Lima

11 5 0
                                    

Christa

Pagi ini, saat gue dan Daven sedang sarapan, kita berdua kedatangan tamu.

Jeng... Jengg!!
Tangan yang menyeret koper, jaket keren ala anak jaman sekarang, kacamata cool yang menambah ketampanannya, dan sepatu mahal. Orang dengan ciri-ciri tersebut masuk ke rumah kami saat pintu sudah dibukakan untuknya.

" Gimana perjalanannya bang? " ucap Daven. Yah, dia adalah kakak laki-laki Daven, tentu saja ganteng pakai banget. Dia sudah bekerja, beberapa hari ini berniat untuk menginap di rumah ini, mau main katanya.

" Wais, lancar jaya semuanya, " jawab bang Daren, iya namanya Daren guys, Daren Brasta tentunya.

" Eh lu berdua, gue mau ingetin sesuatu ni, " kata bang Daren pas udah duduk di meja sarapan bersama gue dan Daven.

" Apaan? " tanya Daven sambil mengunyah makanannya penuh kenikmatan, dih kayak gak pernah makan enak nih anak.

" HARI INI HARI SENIN!! " memang sialan banget sih ni orang, baru datang sudah cari masalah.

" Ah, hewan lu bang, gak lucu bambang gak perlu diingetin, UDAH TAU GUE !!! " si hewan mentang-mentang udah gak sekolah, gue bunuh aja kali ya biar dia reinkarnasi, nah terus lahir lagi deh jadi bocah cebol yang tiap senin harus upacara lagi. Eh atau ngga, kayaknya lebih seru kalau dilahirin jadi hewan aja ya? Oke lupakan, nih otak kenapa sih.

Lets see, si hewan malah ketawa bahak - bahak dikursi, mengundang tatapan horor gue dan Daven ke arah dia. Ganteng - ganteng gila. Yaudah sih, Daven tetap di hati, unch.

" Gila ni orang, udah ah, kita cus aja ta, " ucap Daven setelah menghabiskan suapan terakhirnya, membuat gue mengalihkan tatapan horor gue dari bang Daren, tergantikan dengan tatapan imut nan cantik untuk Daven yang mungkin akan membuat gue muntah saat berkaca. Haha bodyshaming diri sendiri itu seru ya ternyata, #ketularangila.

" Oke. " ucap gue, tentu saja sambil senyum. Daven langsung mengambil kunci mobil seperti biasa, dan bersiap meninggalkan abangnya yang sedang menghapus air matanya, air mata cinta, ea bucin. Ngga deh, dia menghapus air matanya akibat tertawa terbahak bahak.

" Hati - hati bocah SMA, dah...! " ucap bang Daren sambil melambaikan tangan saat gue dan Daven sudah berjalan keluar rumah. Oke sip, dia sudah normal kembali, saatnya capcus.

*****

Daven

Gue sama Christa sekarang lagi dalam perjalanan pulang ke rumah, iya gue dan Christa baru pulang sekolah padahal sekarang udah sore banget yaitu jam 6 lewat. Gue sama Christa pulang sore karena gue ada latihan basket buat perlombaan bulanan dan Christa yang emang bersikeras mau nemenin gue sampai selesai, dan alhasil, sekarang nih anak malah kecapean dan tidur di perjalanan pulang.

Setelah melewati macet, akhirnya gue dan Christa sampai ke rumah, tapi nih anak belum bangun juga.

" Christ... " baru saja gue berniat membangunkan Christa, eh gue jadi kepikiran. Kasihan juga dia, udah belajar dari pagi sampai siang, kegiatan ini itu, terus nungguin gue, kayaknya mendingan gue gendong aja deh si Christa.

Akhirnya gue gendong dia dengan hati - hati menuju kamarnya. Sesampainya di kamar Christa, gue membaringkan dia di kasurnya, gue gak langsung keluar, gue malah salfok sama mukanya.

Christa... sejak kapan dia secantik ini, kulitnya putih mulus, bibirnya pink ranum, bulu matanya indah. Kemana aja gue selama ini? Sekarang gue baru sadar kalau dia itu cantik. Kemana Christa yang dekil dulu? Christa yang acak-acakan?

Gue mengelus pipi Christa pelan, menyingkirkan poni dari wajahnya, lalu menatapnya lagi.

" Jangan ditatap mulu, ntar nafsu, " tiba - tiba terdengar suara bang Daren yang entah sejak kapan berdiri di ambang pintu itu.

Brother Sister Zone ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang