Karena sebentar lagi gilirannya untuk mengambil resep obat, Mama mencari resep yang sebelumnya diberi dokter di dompetnya, namun Mama tidak menemukannya.
"Lei, kayaknya resepnya tadi ketinggalan di meja, ambilin dong," pinta Mama.
Tanpa banyak berkata lagi, Lei sedikit berlari menuju kamar papanya.
"Om titip Lei ya," samar-samar suara papa terdengar oleh Lei dari balik pintu.
"Duh papa malu-maluin aja, pake ngomong kayak gitu segala," gumam Lei sembari bergidik geli.
Setelah memastikan papanya tidak mengatakan kata-kata yang menjijikkan lagi, Lei masuk.
"Udah ngambil obatnya ?" tanya papa melihat Lei yang kembali cukup cepat.
"Ini resepnya ketinggalan," secarik kertas tersebut dikibaskan oleh Lei, menunjukkan pada papa apa yang sedang dicarinya.
Lei bergegas pergi dari ruangan tersebut, bukan karena telah selesai dengan urusannya maupun terburu-buru untuk menebus obat, melainkan karena menahan besarnya rasa geli atas ucapan Papa.
~•°•°•~
Setelah memastikan keadaan Papa tidak parah, Lei pulang kerumahnya diantar kembali oleh Jeffan.
Namun dalam perjalanan, kata-kata menggelikan yang diucapkan Papa terhadap Jeffan kembali mengusiknya. Lei menghela nafas berat sembari memijat pelipisnya, sejujurnya ia lah yang merasa malu meskipun bukan ia sendiri yang mengucapkan hal itu.
"Kenapa ?" Jeffan menatap Lei sekilas, penasaran dengan apa yang membuat Lei menghembuskan nafas seperti itu.
"Kak, omongan Papa yang tadi gak usah didenger ya."
"Omongan yang mana ?"
Rasanya Lei ingin ditelan bumi saja jika seandainya Jeffan sudah lupa, namun tidak sengaja Lei kembali membahasnya.
"Pokoknya kalau tadi Papa ngomong yang bikin geli gak usah dianggap serius," tak ingin rasanya Lei mengatakan kembali apa yang dikatakan Papa.
"Lo denger ya ?"
"Denger apa ?"
"Lo dititipin Papa lo ke gue."
Seketika Lei kembali dibuat merinding, "Gak usah disebut gitu ah, geli !"
Jeffan tertawa hingga kedua matanya melengkung membentuk sabit, "Kan tadi lo yang tanya."
Untuk sesaat Lei hampir lupa bahwa ia menyukai Jeffan, beruntungnya tawa Jeffan yang pertama kalinya hadir secara khusus untuk Lei, kembali mengingatkannya.
Ah, namun sekarang rasa malu yang ia rasakan dari ucapan sang ayah menjadi dua kali lipatnya, karena jika saja ucapan papa bukan dilontarkan kepada Jeffan atau ia tak memiliki rasa pada Jeffan, mungkin ia tak akan semalu ini.
-tbc
Vote dan komen ya... ^_^
makasih kalian yang udah baca✊😼

KAMU SEDANG MEMBACA
My Senior | Lee Jeno [Revisi]
FanfictionPacaran sama gebetan memang epic, tapi pernah gak sih lo dijodohin sama gebetan ? Seneng ? Belum tentu. 🏅Highest rank #1 sr16g { 31-08-2019 } 🏅Highest rank #1 ljn { 03-04-2020 }