Lei berlari menuju kelasnya dengan terburu-buru. Andai ia tidak menekan tombol tunda ketika alarmnya berbunyi, mungkin ia tidak perlu repot-repot kehabisan nafas seperti sekarang.
Namun karena berlari terlalu kencang, Lei menabrak seseorang yang sedang membawa setumpuk surat yang langsung jatuh berhamburan saat itu juga.
Tadinya Lei hendak berlari lagi jika saja tangannya tidak ditahan, "Eh maaf ya kak, enggak sengaja" ucap Lei singkat, berharap ia akan dibiarkan pergi.
"Bantuin dulu dong, ini surat yang gue bawa pada jatuh gara-gara lu"
Dengan penuh rasa sebal, Lei merapihkan surat-surat yang berserakan tersebut dengan tergesa.
"Ini kak" Lei menyerahkan setumpuk surat yang telah ia kumpulkan.
Bukannya menerima surat tersebut, senior Lei itu justru menyodorkan surat di genggamannya, "Sekalian aja deh, lu yang kasih ke bu Kirana di ruangannya"
Jika saja ia tidak berniat menjaga nama baiknya, mungkin Lei sudah menyumpahi laki-laki itu dengan kata-kata kasar.
Dengan marah Lei merebut surat-surat dari tangan seniornya dan berjalan dengan penuh amarah.
Setelah berada di depan ruangan bu Kirana, Lei semakin emosi, pasalnya setelah berkali-kali mengetuk pintu ruangannya, tidak muncul juga sahutan dari dalam.
Dan ia tidak mungkin masuk ke ruangan bu Kirana tanpa izin, tidak mungkin juga kalau ia membawa surat-surat tersebut hingga kelasnya selesai ataupun menunggu bu Kirana disini.
"Mau ke ruangannya bu Kirana ?" seketika itu Lei merasa beruntung karena mungkin saja orang yang bertanya itu bisa membantunya.
"Iya, ini ada surat," Lei mengembangkan sebuah senyum sembari memalingkan kepala menatap orang tersebut.
Namun senyumnya kembali memudar karena merasa malu, karena ternyata orang yang bertanya itu adalah orang yang diidamkan oleh Lei, Jeffan.
"Biar sama gue, kebetulan gue mau ketemu bu Kirana."
Lei pun tak lupa berterima kasih sebelum bergegas pergi, namun tak lupa sebelum Jeffan hilang dari pandangannya, Lei meliriknya terlebih dahulu secara diam-diam.
Namun justru mendadak ia menyesal karena telah mencuri pandang, karena yang ia lihat justru Xiana yang menghampiri Jeffan dengan senyum manis di bibir keduanya.
Xiana yang menurut Lei merupakan perempuan yang nyaris sempurna dengan penampilan, kecerdasan dan kebaikannya, berbanding terbalik dengan apa yang dirasakan Lei tentang dirinya.
~•°•°•~
Setelah kelasnya selesai, Lei keluar menuju tempat parkir kampus bersama sahabatnya sebab ia berencana untuk ikut pulang bersamanya.
"Oliv ! Lei !" dari jarak yang tak terlalu jauh, terdengar seruan yang memanggil nama mereka.
"Oh Alin, hai" Olivia menyapa balik teman satu SMA-nya dan Lei, Lintang namanya.
Sedangkan Lei hanya melambaikan tangan saja sembari tersenyum.
"Padahal kita sekampus, tapi jarang banget ketemu" Lintang menghampiri Lei dan Olivia.
"Namanya juga beda fakultas, wajar dong," ucap Lei.
"Kalau gitu mumpung lagi bareng, mau sekalian kemana dulu enggak ?" ajak Olivia.
Awalnya Lei ingin menyetujui ajakan Olivia, namun suatu pesan membatalkan niatnya.
Mama
| Lei, nanti langsung pulang ya
-tbc
Vote dan komen ya... ^_^
makasih kalian yang udah baca✊😼
KAMU SEDANG MEMBACA
My Senior | Lee Jeno [Revisi]
FanfictionPacaran sama gebetan memang epic, tapi pernah gak sih lo dijodohin sama gebetan ? Seneng ? Belum tentu. 🏅Highest rank #1 sr16g { 31-08-2019 } 🏅Highest rank #1 ljn { 03-04-2020 }