Ting Tong~
"Eung.., siapa yang pagi pagi bertamu sih." Ujar jisung sambil melihat jam dinakas samping kasur dan berusaha mengambil alih kesadarannya untuk beranjak dari kasur dan membukakan pintu dipagi itu.
Iya terduduk dipinggir kasur. Sejenak pandangannya ia arahkan pada sosok lain yang terpejam tenang disisi lain kasurnya. Jisung mengambil handuk kecil yang tersematkan di dahi orang tersebut, seraya mengulurkan tangannya untuk mengecek suhu tubuh orang disampinya.
"Syukurlah, demamnya sudah reda."
Setelah kemarin malam mereka sampai di kontrakan jisung, mereka langsung memakan makanan yang dipesannya, namun ketika hendak tidur, felix mengeluhkan badannya yang terasa lemas dan jatuh terduduk.
Saat itu jisung dibuat bingung dan ternyata felix terserang demam. Jisung bergegas mengambil obat demam lalu dimintanya felix untuk meminum obat itu dan menyuruh felix mengganti pakaiannya dengan baju miliknya lalu bergegas tidur. Jisung pun dengan telaten mengompres dahi felix semalaman.
Ting Tong~
"Ish..sabarlah" jisung menguap sesekali, kantuk masih hinggap tapi tetap dengan segera ia turun dari kasurnya dan menyambangi pintu.
.
"Akhirnya kau buka juga, kau ingin aku mati kedinginan diluar ?" Ucap hyunjin, orang yang bertamu di pagi hari itu.
"Ada apa pagi sekali kau datang kemari? Kalau tidak penting pulang saja sana." Usir jisung.
"Hei kau jahat sekali pada sahabat tampanmu ini. Lagian aku takut kau pergi kerja pagi seperti kemarin. Oh iya, ini ku bawakan bubur untuk sarapan." Ucap hyunjin.
"Kau bahkan tau password rumahku, tapi kau malah menggangguku. Aku sudah memutus kontrak jadi kau bisa datang lagi siang. aku mau tidur, simpan saja buburnya di dapur." Ujar jisung seraya berjalan berlalu untuk masuk kamar , namun langkahnya terhenti karena cekalan tangan.
"Apa? Mengapa bisa? Oh tidak, lalu kau sekarang bagaimana?"
"Aku akan mencari pekerjaan lain selagi menunggu panggilan untuk bermusik lagi, aku sudah minta minho hyung membantu tapi sepertinya ia masih diluar kota. Sudah ya, aku kembali tidur, terserah kau mau pulang atau diam disini." Ucap jisung tapi lengannya masih di pegang hyunjin, seperti tidak menginginkannya pergi dulu.
Jisung bingung, ia menatap hyunjin yang malah menunduk tanpa melepas tangannya.
"Aku tau ini tepat atau tidak. Seharusnya kemarin aku katakan ini, tapi kemarin kau sulit dihubungi dan aku datang kesini kau sudah tidak ada."
Jisung masih menunggu kelanjutan apa yang ingin hyunjin katakan.. hei, ini tidak biasa, hyunjin yang seperti ini lebih menyeramkan daripada ketika ia marah.
"Bisakan kita sambil duduk?" Ucap hyunjin, kemudian jisung pergi mendahuluinya duduk disofa lusuh yang ada disana.
.
"Hmm.. sebenarnya ini kabar buruk, kemarin ibuku bilang kalau ibumu masuk rumah sakit." Jisung terdiam.
Deg.
Benarkah?
"aku tak yakin bibi Han sakit apa, tapi ibuku bilang karena depresi ringan. Ia, terus saja memanggilmu. Dia ing-..." ucapan hyunjin terpotong karena jisung.
"Dan kau ingin aku pulang begitu? Hyunjin dengar, bukan aku durhaka tidak ingin menemui ibuku, tapi selama pria itu ada disana aku tidak akan pernah pulang, sebelum aku tunjukan kalau aku memang sungguh sungguh dengan kata kataku." Ucap jisung marah.
"Tapi dia ibumu jisung.. cukup temui saja ibumu." ujar hyunjin mencoba tenang.
" aku tau, kali ini aku akan menelponnya nanti. Sekarang kau pulanglah. untuk kesekian kalinya kau membujukku pulang, aku akan tetap dengan pendirianku. Aku masih punya waktu 6 bulan lagi untuk membuktikan, jadi berhentilah, aku mau tidur." Ujar jisung dengan keras, lalu berusaha berlalu.
Hyunjin menahanya kembali, namun dihempaskan.
"Aku bilang pul-..."Brukk
Suara benturan cukup keras berasal dari kamar. Jisung berlari untuk memastikan tanpa mempedulikan hyunjin yang terkejut dan akhirnya ia mengikuti jisung masuk kekamar. Dan ia terkejut menemukan orang lain berada dikamar jisung sedang mengusap kepalanya dan terduduk dilantai.
"Felix kau baik baik saja?" Ujar jisung khawatir.
"Ah, jisung kau mendengarnya? Aku baik baik saja." Namun keadaan sebaliknya, dahi felix merah. Jisung bergegas kedapur mencari salep memar.
Sementara hyunjin masih berdiam diri dipintu kamar. Memperhatikan felix yang sedang mencoba bangkit dan duduk dikasur. Hyunjin terus memperhatikan hingga dikejutkan oleh jisung yang tidak sengaja menyenggol bahunya.
"Mengapa bisa sampai jatuh sih? Liat ini memerah, apakah sakit? Seharusnya jika kau butuh sesuatu panggil saja aku."jisung mengomel layaknya ibu yang marah pada anaknya sambil mengoleskan salep.
Hyunjin terkejut, pasalnya selama ia dekat dengan jisung, jisung memang sosok yang cerewet dan ceria,murah senyum. Namun insiden ketika cita citanya di tentang keras oleh ayahnya membuat jisung jadi lebih pendiam dan benar benar menutup diri. Bahkan hyunjin seperti melihat sosok lain dalam diri jisung.
Namun melihat jisung yang saat ini mengomeli seseorang yang tidak diketahuinya, itu membuat hyunjin benar benar terkejut. Sosok jisung yang lama ia rindukan kembali.
"Ini tidak sakit jisung. Aku hanya terjatuh dari kasur."
"Kau bilang hanya? Kamu masih sakit felix, kamu-.." ucapannya terhenti ketika merasakan felix mencoba menggenggam tangannya.
"Aku tau kamu khawatir, tapi aku benar benar baik baik saja. Jadi tak apa apa."
Jisung menghembuskan nafasnya. Hyunjin yang dari tadi melihat kemudian mengungkapkam rasa penasarannya.
"Jisung, siapa dia?"
.
.
"Kau membiarkan orang asing tinggal dirumah mu?"
"Dia bukan orang asing hyunjin, dia temanku yang baru kutemui tadi malam." Ucap jisung sambil menyuapkan bubur yang dibawa hyunjin tadi dengan santai .
Jisung dan hyunjin sedang berbincang di meja makan setelah selesai membantu felix makan dan tidur kembali dikamar.
"Itu sama saja jisung, kau tidak tau dia. Bahkan tidur diatas ranjang yang sama?bagaimana jika ia menyakitimu? Dan bahkan saat ini kamu kehilangan pekerjaan, kau yakin akan menampungnya? Yang ada ia akan merepotkanmu." Ucapan hyunjin ini membuat jisung mengurungkan niatnya untuk menyuap sesendok bubur.
"Kau tau, aku kesepian dan dia bisa jadi temanku. aku yakin dia orang baik. Tak ada orang jahat yang rela berjam jam di tengah dinginnya salju menanti seseorang yang bahkan kurasa membuangnya. Dia tak akan menyakitiku, aku yakin dan masalah uang aku akan mencari pekerjaan baru besok."
"Jisung, kau bisa memanggilku kapanpun untuk menemanimu. Dia tetap orang asing, bagaimana jika kebutaannya hanya alibi untuk menutupi kejahatannya? Apa kau-.."ucapan hyunjin terhenti karena gebrakan meja yang dilakukan jisung.
"Cukup hyunjin! Tidakkah kamu sadar bahwa dirimu lah yang jahat disini? Perkataanmu sungguh jahat, kau tau itu. Dia baik dan aku yakin itu. Dan cukup hyunjin cukup, cukup ayahku yang mencampuri urusan kehidupanku, jika kau melakukannya, silahkan, tapi jangan hubungi aku lagi. Aku selesai." Ujar jisung seraya meninggalkan hyunjin yang termenung.
"Maafkan aku jisung..."
.
.
.
TBC
Yuhu~~
Datang lagi nih, semoga suka.
Jang lupa tinggalkan jejak ya!!
-panda
KAMU SEDANG MEMBACA
My Precious Brother
FanfictionKarena 'brother' tidak melulu mengenai saudara sedarah atau satu keturunan dalam silsilah keluarga. lebih dari itu, dia yang selalu ada disampingku menemani susah senang dan kesepianku - Jisung Terima kasih, sudah menjadi kacamata kehidupan dan my...