.

"Lo tau ngak anak IPS satu siapa yang ikut basket?" Ucapnya, tanpa mengalihkan tatapannya dari ponsel Ara.

"Enggak."

Emang kenyataannya Ara ngak begitu kenal dengan laki-laki di kelasnya. Paling cuma tahu namanya sama mukanya aja.

"Siapa ya anak IPS yang ikut basket?" Tanyanya lebih ke gumamannya. Tapi masih bisa di dengar Ara.

"Putri anak IPS 3 ikut basket." Ucap Ara setelah ingat temannya itu pernah cerita kalau dia ikut ekstrakulikular basket.

"Putri? Anaknya yang mana?" Kernyitan di dahi cowok itu terlihat jelas bahwa cowok itu sedang mencoba mengingat-ingat cewek itu.

"Iya, cewek yang ngak pake jilbab itu." Kata Ara mendeskripsikan sosok Putri.

"Oh iya, gue inget." Ujarnya setelah berhasil mengingat dengan bantuan Ara tentunya.

Jemari cowok itu kembali bergerak lincah di layar ponsel Ara, matanya terlihat sangat fokus di layar ponselnya.

Pandangan Ara beredar pada halaman sekolahnya itu. Kepalanya menoleh ke arah parkiran sekolahnya hingga pos satpam samping gerbang sekolahnya.

Ada salah satu satpam yang sedang memperhatikan mereka. Segera Ara mengalihkan pandangannya kearah lain dan berharap pak satpam itu tidak memperhatikannya lagi.

Iseng, Ara menolehkan pandangannya lagi ke arah satpam itu.Tanpa di duganya pak satpam itu masih memperhatikannya dengan cowok di hadapannya ini. Seperti mengawasi mereka dari jarak aman.

MemoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang