19. Pengakuan

1.7K 116 16
                                    

"Kamu beneran jatuh?"tanya Arya ketika kini mereka tengah duduk santai menunggu waktu adzan maghrib tiba.

Tadi Aca sudah di periksa oleh dokter pribadi keluarga kakeknya. Ternyata lukanya mengalami pendarahan di karenakan beberapa kali tersenggol.

"Iya, Aca jatuh di sekolah"jawab Aca seraya memakan keripik favoritnya yang di buat oleh neneknya sendiri, sambil menikmati acara televisi di depannya

"Kok bisa jatuh?"tanya Haifa yang berada di samping kanan cucunya, sedangkan Arya di samping kiri

"Em, kepeleset. Iya kepeleset"jawab Aca meyakinkan, meski nyatanya Haifa dan Arya justru ragu dengan jawaban yang diberikan cucunya, yang terlihat tidak meyakinkan

"Beneran?"tanya Arya berusaha untuk membuat cucunya berkata jujur

"Beneran kok"jawab Aca menjadi sedikit gugup karena di perhatikan dengan lekat oleh kakek dan neneknya

"Kalau kamu bohong, kakek marah ya"ancam Arya membuat Aca menatap dirinya takut

"Em....."gumam Aca bingung juga gelisah

"Jujur aja Ca! Kalau kamu jujur kakek gak akan marah. Tapi kalau kamu bohong, kakek akan marahin kamu, dan gak mau ketemu sama kamu satu minggu"ucap Arya semakin mengancam cucunya yang terlihat semakin bingung dan semakin gugup

"Beneran?"tanya Aca takut menatap kakeknya

"Beneran apa?"tanya Arya membalas tatapan Aca

"Kakek gak marah, kalau Aca jujur?"tanya Aca

"Gak, kakek gak akan marah"jawab Arya meyakinkan, seraya menampilkan senyum lembut yang begitu menenangkan

"Janji?"ucap Aca menyodorkan jari kelingkingnya di hadapan Arya

"Janji"ucap Arya yakin seraya mengaitkan jari kelingking besarnya dengan jari mungil milik Aca

"Nenek janji?"ucap Aca beralih pada Haifa, kembali menyodorkan jari kelingkingnya

"Janji sayang"jawab Haifa mengaitkan jari kelingkingnya

"Kenapa?"tanya Arya menatap Aca dengan tatapan introgasi

"Jatuh"jawab Aca seraya menunduk

"Iya, jatuhnya kenapa?"tanya Haifa mengusap rambut cucunya yang kini tidak lagi tertutup oleh hijab

"Di dorong"jawab Aca masih menunduk, suaranya pun mulai bergetar karena takut jika ia memberi tahu kaken dan neneknya justru akan mengundang kemarahan bagi dua saudara kembarnya

"Di dorong? Sama siapa?"tanya Arya terkejut, sedikit menaikan suaranya

"Tuh kan, kakek marah"ucap Aca tidak suka seraya mendongak menatap wajah kakeknya.

Arya pun berusaha untuk menetralkan kembali suaranya, agar kembali normal

"Siapa sayang?"tanya Arya kini dengan nada super lembutnya

"Sama teman"jawab Aca dengan nada kesal

"Iya, siapa temannya? Nanti kakek marahin mereka"jawab Arya membuat Aca kembali mendongak

"Kakek udah janji, gak akan marah"ucap Aca sengit

"Iya, kakek gak akan marah sama kamu. Kakek marahnya sama teman kamu yang udah nakal itu"jawab Arya menatap cucunya

"Gak boleh!"

"Kalau mereka nakal, itu harus di kasih tau, gak boleh di biarin, nanti jadi makin nakal sama kamu"ucap Arya menasehati

"Gak boleh ada yang marah sama mereka"

"Aca......"

"Pokoknya gak boleh!"ucap Aca keras kepala

OH MY TWINS!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang