Tiga

32 12 4
                                    

Christa

Tok.. Tok.. Tok
Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu di kamar gue. Dengan mata yang masih sedikit sembab, gue meletakkan novel yang gue baca sejak tadi, dan berjalan menuju pintu kamar.

" Eh, ven? Kenapa? " tanya gue setelah membuka pintu, ternyata Daven yang mengetuk pintu, langsung aja gue akting kayak orang baru bangun tidur, supaya dia gak kepo kenapa mata gue agak sembab.

" Baru bangun lo? " tanya Daven dengan raut wajah sedikit ragu.

" Ya iyalah, lo gak liat nih gue ngantuk banget, hoaamm.. Ganggu aja sih lo, " alibi gue sambil mengangkat tangan gue ke atas layaknya orang yang baru bangun tidur, meregangkan otot. Gila jago banget nih gue akting, boleh kayaknya masuk dunia perfilman.

" Hm, yaudah kali sorry lagian ini juga udah sore udah jamnya lo bangun tau, " ucap Daven sambil menoyor jidat gue. Apa-apaan nih orang, ngeselin banget.

" Iya, iya, terus lo ngapain ke kamar gue? Gak biasanya lo ke kamar bangunin gue. " ucap gue sambil bertanya.

" Oh iya, sampai lupa kan, gini, Damon mau beli makanan, lo mau pesan apa, kan lumayan biar menghemat tenaga nenek masakin kita lagi, nenek kelihatannya agak kecapean gitu, " kata Daven, bukannya jawab Daven, gue malah jadi panik dengar keadaan nenek.

" Hah? Yaudah apa aja lah, nenek gimana? Udah ditanyain kenapa? Demam gak? Perlu obat? " tanya gue bertubi-tubi. Membuat Daven senyum ngelihat tingkah gue.

" Nenek cuman kecapean aja Christa sayang, gak apa-apa kok, " jawab Daven yang malah buat gue galfok. Sayang katanya? Ah bodo lah, gue tau kok dia cuman asal ngomong. Mendingan gue pergi ngelihat nenek.

" Ah, yaudah terserah lo deh, gue mau lihat nenek dulu, " ucap gue sambil langsung menerobos tubuh Daven yang lebih besar dari gue, karena dia menghadang jalan gue. Well, akhirnya Daven agak terdorong ke samping. Gue mah bodo amat, gak akan kenapa-kenapa juga tuh orang.

Rasanya semakin gue sadar Daven gak simpan perasaan apa-apa ke gue, gue jadi agak judes aja gitu ke dia. Kasihan juga sih dia kan gak tau apa-apa. Makin pusing gue mikirin cerita cinta yang rumit ini. Ew geli banget bahasa gue, tapi ya kalau di novel-novel, ini akan jadi cerita cinta yang berakhir bahagia. Percayalah. Tapi gak akan terjadi sama gue juga, yaudahlah biarkan hati ini yang memilih.

****

Daven

Deg

Hm? Tadi bunyi apaan ya? Perasaan gue dengar sesuatu. Deg? Au bodo ah.
Langsung saja gue turun, setelah menutup pintu Christa yang lupa ditutup olehnya.

" Gimana ven? " tanya Damon langsung setelah gue sampai di bawah.

" Terserah katanya, " jawab gue.

" Aduh dasar cewek, jawabannya terserah mulu, " ucap Stevano nimbrung.

" Ya elah, lu, kayak orang yang tau banyak aja tentang cewek, pacaran aja gak pernah, sayang tuh muka lu ganteng buat apaan, " cerocos Jonnas. Mereka semua berkumpul di ruang tamu setelah membersihkan diri sehabis berenang.

" Heh, tampang gue tuh berguna banget asal lo tau, " timpal Stevano.

" Iya deh, percaya kok percaya, " ledek Jonnas. Gue jadi ketawa liat tingkah mereka.

" Haha ada-ada aja lo pada. Btw ven, Christa mau kemana? Kayak buru-buru gitu? " tanya Damon seraya bangkit dari duduknya dan mengambil kunci mobil gue.

Brother Sister Zone ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang