[k]

676 89 21
                                    

"Jadi bagaimana kabarmu?" Pria paruh baya itu terduduk santai disofa cafe.

"Seperti yang appa lihat, aku baik baik saja." Jisung menjawab dengen percaya dirinya.

Pria itu terkekeh.

"Kau masih keras kepala dengan rasa percaya dirimu. Jadi bagaimana perkembangan 'menggapai cita-citaku' itu?" Tuan Han bertanya dengan nada yang dianggap menyebalkan oleh jisung.

"Aku kira kita akan bertemu di studio musik setelah empat bulan berlalu, ternyata tanpa sengaja kita bertemu dicafe. Ah,, dan bagian mengejutkan, kau sebagai pelayan disini, hahaha.." jisung mengepalkan tangnnya, meremat celemek yang ia gunakan.

"Maaf tuan, jika tidak ada hal penting lain, sebaiknya saya permisi pergi ke belakang karena saya sedang bekerja disini" ucap jisung berusaha sopan.

"Pulanglah kerumah jisung, eommamu sangat merindukan anak kesayangannya. Kau bisa lanjutkan studi ekonomi dibanding bekerja sebagai pelayan disini."

"Dan melajutkan bisnis appa? Aku tidak tertarik. Aku akan kembali kerumah setelah 4 bulan dari sekarang sebagai seorang produser. Itu janjiku saat 4 bulan yang lalu dan akan tetap berlaku. Saya permisi" jisung langsung bangkit dan berbalik, ia merasa gerah dan kesal dengan topik perbincangan bersama appanya itu.

"Baik lah aku tunggu. Tapi, aku ingin bertanya, Aku dengar kau merawat seorang pria buta benar?"

Deg

"Kau terdiam? Berarti benar haha... nak hidupmu saja saat ini sudah susah dan kau mau merawat pria buta?"jisung kemudian ia berbalik menatap tajam ayahnya.

"Dia punya nama, dan saya rasa anda salah menilai, dia ADIKKU, kuharap kau tidak mengusiknya." Tuan Han tertawa dengan keras setelah mendengar perkataan jisung, hingga beberapa pengunjung memperhatikannya.

"Haha.... nak, eommamu bahkan tidak bisa kembali mengandung setelah melahirkan anak sepertimu, dan kau memungut pria buta yang kau anggap sebagai adik? Haha.. kau bahkan meninggalkan appa dan eommamu yang merupakan keluarga kandungmu, apa kau yakin tidak akan ada saatnya kau meninggalkannya juga?" Jisung terdiam.

"Atau bisa saja dia yang meninggalkanmu. Pernah kau pikirkan itu nak? Dan jika saat itu terjadi, jangan salahkan appa, appa tak akan mengusiknya..  hm.. atau mungkin ya..." setelahnya Tuan Han bangkit dari duduknya dan keluar cafe di ikuti sekertarisnya tanpa memesan apapun.

Disisi lain jisung masih terdiam ditempatnya berdiri, menatap kepergian ayahnya.

.

.

.

Felix dan bangchan, keduanya kini tengah duduk ditaman, keadaan taman saat itu sepi, sehingga mereka asik berbincang dengan leluasa.

"Aku bisa membantumu.. jika kau mau"

"Tapi.. apakah aku bisa bermain kembali? Sudah lama tidak memainkan piano, ditambah aku sekarang tidak bisa melihat." Felix kembali kehilangan kepercayaan dirinya.

Bangchan sendiri terdiam sejenak, memikirkan kata kata yang yang ingin ia ungkapkan.

"Hmm.. kau mau tau rahasiaku?"

"Aku sangat mencintai musik. Cita citaku dulu itu, ingin menjadi seorang idol. Aku trainee kurang lebih 6 tahun. Saat itu aku dipilih menjadi line up trainee siap debut, dan 3 bulan kemudian aku akan didebutkan menjadi salah satu member boygrup. kau tau, saat itu aku benar benar senang. Hingga aku berlatih menyanyi dan menari begitu keras."

"Naasnya sebuah kecelakaan menimpaku, tepat 1 bulan sebelum tanggal pengenalan member debut diumumkan ke publik. Kecelakaan itu membuat aku tidak bisa menari lagi karena sebuah pin dipasang dikakiku yang akan terasa sakit jika aku menari. Itu benar benar membuatku terpuruk dan bahkan pemikiran untuk mengakhiri hidup pun saat itu terlintas di kepalaku, hahaha... "

"Agensiku dulu memberikan ku harapan, mereka ingin aku kembali menjadi trainee, tapi sebagai produser musik di agensinya setelah mereka melihat bakat bermusikku. Karena aku menyukai musik, walaupun sulit aku mencobanya, dan jadilah aku sekarang seorang produser musik"

"Kau paham maksudku kan? Tak ada yang tak mungkin jika kau mau berusaha. Dan usahamu akan terasa ringan jika kau menyukainya. "

bangchan melihat anggukan kepala yang semangat dari felix. Melihat hal itu entah mengapa sebuah ide terlintas di benaknya.

"Tapi felix, kau tau? aku sedikit serakah. Aku saat ini mengharapkan cita citaku sebagai produser terbaik terwujud. Dan kesempatan itu muncul, ini akan terwujud ketika aku menemukan satu orang lagi yang dapat membantuku, dan aku menemukannya yaitu jisung, kakakmu. Jadi bisa kah kau bantu membujuknya? Dia akan mengambil bagian di tim produserku. Sebagai gantinya aku akan membantumu kembali bermain piano. Bagaimana?"

Melihat felix yang kini terdiam, bangchan paham, bahwa idenya tidak bisa diterima. Tapi sebenarnya ia tulus ingin membantu felix melakukan sesuatu hal yang dia inginkan. Hanya saja, ada kesempatan yang memungkinkan jisung mau menerima tawarannya sehingga bangchan akhirnya mengatakan hal demikian.

Disisi lain, sejujurnya, felix merasa berat menerima tawaran bangchan. Dia memang ingin sekali bisa memainkan piano, tapi ia tidak percaya diri mengenai masalah penglihatannya dan tak lupa harus melibatkan jisung.

Walaupun mungkin bangchan bisa membantu jisung dalam menggapai mimpinya sebagai produser, ia tidak boleh gegabah. Bisa jadi ada hal hal yang membuat jisung tidak menggubis tawaran bangchan seperti yang di ceritakannya tadi.

Mengingat tadi pagi jisung yang tertidur di sofa dengan gitarnya, apakah mungkin juga ada sangkut pautnya dengan masalah ini, jika demikian, felix benar benar tidak bisa mengiyakan tawaran bangchan.

"Sepertinya aku terkesan memaksa dan tidak tulus ya?"

Felix masih setia terdiam.

"Memang lancang, tapi aku benar benar tertarik menjadikan jisung partnerku. Kalau kau bingung, kau bisa berikan jawabanmu itu nanti. Tapi untuk membantu mu belajar memainkan piano aku siap sedia." Ucap bangchan.

"Baiklah... mungkin akan ku coba juga untuk membujuk jisung.." ucap felix sedikit ragu.

" benar kah? Terima kasih" reflek bangchan pun memeluk felix saking senangnya.

Dan mereka pun beranjak dari taman menuju studio musik untuk memulai sesi belajar mereka.

.

.

.

TBC

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 23, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Precious BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang