O8 : Peek-A-Boo

2.9K 228 16
                                    

Semenjak kejadian menggelikan sebelumnya, rasanya Jeffan menjadi lebih sering terlihat oleh mata kepala Lei.

Mulai dari Jeffan yang selalu ada di kantin ketika Lei lapar, Jeffan yang kebetulan -atau mungkin sengaja- ada di perpustakaan ketika Lei belajar, hingga yang amat kentara ialah Jeffan yang tak pernah absen datang menjemput Lei ketika kelasnya selesai.

Jika kewarasannya hilang, mungkin Lei akan berfikir bahwa Jeffan di dunia ini tidak hanya ada satu, melainkan ada berbagai doppleganger yang bisa berada di berbagai tempat secara bersamaan.

Hingga hal itu membuat Lei mulai bosan melihat wajah Jeffan. Pertemuan yang tidak sengaja memang berkesan, tapi jika seperti ini Lei justru malahan ingin kabur setiap kali melihat wajah Jeffan.

Untungnya hari ini Jeffan tidak menunggu didepan kelas Lei seperti biasanya, sehingga Lei bisa pergi sendirian meski tetap was-was.

Setiap detik mata Lei berkeliling kesana kemari, memastikan Jeffan tidak berada disekelilingnya.

"Lei !" ditengah degup jantungnya yang tidak karuan, sebuah tangan melayang dibahu Lei.

Suara yang amat familiar bagi Lei, namun tetap memberi kejutan bagi Lei yang sedang bersembunyi bagai pelaku tindak kejahatan itu.

"Lintang !" laki-laki tinggi dihadapan Lei menjadi sama terkejutnya seperti Lei ketika diteriaki secara tiba-tiba begitu.

"Lo ngapain kayak sembunyi-sembunyi gitu ?"

"Sst, udah ikutin gue aja," Lei meletakkan telunjuknya di bibir sembari berbisik.

"Oke," dengan ikut berbisik, Lintang memberi isyarat menyetujui.

Sembari tetap memastikan bahwa Jeffan tidak berada dalam radius dekat, Lei menggenggam tangan Lintang, membawanya ke tempat parkir kendaraan.

"Udah aman Lei ?" tanya Lintang saat melihat Lei menghela nafas lega.

Baru sadar bahwa dirinya sejak tadi menggenggam tangan Lintang, Lei melempar tangan Lintang kasar, sedang si pemilik tangan hanya meringis tanpa tahu kesalahannya.

"Hehe sorry," ucap Lei santai.

Baru saja Lei merasa lega, tiba-tiba dari kejauhan Jeffan terlihat berjalan ke arahnya. Lei berusaha bersembunyi dibalik punggung bidang Lintang, namun gagal karena sebelum itu Jeffan sudah melihatnya.

"Lei ? Ngapain disitu ?" Jeffan menyadari bahwa Lei bertingkah laku aneh.

"Kak Jeffan, hai," dengan canggung Lei melambaikan tangan.

Jeffan mengangkat alis, dirinya heran oleh Lei yang tiba-tiba menyapanya seperti itu, rasanya semakin aneh.

Namun meski bingung, Jeffan tetap mengatakan tujuannya menghampiri Lei tanpa basa-basi, "Hari ini gue gak bisa anter lo pulang, gak papa kan ?"

"Gak papa banget kok kak, santai aja !"

Terlihat oleh Lintang, baik Jeffan maupun Lei terlihat lega oleh respon masing-masing, sedang dirinya tidak terlalu paham apa yang terjadi diantara mereka.

"Lo sering pulang bareng dia ?" Lintang memberanikan diri bertanya untuk mengatasi rasa penasarannya.

"Gara-gara Papa gue sih, masa gue dititipin ke dia !"

"Dititipin ?" bukannya teratasi, rasa penasaran Lintang justru semakin menjadi.

Namun Lei tidak lanjut menjelaskan soal ucapan ambigunya. Ketika Lintang masih berdiri mematung berusaha memahami ucapan Lei, Lei sudah duduk di jok belakang motor Lintang, bahkan helm milik Lintang yang sebelumnya tergantung di setang motor sudah dipakainya.

"Hari ini gak ada yang anter gue pulang, lo mau anter gue kan ?" meskipun bertanya nada bicara Lei lebih terdengar seperti pernyataan.

Tersadar dari lamunannya, Lintang mengangguk kikuk, "Iya, gue anter."

Terima kasih banyak kalian yang sudah mau meluangkan waktu buat baca cerita ku 💕.

Vote, komen and follow please
(。・ω・。)ノ




My Senior | Lee Jeno [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang