Enam

23 5 0
                                    

Daven

Masih malam yang sama, gue baru saja selesai kerja kelompok di rumah temen gue, karena merasa lapar akhirnya gue berniat singgah bentar di abang - abang yang jualan batagor langganan gue. Langsung aja gue cus walaupun hari udah malam banget.

Sesampainya di sana gue langsung pesan dua bungkus, buat siapa lagi kalau bukan Christa. Setelah gue bayar, gue masuk lagi ke dalam mobil dan melaju hendak pulang.

Tapi tiba - tiba di perjalanan pulang gue lihat seseorang yang kayaknya gue kenal, hafal banget gue sama postur tubuh dia, gak tahu kenapa ya, akhir - akhir ini gue sering perhatiin cewek ini. Dia lagi nunggu sendirian di tepi jalan yang sepi.

" Stefanie? " panggil gue setelah gue menepi ke tempat dia.

" Loh? Daven? " tanyanya.

" Iya, lo ngapain malam - malam gini sendirian? Sepi lagi, kalau lo kenapa - napa gimana? " tanya gue, kenapa gue jadi berasa kayak orang peduli banget ya?

" Gue lagi nungguin taksi, biasa ada yang lewat, tapi mungkin karena ini udah malam jadinya gak ada lagi yang lewat, hehe " jawabnya.

" Dih, yaudah gue anter aja ya? " tanya gue. Dia kelihatan sedang berpikir.

" Oke deh, numpang ya ven, " ucapnya sambil melangkah untuk naik ke mobil gue.

Setelah dia naik, gue langsung tancap gas, dan putar balik karena arah rumah gue sama Stefanie beda. Sesampainya di rumahnya, sudah kelihatan tante Sari, mama Stefanie menunggu di teras dengan wajah cemas sambil menggendong anaknya, adik Stefanie.

" Waduh, nyokap lo sampe khawatir gitu mukanya Stef, " ucap gue.

" Iya nih soalnya hp gue lowbat juga, gue gak bisa kabarin nyokap gue, " jawab Stefanie sambil membuka seatbelt. Terlihat tante Sari langsung menghampiri mobil gue yang masih ada Stefanie di dalam.

Waduh gue jadi berasa lagi bawa anak orang sampe malam, karena agak gak nyaman, akhirnya gue ikutan turun sama Stefanie, hitung - hitung sopan dikit lah.

" Stefanie, kemana aja kamu? Di teleponin juga gak bisa, ya ampun, ini udah malam nak, " terdengar suara lembut tante Sari.

" Iya ma, maaf, hp Stefanie lowbat, tadi Stefanie nunggu taksi tapi gak ada yang lewat, untung ada Daven, " ucap Stefanie sambil menoleh ke arah gue. Langsung aja gue reflek maju mendekat.

" Eh iya, hai tante, " ucap gue, tak lupa sambil senyum.

" Oh Daven, makasih ya nak udah antarin Stefanie. " ucap tante Sari.

" Iy.... " baru gue mau jawab, tiba - tiba kedengaran suara gelas pecah dari dalam rumah.

Prang...

Kaget, akhirnya tante Sari buru - buru masuk setelah Stefanie ambil alih menggendong adiknya.

" Kenapa tuh Stef? " tanya gue kepo.

" Gak tau juga ven, " ucap Stefanie yang kayaknya santai - santai saja, ya sudah gue ikutan santai juga. Salfok, gue melihat adik Stefanie, lucu banget ya Lord, matanya biru astaga. Refleks gue mencubit pipi gembulnya.

" Emmmhh.... " suaranya terdengar kala gue mencubit pipinya. Tanpa sadar gue senyum, bahagia banget rasanya lihat anak kecil.

" Lo suka anak kecil ven? Haha, " tawa Stefanie tiba - tiba. Lagi, sekarang gue salfok sama kakaknya. Cantik.

" Eh? Ya soalnya adek lo lucu banget Stef, gemes gue. " jawab gue.

" Haha, yaudah kapan - kapan mainlah ke rumah gue sama Christa, main sama adek gue maksudnya. "

Brother Sister Zone ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang