43. Elmi Vs Hera

1.6K 198 3
                                    

Kabar baik menimpa seluruh penghuni kelas di sekolah SMA Angkasa 01. Pengumuman di speaker yang terpasang di setiap sudut dinding kelas memberitahukan jika hari ini sedang ada rapat besar-besaran sampai jam pulang. Tentu para murid merasa senang karena terbebas dari jeratan rumus atau sejarah rumit yang harus mereka pelajari. Banyak yang melarikan diri ke kantin atau bermain di lapangan, murid-murid dibebaskan melakukan apa pun asalkan tidak meninggalkan area sekolah.

Kali ini, laki-laki dengan hoodie hitam yang lengannya ia gulung sampai siku ini juga begitu, ia memilih untuk ke kelas Adiva guna mengajak gadis itu ke kantin bersama. Kenzie harus segera supaya Jesper tidak mengambil tempatnya. Ia harus lebih gesit dari laki-laki itu. Begitu sampai di tempat tujuan. Kenzie terkejut karena kegaduhan yang terjadi di kelas Adiva. Pertengkaran itu terjadi di antara dua perempuan yang Adiva ada di salah satu pihaknya.

"Lo siapa, sih?! Lo itu cuma temennya. Jadi lo gak berhak ngatur-ngatur Adiva harus pergi sama siapa!"

"Gue sahabatnya, jadi gue berhak nentuin mana yang baik dan gak buat sahabat gue. Gue gak akan biarin dia pergi sama cewek kayak lo! Lo pasti lagi rencanain sesuatu supaya Adiva sakit hati lagi, 'kan?!" Hera membalas ucapan Elmi.

Adiva berusaha menenangkan sahabatnya. Elmi mengepalkan tangannya kuat-kuat. Ia ingin menjambak rambut Hera namun seseorang menarik tangannya.

"Jes, lepas!"

"Gak perlu pake kekerasan bisa?"

"Tapi dia duluan yang ngatain gue!"

"Apa Hera dulu yang nyerang lo?"

"Kok, lo belain dia, sih?" Bola mata Elmi bergeser pada Adiva yang sedari tadi menyaksikan pertengkarannya dengan Hera. "Div, lo mau, 'kan? Gue janji, kok, bakal nganterin lo pulang dengan selamat. Kalau lo gak percaya sama gue. Gu-gue bakal ajak Jesper juga."

Adiva mengulum bibirnya. Ia menatap Jesper yang kini berdiri di samping Elmi. Laki-laki itu menghela lalu mengangguk, menandakan jika ia akan ikut dalam acara mereka.

"Em ... aku ...."

"Kalau gitu sekarang lo pilih, dia atau gue!" Hera memotong jawaban Adiva. "Gue bakal ajak lo jalan-jalan juga, gue pengen buktiin lo setia apa nggak jadi sahabat."

"Ra, lo kenapa, sih?"

"Apa? Salah kalau gue jalan-jalan sama sahabat sendiri?"

Adiva semakin bingung dengan sikap Hera yang posesif. Ia mengerti jika maksud gadis berambut sebahu ini adalah untuk melindunginya dari Elmi. Entah apapun yang direncanakan gadis itu. Tapi satu sisi Adiva percaya Elmi tidak seperti dulu lagi. Jujur, ia setuju dengan usulan Elmi untuk pergi hangout bersama. Mereka pasti akan jauh lebih akrab. Tapi melihat Hera yang seperti ini Adiva jadi bingung memilih yang mana.

Sedang keras-kerasnya berpikir Kenzie datang dan merangkulnya. "Boleh gue tau akar permasalahannya apa?"

Hera bertindak. "Dia yang nyari masalah, Kak. Dia main nyelonong masuk ke kelas terus tiba-tiba ngajak Adiva jalan-jalan. Pakek maksa-maksa lagi."

"Gue gak akan maksa kalau lo gak terus hasut Adiva buat nolak ajakan gue!" Elmi memprotes.

"Zie, ini gimana?" Adiva yang sedari tadi memperhatikan ketiga temannya berdebat mengenai dirinya berbisik pada Kenzie.

Kenzie menghela. Jika saja ia bisa menghantarkan Adiva pulang, Adiva takkan berada di situasi seperti ini. Tapi urusannya belum selesai, masalah tadi pagi saja belum selesai ia tangani. Ia takut salah satu orang-orangnya menelfon kakeknya yang tinggal di luar negeri. Jika sudah begitu masalah ini akan tambah besar. Ia ingin ini selesai tanpa melibatkan pria tua itu. Dengan menyusun rencana apik dan mengumpulkan bukti yang ada untuk menjebloskan Rehan. Barulah Kenzie bisa fokus ke Adiva.

"Lebih baik kamu ikut Hera aja. Kayaknya dia lebih baik dari Elmi. Kamu tau, 'kan? Aku masih gak percaya sama cewek itu," pungkasnya, menaruh curiga jika kini Elmi pasti bekerja sama dengan Jesper.

Apalagi? Pasti mengenai rencana yang dibuat Rehan.

Rupanya pria jahat itu juga ikut menyeret putranya dalam rencananya ini. Kenzie tak akan membiarkan itu terjadi. Adiva akan ia jaga dengan ketat meski bukan di bawah tangannya langsung. Dan sepertinya, Hera adalah orang yang tepat, terlebih ia adalah sahabat gadis itu.

"Ken, lo ijinin Adiva pergi sama kita, 'kan? Please, lo harus percaya sama gue," Elmi kembali memohon.

"Apa perlu gue tulis surat terus gue tempelin materai supaya lo paham gue gak ngasih lo ijin bawa cewek gue pergi?" Kenzie menegaskan.

Elmi menggigit bibir bawahnya, mengepalkan tangannya. Matanya nampak bergerak gelisah. Kenzie menangkap pergerakan itu, ia tahu Elmi mencari cara agar Adiva mau ikut bersamanya. Pasti gadis ini akan membawa Adiva pergi ke hadapan Rehan. Kenzie takkan membiarkan itu terjadi.

"Oke, gue minta maaf! Gue minta maaf di depan kalian semua! Gue tau gue salah, gue jahat udah celakain Adiva dan bully dia terus-terusan, tapi itu dulu. Sekarang gue beda, gue gak mau bikin Adiva tersiksa kayak dulu lagi. Div, lo percaya gue ini udah berubah, 'kan?" Elmi menyentuh tangan Adiva.

Adiva terkesiap atas tindakan Elmi. Ia bingung, satu sisi Hera juga menatapnya memohon. Kenzie menebas kasar tangan Elmi dan mendorong gadis itu. Elmi terhuyung ke belakang dan Jesper dengan sigap menangkapnya.

"Bisa lo gak pake acara kasar sama perempuan?"

Kenzie berdecih. "Wah, jadi dua musuh gue udah bekerja sama sekarang? Gak usah ngelak, gue tau apa yang lo berdua rencanain. Dan gue gak bakal biarin itu terjadi."

"Ken, sebenernya ...."

"Udah, El. Kita keluar aja." Jesper menarik tangannya namun Elmi masih terpaku di tempat.

"Jes, gue harus bawa Adiva dari sini. Dia harus ...."

"Gue bilang keluar, Elmira." Jesper mendesis. Membuat Elmi mati kutu dan lebih memilih menurut. Ia membiarkan Jesper menariknya keluar kelas.

"Huh, makasih, Kak, udah ngusir serangga itu dari sini."

"Gak boleh gitu, Kak Elmi juga manusia. Sama kayak kita, kalau lo ngatain dia serangga berarti lo juga." Adiva membela.

"Tuh, Kak Kenzie liat, 'kan? Udah jelas-jelas Elmi nyakitin dia tapi tetep aja dia gak suka aku ngomong yang nggak-nggak tentang Nenek Peyot itu." Hera mencibir.

"Tadi serangga sekarang Nenek Peyot. Sebenernya lo ngatain kak Elmi apa, sih?"

"Lo diem, Div. Ngomong sekali lagi gue kunyah lo!"

Adiva menyengir. Ia mengalihkan atensu pada Kenzie yang sejak tadi merangkulnya. "Zie, boleh pergi sama Hera, ya? Pengen jalan-jalan."

Kenzie tersenyum, sebelum menjawab ia menatap Hera. "Lo mau ajak Adiva ke mana sampai berani ngelawan Elmi?"

"Pertanyaan pertama, aku emang gak pernah takut sama Elmi. Pertanyaan kedua, aku bakal ajak Adiva ke mana aja. Selama masih ada di bumi."

"Tapi Evan sama kalian, 'kan?"

"Pasti, dong!"

***

"Kenapa, sih, lo halangin gue buat ngomong sama Kenzie tadi?" Elmi memprotes saat Jesper melepaskan cekalannya.

"Lo mau bikin rencana kita kebongkar? Lo liat, 'kan, ada siapa di sana? Ini yang gak gue sukain dari lo, lo itu gegabah. Kalau aja gue gak narik lo keluar, dia pasti tau semua rencana kita. Semuanya bisa hancur gara-gara lo!" Jesper mendebas.

Elmi berdecak, harusnya ia pikirkan itu. "Terus sekarang gimana? Kita harus bawa Adiva hari ini juga, atau bokap lo ...."

"Gak usah bawa-bawa bokap gue!"

TE AMO, KENZIE ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang