"Ajun komisaris polisi, Roni Sitio mengungkap kasus pembunuhan anak usia 5 tahun oleh ibu kandungnya sendiri," ucap seorang penyiar dari balik layar televisi.
Layar berganti menampilkan pria paruh baya dengan seragam lengkap kepolisian.
"Peristiwa itu terjadi pada hari kamis kemarin. Ditemukan sebuah pisau lipat yang menjadi senjata pelaku ketika memutilasi tubuh korban. Pelaku mengaku membunuh anaknya sendiri karena anak tersebut berasal dari hubungan gelap antara pelaku dengan pria bernama Josan Harlyn,"
Aku menyunggingkan senyum bahagia melihat berita pagi ini. Namun, rasa bahagia semakin terasa ketika aroma masakan memasuki indra penciuman.
itu kakakku, As.
Pria dengan pangkat komjen itu kini duduk di meja makan sembari tak hentinya tersenyum memandangi sepiring makanan berminyak hasil masakannya.
Ahh sekarang aku tahu, kemana hilangnya daging paha, lengan bahkan hati yang selalu kusimpan beku di dalam kulkas.
Kriuukk kriuuk
As memejamkan mata, menikmati rasa gurih dari makanan itu.
Andai saja Endy ada di sini, pasti dia juga bisa merasakan seberapa lezat rasa dagingnya ketika dicampur larutan tepung, lalu digoreng hingga gurih pada minyak mendidih..
Ummm yummy.
***
Siapa yang tak tertawa melihat tingkah konyol anak anak?
Caranya menguap, makan, berlari, melompat semua tak luput dari penglihatan.
Sayang, masa kecilku tak seindah milik mereka
Aku tak bisa tertawa lepas, menangis sepanjang waktu, atau berlarian tak tentu arah seperti itu.
Sejak kecil hidupku sudah kelam, mata pisau menjadi cctv untuk setiap yang kulakukan.
Brukk
Dari arah berlawanan seorang anak tak sengaja menabrakku. Lucu, bukan menangis dia malah menertawakan kecerobohannya.
"Berlarilah selagi masih memiliki sepasang kaki. Tertawalah selagi dapat menggerakkan kedua bibir," ucapku tersenyum lembut, sembari mengusap surai anak itu.
Dia hanya diam, memiringkan kepalanya dengan senyum polos dan kembali berlari ketika kuberi sebuah permen lolipop.
Taman bermain yang dipenuhi anak anak bisa menjadi sebuah obat untuk menghilangkan stres.
Untukku, taman bermain adalah tempat di mana aku memilih salah satu diantara banyak anak yang nantinya akan lebih dulu merasakan hangat dan bau tanah.
"Mari bermain!"
Aku tersenyum memusatkan pandangan pada kaca spion motor.
Ah lebih tepat mengarah pada tubuh mungil yang sedang tertawa lepas bersama ibunya.
***
Ada rasa geli ketika menyadari saat ini aku berpakaian bahkan berprofesi sebagai babysitter.
Namun, demi semangkok daging disertai segelas darah, jiwaku rela menjadi apa pun.
"Saya ada urusan penting. Karena takkan ada satu pun orang di rumah, saya harap kamu bisa menjaga Endy dengan baik," ucap sang pemilik rumah.
Aku hanya mengangguk saja, lalu tertawa dalam hati.
Menjaga Endy dengan baik?
Apa pun akan kulakukan untuk adikku itu. Akan kuberikan dia sesuatu yang terbaik dari yang terbaik, kalau perlu mengirimnya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Am I a Psychopath?
HorrorAku suka votemu, Aku suka comment mu Tapi yang lebih kusukai itu, Rintihan kesakitanmu, Darah yang mengalir dari tubuhmu, Juga detakan jantung yang terasa digenggamanku. Ingin tahu siapa aku? Sebut saja aku kematian! Temuilah kematianmu Dengan mene...