28. Penguntit?

1.8K 234 6
                                    

"Kita kenapa lewat sini, Kak?!" Adiva mengeraskan suaranya, bertanding melawan suara angin di jalan raya.

Andre yang menjadi supir melirik spion kiri. "Biar cepet."

Adiva bergeming tak percaya.

Andre kembali melirik ke spion, menampilkan keadaan di belakang motornya. Seseorang tengah membuntutinya dengan mengendarai mobil BMW berwarna hitam. Terlihat jika si sopir tengah mengenakan setelan jas formal. Sepertinya, dia adalah suruhan orang kalangan atas.

Pandu memberitahunya, Adiva harus selamat sampai ke rumah Kenzie. Sementara Pandu sendiri harus pergi menjalankan rencana yang lain. Melirik waktu, Andre harus melajukan kecepatannya agar sampai di tempat di waktu yang tepat.

"Pegangan yang kenceng terus tutup mata lo, Div!"

"Hah? Kakak ngomong ap—kyaaa!" Gerak tangan Adiva langsung sigap, merapatkan tubuh ke pinggang Andre saat laju motor tiba-tiba berpacu.

Andre meliuk-liuk menyalip banyak kendaraan di depannya. Mobil berwarna hitam tadi pun ikut memacu kecepatannya melihat Andre yang berusaha meloloskan diri. Mengikuti jejak Andre yang membawa mangsanya pergi. Andre membawa motornya ke jalanan yang ramai dan sedikit jauh dari rumah Kenzie. Ia sengaja melakukan itu. Ia tiba di sebuah pemukiman padat dan masuk ke sana. Melawati gang-gang tikus yang biasa ia lewati saat kejar-kejaran dengan polisi.

Adiva menambah kencang pelukannya di jaket jeans biru langit milik Andre. Ia tak tahu apa-apa, ia juga tak sadar jika ternyata ada sebuah mobil yang membuntutinya sejak tadi. Adiva memejamkan matanya rapat-rapat dan merapalkan do'a yang ia bisa supaya Andre tidak mengajaknya mati bersama.

Andre kerap kehilangan keseimbangan motornya karena terlalu menukik tajam saat di tikungan, beruntung ia tidak sampai terjatuh dan membuat Adiva lecet-lecet. Andre melirik ke spion kanannya lagi, mobil itu sudah tak mengikutinya saat ia masuk ke gang-gang kecil. Ia bernapas lega, mulai menjalankan plan B-nya. Dilihatnya di perempatan kecil sana, Pandu sudah menunggunya dengan seorang gadis yang berpenampilan sama seperti Adiva.

Adiva memberanikan diri membuka mata dirasa kecepatan motor Andre mulai berkurang. Ia mengatur detak jantungnya yang maraton. Rasanya nyawanya akan melayang detik itu juga.

"Tuker cepetan!"

Segera, gadis yang bersama Pandu menarik Adiva turun dari motor Andre. Ia naik ke motor Andre dan Andre langsung melajukan kembali motornya meninggalkan Adiva yang cengo tak tahu apapun.

"Kok, kok, aku di tinggal?!"

"Pakai ini, naik ke motor gue cepetan!"

Pandu melempar hoodie-nya ke Adiva. Dengan gelagapan Adiva memakai jaket itu dengan tergopoh-gopoh, ia juga menaikan tudung untuk menutupi kepalanya. Adiva tak tahu apa fungsinya. Itu semua perintah Pandu. Ia naik ke motor Pandu. Memeluk erat laki-laki itu saat Pandu tiba-tiba melajukan motornya tanpa bertanya Adiva sudah siap atau belum.

"Cewek tadi siapa, Kak?!"

"Dia model, emang sengaja."

Jawaban Pandu tak membuatnya puas. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Andre dan Pandu harus mengebut seperti ini? Kenapa ia harus bertukar tempat dengan gadis tadi?

Adiva tak tahu harus menanyakan pada siapa segala opsi yang berputar di benaknya. Pada Pandu pun tidak mungkin. Ia sedang fokus menyetir dan kecepatan motornya semakin melaju.

Sepuluh menit berlalu. Deru motor Pandu memasuki pekarangan rumah Kenzie. Terlihat, Kenzie tengah berjalan bolak-balik seperti setrika di teras rumah. Adiva melihat Kenzie nampak cemas sambil menggigit jarinya. Adiva turun dari motor Pandu dengan mata yang lurus menatap ke depan sana.

TE AMO, KENZIE ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang