Empat : Rayhan

33 3 0
                                    


"Labiba..."teriak Rayhan memanggil dari kamar atas.

Aku menyahut segera,"Ya,kenapa?"

"Hari ini aku mulai masuk kuliah lagi,aku hampir lupa. Ini hari ke tujuh aku cuti,kan?"

"Em... iya,iya."jawabku sembari menghitung hari. Aku segera menghampirinya, meninggalkan tanaman bonsai yang tengah kusirami. Barangkali ia butuh bantuanku untuk persiapan ke kampus.

Tok tok tok.

"Kak Ray? Kamu lagi ganti baju, engga?"tanyaku dari luar mengetuk pintu.

"Engga, emang kenapa?"

Tanpa menjawab lagi aku langsung membuka pintu dan masuk.

Aaa....
Seketika aku menutup mata dengan tangan setelah disuguhi pemandangan Rayhan yang telanjang dada.

"Katanya gak lagi ganti baju?!"dengusku kesal.

"Whats wrong? Aku pake celana."

Aku masih memejamkan mata. Rayhan memang sudah tak bersuara lagi,namun aku bisa merasakan langkah kakinya mendekat ke arahku yang mematung di depan pintu.
Dan saat kubuka mata, tiba-tiba Rayhan sudah berada di depan wajahku. Aku tidak terperanjat kali ini, hanya saja sedikit shock karena wajah Rayhan benar-benar tepat di depan wajahku.

"Udah ngumpetnya?"dia mengejek.

"Ih. Kok masih belom pake baju sih?"

"Gak mau pake baju kalo bukan kamu yang pilihin!"

"Lah,kenapa harus aku terus?"

"Kalo udah nikah emang gitu kan, Sayang?"

"Sayang? Uh, geli."aku bergidik.

Aku hanya bisa manyun untuk ini.Satu-satunya orang yang menurutku paling pintar beralasan di dunia adalah dia.
Ya. Demi Rayhan lagi aku mengobrak-abrik --eh maksudnya memilih baju di-- lemari, yang kira-kira pantas untuk Rayhan kenakan hari ini.
Setelah lumayan bingung --karena aku kurang mahir dalam fashion-- akhirnya aku mendapati kemeja putih dengan setelan celana hitam panjang dan dasi.

"Gaya kaya gini emang gak kolot?"ia mulai berkomentar.

"Kalo orang ganteng mah biasanya pake kostum sejadul apapun ya tetap ganteng."kataku, "udah gini aja, katanya pengin dipilihin. Udah ganteng kok, kaya bos-bos gitu."

"Ganteng udah dari lahir kali. Lagian bos apa, bos siapa coba?"

"Ya... bos-nya akulah. You-are-my-boss!"rayuku menepuk-nepuk bahunya.

"Okelah, Karyawati."

"Dih,bukan karyawati dong. Assistent."

"Iya,iya. Ohiya, aku pulang paling telat jam dua."

"Trus aku di sini sendirian?"

"Yaps. Udah telat nih,aku berangkat sekarang."

"Hati-hati,"pesanku sambil salim padanya.

"Assalamu'alakum, Cinta.."

"Ih,gak bakalan dibales pake 'rindu' kok. Yaudah, wa'alaikum salam."jawabku gemas.

Kok tiba-tiba jadi berasa romantis gini ya? Emm, baper.

***

Pagi ini aku bebas.
Rencanaku setelah usai beres-beres rumah dan mencuci pakaian, ya keliling rumah.
Sudah satu minggu aku tinggal di dini, tapi aku belum tau pasti isi dari rumah ini. Mumpung tidak ada Rayhan. Karena jika ia di rumah, tempat yang sempat aju jamahi hanya sekitar lantai atas, lantai bawahpun hanya ruang utama dan dapur. Dan karena seringnya saat Rayhan cuti ia mengajakku keluar rumah untuk sekedar mengenal lingkungan tetangga.

Ketika Hujan Tak Sederas RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang