2- Awal Temu Semu

69 23 0
                                    

Sabtu, 07 September 2019

-Seperti berada di awang-awang. Bukan diriku sekali, memuji pahatan Tuhan tanpa berpikir dua kali-



Happy Reading🐰

Buru-buru Singkat masuk kedalam kelas. Dia sudah terlambat lima menit. Pikiran Singkat sudah kemana-mana. Dari guru killer yang akan memarahinya, diwawancari, diceramahi, disuruh berdiri dengan satu kaki dan kedua telinga di jewer. Semoga ekspetasi buruk itu tak terjadi.

"Assalamu'alaikum, permisi," ucap Singkat sembari mengetuk pintu kelas yang setengah terbuka.

"Wa'alaikum Salam, masuk"

Singkat kemudian masuk dan menyalami guru yang sedang mengajar di kelasnya.

"Ini Karecha ya?, "tanya bu guru yang menurutnya cantik dan lemah lembut.

"I..iya bu," jawab Singkat gugup.

"Tidak usah gugup, tadi bu Linda sudah memberitahu saya,"

"Ayo kemari," bu guru yang belum diketahui namanya itu mengajak Singkat masuk dan berdiri di depan kelas.

"Kita kedatangan teman baru, sebenarnya dia sama seperti kalian peserta didik baru. Namun, tiga hari yang lalu dia tidak berangkat karena ada suatu kepentingan. Mungkin sebagian dari kalian kenal karena selama MOS dia ikut," Jelas bu Chika memberitahu alasan kenapa Singkat tidak berangkat. Yah guru cantik itu namanya bu Chika.

"Jadi, silahkan perkenalkan diri kamu,"

"Perkenalkan teman-teman, nama saya Karecha Singkat Lavriani kalian bisa panggil saya Singkat. Semoga kalian bisa berteman baik dengan saya. Terima Kasih,"

Usai memperkenalkan diri Singkat duduk di bangku paling belakang deret nomor 3. Banyak siswa-siswi yang mengajak kenalan Singkat. Namun Singkat hanya menjawabnya dengan senyum tipis. Aht, kalian tahu lah sifat Singkat. Dia bukan orang ramah tapi dia tidak sombong.

"Hai, kenalin namaku Rima, kamu siapa?," ucap gadis berponi dengan kuncir kudanya memperkenalkan diri. Yang diketahui sebagai teman sebangku Singkat.

"Singkat," ucapnya singkat seperti namanya.

"Wah, nama kamu unik dan antik Jhahahha," tawa pelan Rima yang membuat Singkat melengkungan bibirnya ke atas.

"Terimaka kasih," ujar Singkat.

"Kita lanjutin nanti deh acara kenal kenalannya," kata Rima yang diberi anggukan dari Singkat sebagai jawaban.

Ekhm, baru saja ia masuk sebagai murid baru sudah disambut dengan celotehan guru Bahasa Indonesia. Aht, ia pandai memang dengan pelajaran ini. Diapun juga anak Sastra berbalut IPA. Tapi, ia sedikit tidak suka dengan mapel guru Bahasa Indonesia ini. Cerewet seperti guru Sejarah, ia benci Sejarah. Benci mengulang dan mengingat masa lalu. Ia muak dengan Sejarah. Tapi ia ingat tanpa masa lalu kita tidak akan bisa berjalan ke masa depan.

A....lega, akhirnya ia bisa lepas dari pelajaran guru yang menurutnya membosankan. Apa ia coreng aja ya... mapel Bahasa Indonesia dari list mapel kesukaanya.

"Singkat," seseorang menepuk bahu Singkat membuatnya terpelonjak kaget, "Astaghfirullah,"

Haduh Rima, mau apalagi dia. Belum cukup kenalan tadi pagi. Singkat sangat malas jika ia harus dihadapi dengan pertemanan. Menurutnya hidup sendiri lebih baik daripada berteman kalau hanya akan menjadi sarang pengkhianat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 07, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SINGKATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang