[E]

917 119 12
                                    

"Terima kasih, silahkan datang kembali" ujar jisung pada pelanggannya.

"Jisung! Bisa ikut keruanganku?" Manajer cafe memanggilnya, jisung pun menjawab ya dan bergegas menghampirinya.

.

"Aku melihat kesungguhan mu di hari pertamamu, jadi aku berfikir masa trainee aku hapuskan. selamat ya, besok kau bekerja sebagai pegawai tetap dengan jam kerja full."ucap manajer cafe sambil mengulurkan tangannya.

Jisung menerima jabatan tangan manajernya dengan senyuman lebar dan ucapan terima kasih, selanjutnya ia pergi pulang.

.
.

"Aku pulang!"jisung berteriak dengan riang didepan pintu

" wah wah, semangat sekali, apa hari mu menyenangkan? Dan kau pulang lebih cepat dari perkiraan felix" Hyunjin memyapa dari sofa.

"Kau belum pulang? Felix mana?" Hyunjin yang mendengar pertanyaan tersebut mendengus.

"Kau mengusirku? Felix sedang di kamar mandi."

Jisung hanya menjawab 'oh' seraya berlalu ke dapur dan menyimpan bawaanya di atas meja.

"Kalian sudah makan? Aku bawa toppokie dari cafe"

"Sejujurnya kita sudah makan japcay, tapi karna sayang jika tak dimakan, ayo makan lagi haha.."

"Alasan"

Tak lama felix datang bergabung dan mereka pun makan bersama sambil mendengarkan Jisung bercerita banyak mengenai pekerjaan barunya, jisung terlihat begitu semangat.

Tanpa sadar waktu sudah larut dan akhirnya hyunjin terpaksa pulang.

.

.

Kini jisung dan felix tengah berbaring di kasur, keduanya bersiap untuk tidur.

"Jisung?" Yang di panggil hanya menjawab dengan gunaman.

"Apa kau sudah tidur?"

"Belum"

Setelahnya keheningan tercipta. Jisung yang sejak awal memang memejamkan matanya mencoba untuk tidur, terpaksa membukanya kembali, mendudukan tubuhnya dan menyadarkan punggungnya ke dinding kepala ranjang, lalu menatap felix yang masih setia membuka matanya namun terdiam disampingnya.

"Ada apa? Kamu mau menceritakan sesuatu?"

Felix mendudukan badannya, kemudian menepuk pahanya. Jisung paham. Ia pun menidurkan kembali badannya dengan posisi kepala berada di paha felix.

"Bolehkah aku meraba wajahmu?" Jisung terdiam berfikir, hingga akhirnya mengangguk. Tangan felix dituntun untuk disimpan di wajahnya.

"Seperti sejak awal aku merasakannya, kau pasti terlihat sangat tampan dengan hidung mancung, alis tebal dan rahang ini. Tapi pipimu menirus, kau harus lebih banyak makan. jisung mengurus, oh dan jangan kecapean." Tutur felix. Jisung hanya berbaring  sambil setia menutup matanya.

"Ini bukan karena kurusan, tapi aku mengalami puberti, jadi pipiku menirus." Jisung menyanggah pendapat felix.

"Mana ada yang seperti itu. Puberti di usia 20 tahun?" Ucap felix sembari tangannya yang memukul bahu jisung perlahan.

"Tentu ada, aku contohnya" ucapnya bangga seraya menepuk dadanya sendiri.

"Alasan... jisung bisa kah kau mengurangi jam kerjamu, seperti kau tidak perlu lagi mengantar koran dipagi hari."

"Kenapa? Kau khawatir? Tenang saja aku bisa melakukannya."

"Tentu aku khawatir. Aku tau kau bisa melakukannya jisung, tapi itu kan mengurangi waktumu, jisung harus ingat mengenai cita cita mu."

My Precious BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang