"Ya ampun. Sandra kamu kenapa?"
Aku menangis tersedu-sedu. Orang-orang sekamar langsung mengerumuniku begitu aku masuk.
"Iya cerita dong.Kok tiba-tiba aja kamu nangis gini?"
Aku belum membuka mulut.
"San,kenapa ih?"
"Udah.. udah.. sabar dulu. Liat tuh Sandranya aja masih lagi nangis,tunggu dulu aja sampai dia tenang."ujar Mita.
"Yaudah,San. Kamu tarik nafas dalam-dalam deh!"
Aku mulai menarik nafas,"..sekarang keluarkan perlahan.."
Huufftt...
Keadaanku kini terasa lebih tenang.Beberapa kali kuulangi menarik nafas, teman-teman sudah tak sabar ingin tau ceritaku. Aku diam sebentar,lalu mulai bicara."Tiga hari lagi aku mau pulang.."kataku sendu.
Ohhhh...
Serempak teman-temanku membuka mulut."Lah kalo gitu sih kamu harusnya senang,bukannya nangis gini."Aku membulatkan mata,"Senang? Aahh.... tapi aku gak mau pulang.... gak mau pokoknya gak mau...."rengekku.
"Lho.. lho.. emangnya kenapa sih? Kamu pulang mau ngapain?" Nisa mulai peka dengan keadaanku.
"A-aku.... mau... dikawinin." jawabku menyesal.
Haaaaa??
Serempak teman-teman. Lagi."Dikawinin ama siapa? Ganteng gak? Atau mungkin tajir?"
"...anak kyai ya?" timpal yang lain.
"...anak pengusaha?"
Aku memutar bola mata mendengar segala pertanyaan yang enggan aku jawab dan memang tidak tau jawabannya. Sesegera saja kututup telinga dan berteriak pelan.
Stopp!!
"Tau aja engga yang mana orangnya, pokoknya kata Buya dia dosen, titik gak ada jawaban lagi."jawabku seadanya."Oh dijodohin Buya. Ya bagus dong, entar berkah...." ujar Nisa.
"Tetap aja aku gak mau! Usiaku masih 18. Lagian aku juga masih trauma dengan yang namanya cinta.Terus kalo aku nikah,aku gak bisa nyelesaikan ngaji Alfiyyah-ku. Terus juga gak bisa bareng-bareng kalian lagi, kan?" kataku panjang lebar dengan suara yang semakin melemah.
Sepertinya aku bakal nangis, lagi. Kupeluk semua teman-temanku untuk menagis bersama dalam satu pelukan, ini memang hal yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya.
Menikah.
Aku masih terbilang remaja untuk hal ini. Belum memasuki gerbang kedewasaan meskipun sudah diizinkan untuk menonton film dewasa yang 18+. Namun, baru setahun yang lalu aku berusia tujuh belas, dimana usia yang tergolong labil dikalangan anak remaja.
"Ya ampun... masalah ini benar-benar buat aku frustasi...." geramku.
Perjodohan memang selalu menjadi hal yang tidak diinginkan oleh siapapun. Terutama jika perjodohannya secara terpaksa atau pasangan yang dijodohkan tidak sesuai dengan yang diimpikan. Tapi, perintah Abuya, siapa yang bisa menolaknya?
***
"San," sapa Mita sedikit mengejutkan dan membangunkanku dari lamunan.
"Eh,Mita."
"Udah,San. Jangan direnungi terus. Aku ikut sedih lho liat kamu nangis... ngelamun... aja sampe tiga hari ini. Kamu jangan dulu memikirkan sesuatu yang belum terjadi. Kamu jalani dulu aja saat ini, untuk kedepannya ya gimana nanti."
Aku menoleh kearah mita dan memosisikan duduk berhadapan dengannya. Dengan greget kutumpangkan kedua tanganku diatas lututnya."Tapi aku benar-benar gak bisa nikah sama orang lain!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Hujan Tak Sederas Rindu
RomanceBerawal dari ketaatan pada Sang guru, Sandra seorang gadis biasa akhirnya ia tau bahwa Tuhan tak selalu menurunkan hujan. Ada kalanya ia akan berhenti, membuka jalan untuk cahaya masuk di kehidupannya. Hujan itu indah. Seperti langit tengah menangis...