Empat

20 5 0
                                    

Christa

A day with you.
Begitu kira-kira gue menggambarkan kejadian hari ini. Bersama dia, yang tak pernah mengetahui isi hati gue.
Well, lets see what happened today.

Minggu pagi ini, gue sudah siap dengan baju-baju indah nan sopan yang selalu gue pakai setiap pergi ke tempat ini. Setelah memoles muka gue pakai bedak dan memoles bibir gue pakai liptint, gue bercermin sekali lagi.

Waduh, cantik banget gue. Wah terkesan gue sama diri gue sendiri, padahal cuman makeup dikit. Gila pede banget gue. Kira-kira mau kemana gue?

Sekarang, gue sudah siap. Sambil menatap mantap cermin di depan gue, gue mulai mengambil tas gue dan alkitab. Yak, tentu saja gue mau ke gereja.

" Morniingg!! " tiba-tiba Daven membuka pintu kamar gue sambil teriak. Kayak gitu tuh. Gimana kalau gue lagi pakai baju? Dan lupa tutup pintu? Lucu sekali teman-teman. Yah lupakan.

" Morning, udah siap lo? " balas gue seraya tersenyum melihat Daven yang masih berada di ambang pintu sambil menyiapkan sepatu gue.

" Udah dong, " balas Daven sumringah sambil mengangkat tangannya yang membawa alkitab, menunjukkan bahwa dia sudah siap. Happy banget tuh orang perasaan.

" Oke let's goo! " setelah selesai menggunakan sepatu, gue langsung mengajak Daven untuk pergi. Jadi ikutan semangat aja nih gue.

" Nek, pergi dulu yaa! " gue dan Daven membeo bersamaan saat menjumpai nenek di bawah. Nenek hanya tersenyum mengiyakan. Langsung saja gue dan Daven cap cuss naik mobil. Tentu saja mobil dari kedua orang tua kami. Cuss!

Gue dan Daven termasuk orang yang bisa di bilang rajin beribadah, eaa. Kita berdua juga selalu ambil pelayanan kalau sempat. Well, semua itu kewajiban teman-teman! Akhirnya gue dan Daven sampai. Kita berdua masuk, merenung, mendekatkan diri sejenak pada sang pencipta. Tak lupa mendoakan kedua orang tua, dan orang-orang di sekitar.

*****

Matahari sudah menyapa, saat gue dan Daven selesai beribadah. Gue dan Daven langsung menuju mobil, setelah sapa-menyapa dengan jemaat yang lain.

" Ta, jalan yuk, " ucap Daven saat gue dan dia sudah berada di dalam mobil. Tumbenan nih anak ngajak jalan. Boleh berharap gak gue? Kayaknya nggak deh, sedih banget.

" Jalan? Tumbenan lo, " selidik gue sambil memasang seatbelt.

" Yah, emangnya gak boleh gue ngajakin lo jalan? Gak ada kerjaan juga kan di rumah, " kata Daven sambil memasang seatbelt juga.

" Yah, boleh sih, " tapi hati gue yang gak siap. Tenang teman-teman, yang lanjutannya cuman di dalam hati kok. Aku mah apa atuh.

" Yaudah, jalan ya? " melas Daven. Lucu banget sumpah, matanya puppy eyes kayak kucing minta di tabok. Yaelah gue malah ngebully doi sendiri. Gimana sih gue? Gimana? Ya gimana? Gatau juga. Oke lupakan.

" Mau kemana dulu nih, "

" Ada deh, kan gue yang ajak. Lo tinggal ikut aja, dan duduk manis. Oke adik kecil? " ngajak ribut nih orang, sok-sok an lagi. Geli banget ew. Parah nih gue, kapan gue berhenti bully dia?
Karena kesal, gue pura-pura ngambek aja, jurus paling jitu dan ampuh para perempuan.

" Serah lo deh, gak peduli gue. "
Daven ngelihat gue sekilas lalu senyum, dan mulai menjalankan mobil.

Nih orang gak ada niatan mau menghibur gue nih? Serius? Emang dasar ya manusia kutub. Asal kalian tau, Daven itu dingin bukan main saat bersama orang lain, yang dalam tanda kutip orang yang bukan sahabat atau orang dekat. Gila! Dinginnya sampai bikin orang kesal, pengen jambak aja bawaannya.

Brother Sister Zone ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang